Prev Desember 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
29 30 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31 01 02
03 04 05 06 07 08 09
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 14 Desember 2015
Jelang Pengumuman The Fed, Rupiah Sentuh 14.110 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan jelang pengumuman kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed). Rupiah sempat sentuh level 14.110 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (14/12/2015), pukul 09.50 WIB, rupiah berada di level 14.055 per dolar AS. Level tersebut melemah jika dibandingkan dengan awal pembukaan yang ada di angka 14.019 per dolar AS dan juga jika dibanding dengan penutupan pada pekan lalu yang ada di level 13.992 per dolar AS.

Sejak awal perdagangan rupiah diperdagangkan di kisaran 14.019 per dolar AS hingga 14.110 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah telah melemah 13,54 persen.

Baca Juga

  • Presiden Jokowi Terus Pantau Keterpurukan Rupiah

  • Rupiah Tersungkur, BI Makin Dilema Turunkan Suku Bunga

  • Gerak Rupiah Fluktuaktif, BI Sibuk Intervensi


Source: liputan6.com
Simak Nilai Tukar Rupiah di 4 Bank Besar pada 14 Desember Ini

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus tertekan dan menembus level 14.000 per dolar AS pada perdagangan Senin (14/12/2015). Pelemahan rupiah lebih disebabkan oleh sentimen dari luar negeri.

Berdasarkan Bloomberg, rupiah berada di level 14.068 per dolar AS. Level tersebut melemah jika dibandingkan dengan awal pembukaan yang ada di angka 14.019 per dolar AS dan juga jika dibanding dengan penutupan pada pekan lalu yang ada di level 13.992 per dolar AS.

Sejak awal perdagangan rupiah diperdagangkan di kisaran 14.019 per dolar AS hingga 14.110 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah telah melemah 13,54 persen.

Baca Juga

  • Jelang Pengumuman The Fed, Rupiah Sentuh 14.110 per Dolar AS

  • Presiden Jokowi Terus Pantau Keterpurukan Rupiah

  • Rupiah Tersungkur, BI Makin Dilema Turunkan Suku Bunga


Source: liputan6.com
Rupiah Terpuruk, BI‎ Ingatkan Masyarakat Disiplin Pakai Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Awal pekan, rupiah kembali tersungkur ke posisi 14 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan rupiah ini tidak terlepas dari sentimen pasar terhadap rencana Bank Sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunga.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengaku langkah untuk menjaga pergerakan rupiah masih menjadi tantangan paling utama. Dia pun menghimbau masyarakat secara disiplin menggunakan rupiah.

"Transaksi antar penduduk dalam valas, kita harus disiplin menggunakan rupiah di dalam negeri. Di Indonesia 70 persen dari US$ 8 miliar, nilai transaksi itu yang harusnya dibayar dalam rupiah tapi dalam valas, ini yang membuat tekanan‎," kata Agus di Gedung Bank Indonesia, Senin (14/12/2015).

Agus mengakui, sepanjang 2015 tekanan nilai tukar cukup berarti. Tercatat dari Januari hingga 8 Desember 2015, rupiah tertekan secara rata-rata 12 persen. Namun begitu, tekanan itu lebih baik jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Brazil, Malaysia dan Turki.

Baca Juga

  • Jelang Pengumuman The Fed, Rupiah Sentuh 14.110 per Dolar AS
  • Presiden Jokowi Terus Pantau Keterpurukan Rupiah
  • Rupiah Tersungkur, BI Makin Dilema Turunkan Suku Bunga

Source: liputan6.com
Layani Iuran BPJS Kesehatan, Bank Mandiri Gandeng Alfa Group

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk terus memperluas akses pembayaran iuran BPJS Kesehatan agar semakin banyak warga masyarakat yang terlindungi. Terbaru, Bank Mandiri bekerjasama dengan jaringan ritel Alfamart guna menyediakan alternatif channel pembayaran iuran BPJS.

Senior EVP Transaction Banking Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans menjelaskan, melalui kerjasama ini, masyarakat dapat memanfaatkan seluruh jaringan Alfa Group, yakni 10.337 gerai Alfamart, 883 gerai Alfamidi , 35 gerai Lawson dan 45 gerai Dandan untuk melakukan pembayaran iuran BPJS Kesehatan.

“Kami berharap, perluasan akses ini akan semakin memudahkan masyarakat dalam melakukan pembayaran iuran BPJS Kesehatan. Dengan demikian, kami dapat turut berkontribusi pada upaya pembangunan sistem jaminan sosial yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia,” ungkap Rico dalam keterangan tertulis, Senin (14/12/2015).

Baca Juga

  • Revaluasi, Aset Bank Mandiri Diperkirakan Naik Rp 23 Triliun

  • Bank Mandiri Gandeng Midi Utama Dongkrak Transaksi Nasabah

  • Bank Mandiri Perluas Akses Pembayaran Iuran BPJS Kesehatan


Source: liputan6.com
Rupiah Diproyeksi Bisa Tembus 14.150 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan terus melemah hingga mencapai level 14.150 per dolar AS dalam beberapa hari ke depan. Ada dua sentimen dari luar yang diperkirakan akan menekan rupiah ke level yang lebih dalam.

Analis LBP Enterprises, Lucky Bayu Purnomo menjelaskan, kedua sentimen tersebut adalah rencana kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS (The Fed) dan juga pelemahan harga minyak dunia. "Ada sentimen negatif yaitu potensi melemahnya harga minyak dunia yang saat ini di kisaran US$ 35 per barel dan juga antisipasi kenaikan suku bunga The Fed," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (14/12/2015).

Baca Juga

  • Rupiah Terpuruk, BI‎ Ingatkan Masyarakat Disiplin Pakai Rupiah

  • Presiden Jokowi Terus Pantau Keterpurukan Rupiah

  • Gerak Rupiah Fluktuaktif, BI Sibuk Intervensi


Source: liputan6.com
Pemerintah Siapkan Kebijakan Buat Redam Gerak Liar Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) semakin perkasa menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 16-17 Desember 2015. Alhasil, menyeret kurs rupiah terpuruk ke posisi Rp 14.105.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengungkapkan, kurs rupiah mengalami tekanan hebat selama sepekan terakhir, akibat rencana eksekusi kenaikan suku bunga The Fed yang akan diputuskan pada 16-17 Desember ini.

"Rupiah melemah karena ada kenaikan bunga kebijakan The Fed di AS. Lalu biasalah orang berspekulasi, jadi (pelemahan) masih bisa terjadi karena The Fed akan rapat," ucap Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (14/12/2015).   

Baca Juga

  • Rupiah Terpuruk, BI‎ Ingatkan Masyarakat Disiplin Pakai Rupiah
  • Presiden Jokowi Terus Pantau Keterpurukan Rupiah
  • Gerak Rupiah Fluktuaktif, BI Sibuk Intervensi

Source: liputan6.com
Pengusaha Minta Bank Turunkan Bunga Kredit

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berharap tahun depan bunga kredit perbankan bisa diturunkan menjadi di bawah 10 persen dari kisaran 12 persen hingga 13 persen pada saat ini. Ketua Umum Apindo Haryadi Sukamdani mengatakan, saat ini Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat bunga kredit tertinggi di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara lain.

"Harapan kita bisa di bawah 10 persen. Karena tetangga kita di bawah 10 persen semua. ASEAN kan rata-rata sudah rendah semua. Coba sebutkan negara mana yang masih double digit? Kayaknya lucu juga kalau kita masih double," ujarnya di Kantor Apindo, Jakarta, Senin (14/12/2015).

Dia menjelaskan, agar bunga kredit ini bisa turun, maka Bank Indonesia juga diharapkan mau menurunkan tingkat suku bunga acuannya (BI rate) yang selama ini bertahan pada level 7,5 persen. "Kalau inflasi di angka 5 persen, itu sangat mungkin BI rate turun," kata dia.

Menurut Haryadi, pemerintah tidak pelu khawatir jika BI rate diturunkan maka akan memperparah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Jika fundamental ekonomi telah membaik, dia menyakini rupiah akan lebih stabil dari sebelumnya. "Kita ini selalu ada kekhawatiran kalau rate diturunkan, rupiah akan melemah. Padahal kalau fundamental baik, FDI (foreign direct investment) baik, itu tidak perlu khawatir," tandasnya.

Baca Juga

  • Pengusaha Logistik Desak BI Turunkan Suku Bunga Acuan

  • Ini Alasan BI Belum Turunkan Suku Bunga Acuan

  • BI Sindir Pengusaha yang Minta Bunga Kredit Murah


Source: liputan6.com
Surplus Neraca Perdagangan November Sulit Bisa Angkat Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia pada November 2015 diramalkan bakal surplus US$ 900 juta atau lebih rendah dibanding realisasi bulan sebelumnya US$ 1,01 miliar.

Mampukah surplus tersebut mengerek kembali kurs rupiah yang sudah sejak sepekan lalu terdepresiasi hingga menembus level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS)?

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengungkapkan, pengaruh kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS terhadap nilai tukar rupiah sangat besar, sehingga prediksi surplus neraca perdagangan pun diyakini tak akan mampu menangkis dampak penyesuaian Fed Fund Rate.

"Kebijakan perubahan tingkat bunga biasanya akan membuat pemilik dana terpengaruh dibanding lebih dari sekadar data," ujar Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (14/12/2015).

 

Baca Juga

  • Rupiah Terpuruk, BI‎ Ingatkan Masyarakat Disiplin Pakai Rupiah
  • Presiden Jokowi Terus Pantau Keterpurukan Rupiah
  • Gerak Rupiah Fluktuaktif, BI Sibuk Intervensi

Source: liputan6.com