Prev November 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 17 November 2015
Karyawan Asing di Indonesia Harus Digaji dengan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor‎ 17/3/PBI/2015 tanggal 31 Maret 2015 yang mengatur tentang kewajiban penggunaan uang rupiah di wilayah NKRI yang diterbitkan Bank Indonesia. PBI ini disusun guna mewujudkan kedaulatan rupiah di Tanah Air.

Namun dalam kenyataannya, sampai saat ini masih banyak perusahaan yang mempekerjakan warga negara asing atau ekspatriat yang berkantor di Indonesia dalam penggajian karyawannya masih menggunakan dolar Amerika Serikat (AS) atau mata uang asing lainnya.

‎Direktur Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengungkapkan, pola penggajian dengan menggunakan dolar tersebut dapat menjadi pemicu tertekannya nilai tukar rupiah terhadap beberapa mata uang asing‎.

"Harusnya mereka itu jangan gaji karyawannya pakai dolar, harus dikonversi ke rupiah. Masyarakatnya kalau juga pakai rupiah dalam transaksi sehari-hari,"‎ kata Enny saat berbincang dengan Liputan6.com seperti ditulis, Senin (16/11/2015).

Baca Juga

  • Pelemahan Rupiah Karena Banyak Transaksi Pakai Dolar AS di RI
  • Dolar Menguat, BI Imbau Masyarakat Transaksi Pakai Rupiah
  • BI Tak Ingin Rupiah Lenyap dari NKRI

Source: liputan6.com
BI Rate Turun Bakal Angkat IHSG ke Zona Hijau

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan mendatar dengan kecenderungan menguat pada perdagangan saham Selasa pekan ini.

Pelaku pasar saat ini sedang menunggu penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia/BI Rate. Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, dengan catatan deflasi beberapa bulan ini membuat pasar berekpektasi jika BI akan menurunkan suku bunga acuannya.

"Kalau BI rate turun pasarnya positif, kalau tetap tidak ada pergerakan berarti," kata Hans kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (17/11/2015).

Dia mengatakan, saat ini kondisi dalam negeri sedang positif. Hal tersebut berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi surplus neraca perdagangan sebanyak US$ 1,01 miliar pada Oktober 2015.

Pada perdagangan saham kali ini, Hans memprediksi IHSG bergerak pada support 4.395-4.370 dan resistance pada 4.450-4518.

Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi menuturkan IHSG berpeluang menguat dengan pergerakan 4.390-4.515 pada perdagangan saham Selasa pekan ini.

Baca Juga

  • Gubernur BI Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga
  • Menko Perekonomian Darmin: BI Rate Berpeluang Turun
  • Menunggu Penurunan BI Rate, IHSG Diperkirakan Mendatar

Source: liputan6.com
IHSG Berpeluang Variasi, Amati Enam Saham

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bervariasi pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Pergerakan IHSG akan dipengaruhi dari bursa saham global dan rilis suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate).

Analis PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan mengatakan IHSG berpotensi bergerak variasi tergantung dari pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) di awal pekan ini. Tekanan jual pun diperkirakan tidak terlalu besar seperti perdagangan saham Senin pekan ini.

Alfred menuturkan, penutupan IHSG pada Senin 16 November 2015 juga menjadi terbatas karena tekanan tidak terlalu besar. Pelemahan IHSG yang terjadi imbas negatif dari penutupan bursa saham AS pada pekan lalu.

Sedangkan sentimen internal juga tidak terlalu mempengaruhi. Alfred mengatakan, pelaku pasar menunggu hasil keputusan Bank Indonesia (BI) soal suku bunga acuan atau BI Rate. Akan tetapi, pelaku pasar pesimistis BI Rate dapat kembali turun. Ini juga membuat pergerakan IHSG untuk menguat terbatas.

"Dari pernyataan Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan akan tetap mempertahankan suku bunga jadi pelaku pasar pesimistis BI Rate akan turun. Pergerakan IHSG besok akan cenderung dipengaruhi regional," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (17/11/2015).

Sementara itu, Analis PT HD Capital Tbk Yuganur Widjanarko mengatakan pihaknya melihat dampak negatif dari serangan teror Paris sudah mereda. IHSG seharusnya kembali positif ke jalur hijau untuk melanjutkan kenaikan hingga level resistance atas di 4.525-4.625.

"IHSG akan bergerak di kisaran support 4.420-4.353-4.285 dan resistance 4.525-4.625-4.725-4.835 pada Selasa pekan ini," kata Yuganur.

Rekomendasi Saham

Yuganur memilih sejumlah saham yang dapat dicermati pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Astra International Tbk (ASII), PT PP Properti Tbk (PPRO), PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Sedangkan Alfred merekomendasikan untuk mengakumulasi saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Rekomendasi Teknikal

Yuganur memilih saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) untuk dicermati pelaku pasar. Pihaknya melihat usai koreksi minor, rekomendasi akumulasi emiten bank berkapitalisasi besar tersebut yang akan membentuk kembali pola kenaikan jangka pendek untuk reli ke resistance atas di Rp 13.450.

Ia merekomendasikan saham PT Bank Central Asia Tbk di level pertama Rp 12.725, level kedua Rp 12.675, dan cut loss point Rp 12.575. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
BI Rate Diprediksi Tetap 7,5%

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) kembali mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG). RDG kali ini akan sedikit berbeda dengan RDG sebelumnya dikarenakan cakupan pembahasannya yang lebih luas.

‎Namun demikian, dari RDG tersebut nanti tidak akan menghasilkan kebijakan yang signifikan. BI diperkirakan tetap mempertahankan BI Rate di level 7,5 persen dengan melihat berbagai pertimbangan.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik‎ Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetyantono menjelaskan setidaknya ada dua alasan BI masih mempertahankan suku bunga acuannya, yaitu rupiah dan rencana kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve/The Fed.‎

Baca Juga

  • Gubernur BI Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga
  • Menko Perekonomian Darmin: BI Rate Berpeluang Turun
  • BI Rate Bertahan 7,5%, Tak Berubah dalam 9 Bulan

Source: liputan6.com
Wapres JK: IMF Bikin Teori Ekonomi Salah ke RI

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) mengaku pernah protes kepada Managing Director of the International Moneter Fund (IMF), Christine Lagarde. 

Protes itu lantaran rekomendasi teorinya pernah menjerumuskan ekonomi Indonesia dalam kehancuran pada 1997-1998. Kesalahan ini merupakan pelajaran bagi bangsa Indonesia untuk menata perekonomian.

"Saya pernah katakan ke Lagarde, kaulah yang menjebloskan ekonomi Indonesia menjadi begini. Kamu membuat teori yang salah, kalau untuk memerangi inflasi dengan menaikkan suku bunga. Itu tidak benar," papar JK di Jakarta, Selasa (17/11/2015).

JK menjelaskan, pada 1997-1998, antara suku bunga acuan atau BI Rate dengan inflasi saling berkejaran, di mana saat bunga naik, inflasi justru semakin tinggi. Itulah fakta yang diungkapkan JK. "Inflasi waktu itu 70 persen dan suku bunga 60 persen. Akhirnya kita hancur-hancuran," tegas JK.

Baca Juga

  • RI Diprediksi Surplus Hingga Akhir 2015, BI Rate Berpeluang Turun
  • BI Rate Diprediksi Tetap 7,5%
  • JK Curhat Sulitnya Bangun Jalan di Indonesia

Source: liputan6.com
JK Minta BI Turunkan Suku Bunga Acuan

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) mengimbau Bank Indonesia (BI) untuk mengevaluasi kebijakan suku bunga acuan (BI rate).

Sinyal meminta Otoritas Moneter menurunkan BI rate dengan harapan terjadi peningkatan investasi sebagai modal meraih pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen.

Menurut dia, suku bunga acuan maupun tingkat bunga perbankan harus turun mengingat bunga merupakan bagian dari biaya tinggi.

"Jadi salah kalau suku bunga naik, inflasi turun. Itu kebijakan keliru. Kita harapkan BI evaluasi kebijakan tingkat bunga," jelas JK di Jakarta, Selasa (17/11/2015).

Menurut JK, jika BI Rate tinggi maka tingkat bunga perbankan pun akan terkerek naik. Kondisi tersebut dapat memicu orang untuk lebih memilih menyimpan uangnya di bank ketimbang berinvestasi, karena simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito bisa menawarkan bunga
menarik sekitar 8-10 persen.

"Uang masyarakat, uang daerah banyak disimpan di bank, itu karebunganya tinggi. Jadi mereka tidak mau bikin jalan. Coba bunga bank cuma 3-4 persen, pasti tidak ada yang mau saving di bank. Tidak ada investasi kalau bunga tinggi," tegasnya.

Baca Juga

  • BI Rate Diprediksi Tetap 7,5%
  • RI Diprediksi Surplus Hingga Akhir 2015, BI Rate Berpeluang Turun
  • Menko Perekonomian Darmin: BI Rate Berpeluang Turun

Source: liputan6.com
Kebijakan Suku Bunga The Fed Bayangi Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetapi kecenderungan melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Hal itu lantaran rencana kenaikan bank sentral AS pada Desember 2015 masih membayangi rupiah.

Mengutip data Bloomberg, Selasa (17/11/2015), rupiah dibuka naik 66 poin ke level 13.683 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan perdagangan Senin pekan ini di level 13.749 per dolar AS. Akan tetapi, rupiah bergerak cenderung melemah ke level 13.732 per dolar AS pada pukul 13.40. Rupiah bergerak di kisaran 13.683-13.768 per dolar AS sepanjang hari ini.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah menguat 21 poin ke level 13.711 per dolar AS dari posisi Senin 16 November 2015 di level 13.732 per dolar AS.

Baca Juga

  • Kena Imbas Global, Rupiah Ditutup Melemah ke 13.749 per Dolar AS
  • Sentimen Eksternal Seret Rupiah Sempat Sentuh 13.751 per Dolar AS
  • RI Butuh Kepastian dari The Fed Agar Rupiah Aman

Source: liputan6.com
Pengusaha Minta BI Rate Turun

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) usai menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini. Pengusaha berharap bank sentral tersebut akan menurunkan tingkat suku bunga setelah sekalian lama bertahan pada level 7,5 persen.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, dengan suku bunga yang berada pada level 7,5 persen ini, ongkos produksi perusahaan menjadi lebih tinggi. Oleh sebab itu, BI perlu menurunkan tingkat suku bunga acuannya.

"Menurut hemat saya tepat (jika diturunkan). Bunga bank yang tinggi itu kan akibatnya ke daya saing karena cost of operation menjadi lebih tinggi. Kalau bunga bank bisa diturunkan pasti akan menggairahkan sektor riil, pasti akan membuat Indonesia lebih kompetitif, lebih memiliki daya saing," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/11/2015).

Baca Juga

  • BI Rate Diprediksi Tetap 7,5%
  • Menko Perekonomian Darmin: BI Rate Berpeluang Turun

Source: liputan6.com
10 Bulan, BI Tahan Suku Bunga Acuan di 7,5%

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan (BI Rate) dalam Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung pada Selasa (17/11/2015). Alasan bank sentral menahan suku bunga adalah mengantisipasi ketidakpastian global.

Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

"Sementara itu RDG memutuskan menurunkan Giro Wajib Minimum Primer dalam rupiah dari 8 persen menjadi 7,5 persen berlaku efektif 1 Desember," jelasnya di Gedung BI, Jakarta, Selasa (17/11/2015).

Baca Juga

  • BI Rate Diprediksi Tetap 7,5%

  • Pengusaha Minta BI Rate Turun

  • Pemerintah Ungkap Alasan BI Tetap Pertahankan Suku Bunga Acuan


Source: liputan6.com