Prev November 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 16 November 2015
Sentimen Eksternal Seret Rupiah Sempat Sentuh 13.751 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dipicu dari sentimen eksternal terutama Eropa.

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (16/11/2015), rupiah dibuka melemah 31 poin dari penutupan perdagangan Jumat 13 November 2015 di level 13.685 per dolar AS. Rupiah sempat sentuh level 13.751 per dolar AS. Pada Senin pagi ini, rupiah berada di kisaran 13.705-13.770 per dolar AS.

Sementara itu, Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 99 poin menjadi 13,732 per dolar AS dari posisi Jumat 13 November 2015 di level 13.633 per dolar AS.

Baca Juga

  • Jelang Akhir Pekan, Rupiah Melemah ke 13.649 per Dolar AS
  • Teror Paris Picu Bursa Saham Asia Melemah

Source: liputan6.com
Jokowi: Ketergantungan terhadap Dolar AS Sebabkan Distorsi Global

Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) masih menghadiri KTT G20 di Turki. Dalam Working Session I KTT G20, Presiden Joko Widodo menegaskan sudah waktunya harus merombak total arsitektur keuangan global. Jokowi menyampaikan hal itu dalam KTT G20 di Turki.

Jokowi menyampaikan hal itu mengingat masalah utama yang dihadapi perekonomian dunia saat ini adalah menciutnya likuiditas dolar Amerika Serikat (AS) di hampir semua negara berkembang atau emerging market dunia. Selain itu, sejak diciptakannya mata uang Euro pada 1999, tidak ada mata uang dunia atau global reserve currency yang baru.

"Ketergantungan yang tinggi terhadap dolar AS telah menyebabkan distorsi-distorsi global yang kini mengancam kemajuan ekonomi global," kata Jokowi‎ dalam keterangannya, Senin (16/11/2015).

Jokowi menyampaikan, negara-negara berkembang harus segera mengimplementasikan reformasi-reformasi ekonomi yang fundamental. Pada kenyataannya, reformasi perekonomian yang nyata sangat diperlukan untuk membangun kembali kredibilitas pasar serta merebut kembali kepercayaan investor dan pelaku ekonomi.

Reformasi ekonomi yang fundamental ini, menurut Jokowi, perlu diikuti likuiditas finansial yang kuat agar tidak mengalami gejolak karena terjadinya gangguan pada likuiditas.

Baca Juga

  • Ketemu Presiden China, Isu Apa yang Dibahas Jokowi?
  • Di Forum G20, Jokowi Tegaskan Komitmen Pengurangan Emisi 29%

Source: liputan6.com
Kena Imbas Global, Rupiah Ditutup Melemah ke 13.749 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung tertekan terkena sentimen global terutama kekhawatiran investor usai serangan teror Paris pada Jumat pekan lalu dan permintaan dolar AS meningkat.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 64 poin ke level 13.749 per dolar Amerika Serikat pada Senin (16/11/2015) dari penutupan perdagangan Jumat 13 November 2015 di level 13.685 per dolar AS.

Sepanjang awal pekan ini, rupiah bergerak di kisaran 13.698-13.770 per dolar AS. Sementara itu, Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 99 poin menjadi 13,732 per dolar AS dari posisi Jumat 13 November 2015 di level 13.633 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Danamon Tbk Dian Ayu menuturkan, serangan teror paris cukup mempengaruhi pasar uang terutama euro melemah. Hal itu dinilai berimbas negatif ke rupiah. Euro turun 0,5 persen menjadi US$ 1.0715. Sementara itu, indeks dolar AS cenderung naik 0,1 persen menjadi 99,08 terhadap enam mata uang utama lainnya.

Baca Juga

  • Bursa Saham Eropa Tertekan Usai Teror Paris
  • Harga Emas Menguat Tersengat Sentimen Teror Paris
  • Cegah Teror Paris, Polri Perketat Pintu Masuk ke Indonesia

Source: liputan6.com
RI Diprediksi Surplus Hingga Akhir 2015, BI Rate Berpeluang Turun

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan pada November dan Desember 2015. Prediksi ini seharusnya diikuti dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia/BI Rate untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Kepala BPS, Suryamin menyatakan, akumulasi neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-Oktober 2015 sudah mencapai US$ 8,16 miliar. Ia optimistis, Indonesia dapat meningkatkan volume ekspor di sisa akhir tahun sehingga kembali mencetak surplus.

"Kalau hanya dua bulan, saya yakin masih tetap surplus, karena kebutuhan impor sudah dilakukan dari kemarin. Walaupun ekonomi global belum membaik 100 persen tapi ekspor masih bisa meningkat," ujar Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin (16/11/2015).

Ia berharap, Bank Indonesia (BI) dapat mempertimbangkan realisasi surplus neraca perdagangan sehingga dapat mengambil langkah tepat menurunkan BI Rate karena Indonesia perlu memacu ekspor non migas ke negara lain.

"Kinerja surplus cukup bagus, pasti BI mempertimbangkannya (penurunan BI Rate). Sebab pengusaha perlu pinjaman dari bank untuk meningkatkan kegiatan bisnisnya, termasuk ekspor," jelas Suryamin.

Baca Juga

  • Menunggu Penurunan BI Rate, IHSG Diperkirakan Mendatar
  • Menko Perekonomian Darmin: BI Rate Berpeluang Turun
  • Gubernur BI Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga

Source: liputan6.com