Prev November 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 03 November 2015
Deflasi Oktober Angkat Rupiah Sentuh 13.594 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Rilis data makro ekonomi Indonesia positif ditambah data ekonomi Amerika Serikat (AS) kurang baik membuat nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS.

Berdasarkan data valuta asing Bloomberg, Selasa (3/11/2015) rupiah dibuka 34 poin ke level 13.635 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di kisaran 13.669 per dolar AS. Dolar AS sempat melemah terhadap rupiah di kisaran 13.526 pada pukul 10.45. Sepanjang Selasa pagi ini, rupiah bergerak di kisaran 13.518-13.635 per dolar AS.

Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) juga menguat. Rupiah menguat 88 poin menjadi 13.594 per dolar AS pada Selasa 3 November 2015 dari perdagangan kemarin di level 13.682 per dolar AS.

Analis Pasar Uang PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menuturkan rilis deflasi Oktober mencapai 0,08 persen disambut positif oleh pelaku pasar. Deflasi tersebut memang menunjukkan dua hal antara lain permintaan masyarakat masih lemah. Di sisi lain, pengendalian harga terkendali.

Akan tetapi, Rully menilai, deflasi Oktober yang terjadi mendorong harapan kalau target inflasi 2015 akan tercapai. Bank Indonesia menargetkan inflasi empat persen dengan plus minus 1 persen.

Selain itu, harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif membaik pada kuartal III 2015 ketimbang kuartal sebelumnya, Rully menilai juga mendukung penguatan rupiah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 4,85 persen.

Rully menuturkan sentimen lainnya yang pengaruhi rupiah yaitu data ekonomi AS kurang baik mulai dari indeks manufaktur dan penjualan rumah baru melambat. Kini pelaku pasar fokus terhadap rilis data penyerapan tenaga kerja pada pekan ini. Hal ini sebagai petunjuk apakah bank sentral AS akan menaikkan suku bunganya pada tahun ini.

"Rupiah akan bergerak di kisaran 13.600 per dolar AS pada hari ini," kata Rully.Pada pagi ini di pasar keuangan, indeks dolar AS cenderung stabil di kisaran 96,889. Sedangkan terhadap yen, dolar berada di kisaran 120,78. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Diskon Tarif Listrik Pengaruhi Deflasi DKI Jakarta

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan harga-harga di DKI Jakarta pada Oktober 2015 mengalami deflasi akibat koreksi harga komoditas pangan dan penyesuaian harga komoditas energi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Doni P Joewono menjelaskan, deflasi di Jakarta tercatat sebesar 0,05 persen (MtM) atau mencapai inflasi sebesar 6,76 persen secara Year on Year (YoY) bila dibandingkan dengan Oktober 2014,  menurun dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,01 persen (MtM) atau 7,24 persen (YoY).

"Perkembangan inflasi DKI Jakarta tersebut sejalan dengan perkembangan inflasi nasional juga mengalami deflasi, yaitu sebesar 0,08 persen (MtM) atau 6,25 persen (YoY)," kata dia dalam keterangannya, Selasa (3/11/2015).

Doni menambahkan, angka inflasi di bulan ini merupakan yang terendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulan Oktober lima tahun sebelumnya selama 2010-2014 yang mencatat inflasi sebesar 0,17 persen secara MtM.

Kondisi ini mencerminkan tekanan inflasi yang rendah, seiring dengan terjaganya pasokan pangan di tengah masih berlanjutnya musim kering akibat El Nino dan masih rendahnya daya beli masyarakat.

Realisasi inflasi Oktober 2015 tersebut sejalan dengan proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta yang sebelumnya memperkirakan pada Oktober Jakarta akan mengalami deflasi.

Baca Juga

  • BPS: Oktober 2015 Deflasi 0,08%
  • Deflasi Lagi, RI Harus Hati-hati
  • Harga Cabai hingga Tarif Listrik Turun Sumbang Deflasi Oktober

Source: liputan6.com
Sentimen Positif Internal Angkat IHSG ke 4.533

Liputan6.com, Jakarta - Sentimen positif dari internal mendukung penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Hal itu didukung oleh data ekonomi makro dan penguatan nilai tukar rupiah.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (3/11/2015), IHSG naik 68,12 poin atau 1,53 persen ke level 4.533,08. Indeks saham LQ45 menguat 1,98 persen ke level 777,53. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau kecuali indeks saham DBX turun 0,06 persen ke level 670,59.

Ada sebanyak 169 saham menghijau sehingga membuat IHSG tetap bertahan di zona hijau. Sedangkan 96 saham lainnya melemah dan 85 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 4.546,38 dan terendah 4.496,66.Transaksi perdagangan saham hari ini cukup ramai.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 256.690 kali dengan volume perdagangan saham 4,17 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 5,26 triliun. Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham perdagangan turun 0,10 persen.

Sektor saham industri dasar naik 3,44 persen, dan memimpin penguatan sektor saham pada hari ini. Disusul sektor saham keuangan naik 2,83 persen dan sektor saham konstruksi menguat 2,61 persen.Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 200 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 100 miliar.

Saham-saham properti membukukan kenaikan cukup tinggi dan menggerak indeks saham antara lain saham PWON naik 6,12 persen ke level Rp 451 per saham, saham KIJA mendaki 7,5 persen ke level Rp 215 per saham, saham BEST menguat 6,18 persen ke level Rp 395 per saham, dan saham SMRA menanjak 5,45 persen ke level Rp 1.450 per saham.

Adapun saham-saham yang tertekan pada hari ini antara lain saham TAXI turun 3,8 persen ke level Rp 223 per saham, saham META melemah 8,04 persen ke level Rp 103 per saham, dan saham LSIP merosot 3,72 persen ke level Rp 1.472 per saham.

Bursa saham Asia cenderung menguat sepanjang Selasa peka ini. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,89 persen ke level 22.568, indeks saham Singapura menguat 1,02 persen ke level 3.004,82. Sementara itu, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.553 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan penguatan IHSG didukung dari sentimen internal. Pertama, pemerintah akan kembali merilis paket kebijakan ekonomi jilid VI akan mendukung IHSG. Kedua, deflasi Oktober 2015 sebesar 0,08 persen memberikan harapan kalau Bank Indonesia (BI) akan membuka ruang untuk menurunkan suku bunga.

"Ada kemungkinan deflasi yang terjadi dapat mempengaruhi BI Rate. Ini disambut positif pelaku pasar," kata William saat dihubungi Liputan6.com, Selasa pekan ini.(Ahm/Igw)


Source: liputan6.com