Prev November 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 02 November 2015
Sentimen The Fed Masih Hantui Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah bergerak melemah pada perdagangan Jumat pekan ini. Dua sentimen membebani rupiah yaitu sentimen dari Amerika Serikat (AS) dan sentimen dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (30/10/2015), nilai tukar rupiah berada di level 13.674 per dolar AS pada pukul 12.00 WIB. level tersebut melemah jika dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yang ada di level 13.619 per dolar AS maupun pembukaan hari ini yang ada di level 13.585 per dolar AS.

Pada pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.585 per dolar AS hingga 13.695 per dolar AS.

Sedangkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia menunjukkan rupiah berada di level 13.639 per dolar. Melemah jika dibandingkan perdagangan sehari sebelumnya yang ada di level 13.562 per dolar AS.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, pelemahan rupiah seiring dengan aksi jual di pasar saham dan obligasi Indonesia. Tren penguatan dolar AS memang sangat terasa di Asia setelah pernyataan dari Bank sentral Amerika Serikat (the Fed) yang mengarah kepada rencana semula yaitu untuk menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini juga.

The Fed mempertahankan suku bunga pada rapat yang diselenggarakan pada Rabu (28/10/2015) waktu setempat atau Kamis pagi waktu Jakarta. Namun the Fed menegaskan bahwa masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan yang akan dilakukan selanjutnya.

Apa yang menjadi keputusan the Fed untuk menahan suku bunga pada rapat kali ini sesuai dengan perkiraan dari para pelaku pasar. Namun langkah untuk tetap membuka peluang kenaikan suku bunga pada Desember nanti merupakan keputusan yang cukup mengejutkan bagi pelaku pasar.

Sedangkan sentimen penahan penguatan rupiah dari dalam negeri adalah proses pengesahaan R-APBN 2016 yang terhambat. "Sentimen tersebut mengurangi alasan untuk terus mengakumulasi aset keuangan berbasis rupiah," jelasnya. (Gdn/Zul)


Source: liputan6.com
Oeang Republik Indonesia, Alat Pembayaran Pemersatu Bangsa

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menggelar upacara dalam rangka perayaan Hari Uang Republik Indonesia pada Sabtu, 31/10/2015). Upacara yang dimulai pada pukul 07.00 WIB tersebut dipimpin langsung oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

Dalam sambutannya, Bambang menyatakan Oeang Republik Indonesia (ORI) merupakan mata uang yang pertama kali di miliki oleh Indonesia setelah merdeka.

"‪Peristiwa beredarnya Oeang Republik Indonesia (ORI) untuk pertama kalinya pada 30 oktober 1946 tentu bukan cerita biasa, melainkan sebuah momen bersejarah dan penuh semangat patriotisme," ujarnya di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Sabtu (31/10/2015).

Oeang Republik Indonesia (ORI) adalah mata uang pertama yang dimiliki Indonesia usai merdeka.

Menurut dia, Meski tidak berumur panjang, namun keberadaan ORI pada masa itu dinilai sangat penting. Pasalnya ORI mampu menggantikan mata uang buatan Belanda dan Jepang pada saat masa penjajahan berlangsung. Selain itu, ORI mampu menjadi alat pemersatu bangsa.

"Walaupun memiliki masa edar singkat, sejarah membuktikan bahwa ORI menjadi alat pemersatu bangsa sekaligus lambang kedaulatan negeri zamrud khatulistiwa," kata dia.

Saat ini, lanjut Bambang, Indonesia telah memiliki mata uang sendiri, bernama rupiah, yang telah menjadi alat pembayaran yang sah dan diakui oleh dunia selama puluhan tahun.

Dengan demikian, sudah seharusnya seluruh warga negara Indonesia menggunakan rupiah sebagai alat tukar yang sah dalam bertransaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kini rupiah merupakan alat pembayaran yang sah di wilayah NKRI. Mata uang kebanggaan masyarakat Indonesia ini telah mengiringi perjalanan bangsa Indonesia selama puluhan tahun," tandasnya. (Dny/Gdn)


Source: liputan6.com
Peringati Hari Uang, Menkeu Minta Masyarakat Gunakan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Uang Nasional, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro meminta kepada seluruh warga negara Indonesia untuk menggunakan rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bambang mengatakan penggunaan rupiah dalam setiap transaksi di RI selain sebagai bentuk penghargaan terhadap mata uang yang sah, juga akan memberikan dampak yang positif bagi nilai tukar rupiah yang masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Beberapa tahun terakhir rupiah menunjukkan kecenderungan pelemahan akibat tekanan eskternal dan domestik. Namun, dengan koordinasi yang dilakukan Kementerian Keuangan bersama dengan pihak terkait melalui kebijakan diharapkan bisa mendorong penguatan rupiah. Saat ini posisi rupiah mulai membaik," ujarnya dalam sambutan Upacara Perayaan Hari Uang Nasional di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Sabtu (31/10/2015).

Dia menjelaskan meski nilai tukar rupiah belum kembali ke level aman, tapi telah berada dalam tren penguatan. Bambang melihat bahwa hal tersebut sebagai hal yang patut disyukuri. 

Baca Juga

  • Sentimen The Fed Masih Hantui Rupiah

  • Pernyataan The Fed Lempar Rupiah ke 13.647 per Dolar AS

  • Jelang Keputusan The Fed, Rupiah Stabil di 13.600 per Dolar AS


Source: liputan6.com
Asumsi Rupiah dalam APBN 2016 Pertimbangkan Risiko Eksternal

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 telah memperhitungkan risiko eksternal seperti dampak dari rencana kenaikan suku bunga bank Senrtal Amerika Serikat (AS). Dalam asumsi makro APBN 2016, nilai tukar rupiah dipatok 13.900 per dolar AS.

Staf Khusus Menteri Keuangan, Arif Budimanta menjelaskan, perekonomian AS saat ini memang sedang tidak menentu. Lantaran, meskipun terjadi perbaikan ekonomi tapi tidak sesuai dengan ekspektasi publik AS. Hal tersebut membuat rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS menjadi mengambang.

"Melalui indikator pertumbuhan ekonomi yang diharakan tinggi tapi masih di bawah 2 persen. Kemudian penyerapan tenaga kerja masih jauh angka yang diharapakan. Itu menimbulkan ketidakpastian baru. Maka kecenderungan tappering off bisa berubah secara waktu apakah quantitative easing akan berlanjut, tappering off akan dihentikan menimbulkan spekulasi," ujarnya di Jakarta, Sabtu (31/10/2015).

Baca Juga

  • Peringati Hari Uang, Menkeu Minta Masyarakat Gunakan Rupiah

  • China Pangkas Suku Bunga, Bagaimana Nasib Rupiah?

  • Paket Kebijakan Ekonomi Jilid V Diyakini Angkat Rupiah


Source: liputan6.com
Rilis Data Ekonomi Bayangi Laju IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak konsolidasi di awal pekan ini. Sejumlah rilis data makro ekonomi dan laporan kinerja keuangan akan pengaruhi laju IHSG.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan IHSG masih bergerak dalam rentang konsolidasi. Level support IHSG masih cukup kuat di kisaran 4.454.

William menuturkan, bila level support mampu dipertahankan maka potensi kenaikan IHSG akan cukup besar untuk menembus target resistance terdekat di level 4.589.

"Pola pergerakan IHSG akan diwarnai oleh rilis data ekonomi dalam negeri, konsolidasi terjadi lebih disebabkan oleh rilis data laporan keuangan emiten yang memiliki kecenderungan kurang menggembirakan," ujar William dalam ulasannya, Senin (2/11/2015).

Sementara itu, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, IHSG akan mencoba menguat dengan pergerakan di kisaran 4.425-4.580 pada perdagangan saham Senin pekan ini.

Ia menuturkan, peluang penguatan IHSG juga didukung dari IHSG sudah alami area jenuh jual dengan momentum yang mulai terkonsolidasi positif.

Kepala Riset PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada menuturkan, rilis data ekonomi seperti inflasi diharapkan dapat memberikan sentimen positif untuk IHSG sehingga mengurangi potensi pelemahan IHSG. Ia menilai, IHSG masih rentan melemah seiring kinerja emiten yang cukup bertahan juga belum mampu menghalau pelemahan IHSG.

IHSG juga masih menyimpan utang di level 4.346-4.381 sehingga masih berpotensi terjadinya pelemahan jika sentimen yang ada tidak cukup kuat untuk menahan aksi jual."IHSG akan berada di rentang support 4.420-4.445 dan resistance 4.465-4.501," kata Reza.

Untuk rekomendasi saham, Lanjar memilih sejumlah saham yang dapat diperhatikan pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Astra International Tbk (AALI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).

Sedangkan William memilih saham INDF, JSMR, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

IHSG ditutup kembali terkoreksi 16,84 poin atau 0,38 persen ke level 4.450 pada Jumat 30 Oktober 2015. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi pemicu aksi jual investor asing di tengah ketidakpastian suku bunga bank sentral AS. Aksi jual investor asing mencapai Rp 4,73 triliun sepanjang Oktober 2015. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Pemerintah Ungkap Alasan BI Tetap Pertahankan Suku Bunga Acuan

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pihak, termasuk pemerintah, menyarankan kepada Bank Indonesia (BI) agar mau menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) yang saat ini masih berada di level 7,5 persen. Alasan pemerintah mendorong agar BI bisa menurunkan BI Rate karena realisasi pergerakan inflasi tahun ini cukup terkendali, sehingga ada gap antara BI Rate dengan inflasi sangat jauh.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengungkapkan, pencapaian deflasi pada Oktober ini sebesar 0,08 persen semakin memicu jarak Real Interest Rate (RIR) kian besar. RIR merupakan selisih antara BI rate dengan inflasi.

"Nanti akhir tahun ini inflasi di bawah 4 persen atau 3,6 persen lah. Padahal BI Rate-nya 7,5 persen, jadi ada selisihnya sekitar 4 persen. Tidak pernah itu. Biasanya bedanya cuma 1 persen," tegas Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, malam ini (2/11/2015).

Dengan gap ini, katanya, otoritas moneter, BI mempunyai ruang untuk menurunkan BI Rate. Hanya saja Darmin mengaku, BI tetap bertahan pada suku bunga tinggi karena alasan fluktuasi nilai tukar rupiah.

"Kalau dilihat itu (gap), tingkat bunganya ada ruang untuk turun. Tapi kenapa tidak turun? Dia (BI) masih takut sama goyang-goyangnya rupiah, kurs rupiah masih agak volatile," terang Mantan Gubernur BI itu.

Ia mengatakan, jika selisih antara BI Rate dan inflasi terlalu lebar, imbasnya ke perekonomian Indonesia adalah orang akan lebih senang menyimpan uangnya ketimbang melakukan pinjaman ke perbankan nasional. "Kalau RIR membesar, orang lebih senang simpan uang ketimbang meminjam," tandas Darmin.

Baca Juga

  • Rupiah Menguat, Harga Premium dan BI Rate Harus Turun

  • BI Rate Bertahan 7,5%, Tak Berubah dalam 9 Bulan

  • BI Rate Turun Bakal Picu IHSG Melonjak


Source: liputan6.com