Prev September 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 31 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 28 September 2015
Ini Dampak Pelemahan Rupiah ke Kelas Menengah Bawah

Liputan6.com, Jakarta - Melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sangat dirasakan oleh berbagi sektor. Namun, bagaimana dampak terhadap masyarakat miskin atas kondisi tersebut?

Rektor Universitas Paramadina Firmanzah mengatakan, saat rupiah melemah, masyarakat miskin terkena dampak tidak langsung atas pelemahan rupiah.

"Dampak tidak langsung," kata Firmanzah, dalam sebuah diskusi, di Kawasan Cikini, Jakarta, Minggu (27/9/2015).

Menurut Firmanzah, yang terkena dampak langsung pelemahan rupiah adalah sektor industri yang bahan baku dan setengah jadinya berasal dari luar negeri alias impor.

"Kalau makro, depresasi nilai rupiah berdampak pada industriawan yang mengimpor bahan pokok, jadi mereka terkena dampak paling besar, kandungan impor semakin mahal," tuturnya.

Firmanzah mengungkapkan, dari kenaikan harga bahan baku tersebut maka produsen menaikan harga jual, pada posisi inilah masyarakat miskin terkena dampak tidak langsung tersebut.

"Berdampak pada daya beli masyarakat menengah ke bawah, berdampak pada jam kerja, jadi dampaknya tidak langsung," jelasnya.

Firmanzah menambahkan, pemerintah seharusnya tidak tinggal diam menyikapi kondisi tersebut, agar pelemahan rupiah tidak semakin parah. Pemerintah harus segera mengambil langkah strategis untuk mengantisipasi situasi ini.

"Tapi depresiasi harus diatasi, kalau berdarah karena luka langkah pertama yang dilakukan hentikan pendarahanya. Menurut saya ini hal yang serius perlu diperhatikan," pungkasnya. (Pew/Zul)


Source: liputan6.com
Gerak Rupiah Masih Bayangi IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpotensi melemah pada perdagangan saham awal pekan ini. Hal itu akan dipengaruhi sentimen nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan IHSG bergerak menjebol support. Hal itu membuat pola kenaikan IHSG sedikit tertunda. Pergerakan IHSG sementara akan menguji support berikutnya di level 4.161 sedangkan level resistance di 4.302.

"Level resistance terdekat yang wajib digapai untuk mengembalikan pola kenaikan IHSG," ujar William dalam ulasannya, Senin (28/9/2015).

Sementara itu, Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menuturkan IHSG masih berpeluang melanjutkan pelemahan dengan support 4.163-4.076 dan resistance 4.251-4.308. Laju IHSG akan dipengaruhi dari sentimen rupiah. Posisi kurs tengah Bank Indonesia (BI) tercatat 14.690 per dolar AS pada Jumat 25 September 2015 dari posisi Kamis 24 September 2015 di kisaran 14.623 per dolar AS.

"Dari dalam negeri sentimen mempengaruhi IHSG dari nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS. Bila rupiah masih melemah IHSG akan negatif," ujar Hans.

Sedangkan dari sentimen positif datang dari data pertumbuhan ekonomi AS dan bursa saham global pada pekan lalu. Pelaku pasar akan cenderung fokus memperhatikan pernyataan para pejabat bank sentral Amerika Serikat.

Untuk rekomendasi saham, Hans menuturkan spekulasi beli saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).Sedangkan William memilih saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), WIKA, dan PT Astra International Tbk (ASII) untuk dicermati pelaku pasar.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat 25 September 2015, IHSG melemah 34,98 poin (0,82 persen) ke level 4.209,43. Indeks saham LQ45 turun 1,2 persen ke level 699,37. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Gerak IHSG Sepekan Menanti Laporan Keuangan Emiten

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan cenderung variatif pada perdagangan saham sepekan. Saat ini, sentimen penggerak indeks saham masih sepi.

Analis PT Waterfront Securities, Oktavianus Marbun mengatakan, gerak IHSG hanya menunggu data laporan keuangan emiten kuartal III 2015."Saya pikir variatif, Senin dan Selasa turun. Baru Rabu sampai Jumat, secara teknikal harapannya variatif naik," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (28/9/2015).

Dia bilang, laporan keuangan sektor perbankan menjadi acuan utama penggerak IHSG. Namun begitu, sektor perbankan tak luput dari risiko nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang melemah."Tapi September-Oktober ada kontrak-kotrak (infrastruktur) akhir tahun," tambahnya.

Dia menuturkan, pada pekan ini indeks saham akan  bergerak pada level support 4.161-4.111. Sedangkan resistance berada level 4.340.

Kepala Riset PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada mengatakan, selama sepekan IHSG bergerak pada level support  4.158-4.178 dan resistance pada 4.245-4.344.

Reza menuturkan, kenaikan IHSG selama sepekan masih sulit naik lantaran dihadang sentimen pelemahan nilai tukar rupiah."Peluang kenaikan IHSG di pekan depan masih tipis karena adanya awan negatif tersebut. Kecuali di akhir pekan rilis inflasi cukup baik maka minimal pelemahan dapat tereduksi," kata dia dalam ulasannya.

Oktavianus merekomendasikan akumulasi saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT PP Tbk (PTPP), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Sawit Sumbermas Saran Tbk (SSMS).

Berdasarkan data BEI, secara mingguan, IHSG masih ditutup melemah 3,9 persen dibandingkan penutupan pada pekan sebelumnya yang berada di level 4.380,32. Selama periode 21 September 2015-25 September 2015, investor asing mencatatkan aksi jual Rp 2,04 triliun. Sepanjang 2015, investor asing mencatatkan aksi jual senilai Rp 12,63 triliun. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Aksi Jual Investor Asing Bikin IHSG Sentuh 4.197

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan koreksi di awal pekan ini. Hal itu dipicu dari aksi jual investor asing yang masih terus berlanjut dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga masih di kisaran 14.600.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Senin (28/9/2015) IHSG melemah 11,49 poin (0,27 persen) ke level 4.197,94. Indeks saham LQ45 melemah 0,42 persen ke level 696,42. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan di awal sesi.

Tekanan IHSG terus berlanjut pada pukul 09.00 WIB. IHSG melemah 25,45 poin (0,63 persen) ke level 4.183. Indeks saham LQ45 susut 1,01 persen ke level 692,33. Sebagian besar indeks saham acuan melemah kecuali indeks saham DBX naik 0,09 persen ke level 667,49.

Ada sebanyak 57 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 37 saham menghijau. 57 saham lainnya diam di tempat. Di awal sesi, IHSG sempat berada di level tertinggi 4.199,46 dan terendah 4.178,67.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 7.175 kali dengan volume perdagangan saham 153,66 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 145,14 miliar.Melihat sektoral saham, hanya sektor saham perkebunan dan tambang yang menghijau dengan naik masing-masing 0,96 persen dan 0,55 persen.

Sektor saham aneka industru tergelincir 1,75 persen, dan memimpin penurunan sektor saham, disusul sektor saham manufaktur turun 1,03 persen, dan sektor saham barang konsumsi melemah 0,94 persen.Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 17 miliar.

Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 18 miliar.Saham-saham sebagai penggerak indeks saham dan mencatat keuntungan antara lain saham LSIP naik 2,86 persen ke level Rp 1.440 per saham, saham INCO mendaki 2,64 persen ke level Rp 2.135 per saham, dan saham SRIL menanjak 2,05 persen ke level Rp 399 per saham.Saham-saham berkapitalisasi besar cenderung menekan IHSG pada pagi ini.

Saham ASII turun 1,8 persen ke level Rp 5.450 per saham, saham BCA melemah 1,69 persen ke level Rp 11.600 per saham, saham PGAS tergelincir 1,1 persen ke level Rp 2.705 per saham, dan saham UNVR susut 1,17 persen ke level Rp 35.825 per saham.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung menguat pada pagi ini. Berdasarkan data RTI, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran 14.687. Data Bloomberg menunjukkan, rupiah dibuka menguat ke level 14.665 per dolar AS dari penutupan Jumat 25 September 2015 di kisaran 14.693 per dolar AS.

Bursa saham Asia pun cenderung melemah. Indeks saham Jepang Nikkei turun 0,98 persen ke level 17.705 dan indeks saham Singapura susut 1,77 persen ke level 2.782,5.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan pergerakan bursa saham global akhir pekan lalu yang cenderung membaik diharapkan bisa meredakan tekanan jual di pasar pada perdagangan awal pekan ini."IHSG akan bergerak variasi dengan support 4.185 dan resistance 4.250 dengan peluang menguat terbatas," ujar David. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Sentimen The Fed Seret Rupiah Sentuh ke Level 14.738 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - [Nilai tukar rupiah](http://bisnis.liputan6.com/read/2325705/rupiah-bergerak-liar-karena-banyak-spekulan "") melanjutkan pelemahannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin pekan ini. Hal itu dipicu menguatnya ekpektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun ini.

Mengutip Bloomberg, Senin (28/9/2015), nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 14.738 per dolar AS pada pukul 10.05 WIB. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.661-14.757 per dolar AS. Rupiah sempat dibuka menguat 28 poin ke level 14.665 per dolar AS pada Senin pekan ini dari penutupan Jumat 25 September 2015 di kisaran 14.693 per dolar AS

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah menjadi 14.696 per dolar AS pada Senin pekan ini dari perdagangan Jumat 25 September 2015  yang berada di level 14.690 per dolar AS.

Head of Reseach and Analysis Divison PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menuturkan, pelemahan rupiah masih tertekan ekpektasi kenaikan suku bunga AS.

"Jumat kemarin data produk domestik bruto (PDB) kuartal 2 AS dirilis cukup bagus, melebihi ekspektasi. 3,9 persen Vs 3,7 persen. Ini mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS tahun ini. Selain Itu Janet Yellen dalam pidatonya pada Jumat dini hari juga masih membuka peluang kenaikan suku bunga di akhir tahun," ujar Ariston saat dihubungi Liputan6.com, Senin pekan ini.

Ariston juga mengatakan, data-data ekonomi Indonesia masih belum cukup bagus, sehingga hingga belum ada yang menopang penguatan rupiah terhadap dolar AS. Pada perdagangan hari senin ini Ariston memperkirakan rupiah bergerak pada kisaran level 14.680 hingga 14.800 per dolar AS.

Sebelumnya, pimpinan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve Janet Yellen mengatakan bank sentral AS berada di jalurnya untuk menaikkan suku bunga tahun ini. Meskipun demikian, ia mengakui  "kejutan" ekonomi dapat menyebabkan mereka mengubah rencana tersebut.

"Sebagian besar peserta FOMC, termasuk saya sendiri, saat ini mengantisipasi untuk mencapai kondisi ini, kemungkinan akan menaikan suku bunga akhir tahun ini, setelah itu diikuti oleh kecepatan bertahap pengetatan," kata Yellen dalam pidatonya Kamis 24 September 2015 di Amherst, Massachusetts.

"Tapi jika perekonomian mengejutkan kita, maka penilaian tentang kebijakan moneter yang tepat akan berubah," tambah Yellen. (Ilh/Ahm)

 

 

 


Source: liputan6.com
Mendag Lembong Sebut Kondisi Rupiah Tembus 14.700 Tak Normal

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Thomas Lembong menilai kondisi nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga sentuh level 14.700 sudah tidak normal. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini menjadi perhatian serius pemerintah.

"Situasi perekonomian regional dan dunia terus terang sangat memprihatinkan. Terus terang saja saya sangat prihatin kalau rupiah sudah mencapai 14.700 per dolar AS. Ini sudah berbeda dengan kondisi yang sebelumnya atau normal," kata dia di Jakarta, Senin (28/9/2015).

Karena itu, Thomas mengatakan penanganannya pun mesti dilakukan di luar hal normal."Ini akan membutuhkan tingkat keseriusan dari kita semua untuk tingkat kesungguhan yang berbeda dari periode atau kondisi normal atau sulit," ujar Lembong.

Pihaknya menuturkan, masalah utama rupiah tertekan ini salah satunya dari daya saing  produk Indonesia di tingkat global. Oleh karena itu, daya saing perlu didorong guna memperkuat nilai tukar rupiah.

"Mata uang kita melemah terus ya, itu harus terjadi untuk mengembalikan daya saing kita di pasar global. Kalau costnya tidak bisa kita tekan untung tidak dapat kita tingkatkan. Tentu pasar menyesuaikan nilai tukar kita untuk menunjukkan tidak bisa bersaing," jelas Lembong.

Pada Senin 28 September 2015, Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan ASEAN Economy Comunity (AEC) Center. Layanan tersebut untuk sosialisasi bagi pemangku kepentingan terkait pelaksanaan masyarakat ekonomi ASEAN. Dengan itu diharapkan daya saing meningkatkan lantaran layanan ditunjang konsultasi dan edukasi terkait MEA.

"Nah jadi harapan saya, AEC Center ini ujungnya memang bukan cuma komunikasi. Pelan-pelan kita coba membantu mencari informasi terbaru pemutakhiran supaya kita mendorong daya saing industri dan UKM  dan masyarakat secara menyeluruh. Jadi terima kasih sekali atas kerja keras dalam menciptakan dan menggerakan AEC ini tentunya akan mendukung sepenuhnya," ujar dia.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 11.58 WIB rupiah bertengger pada level 14.734 per dolar AS. Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah menjadi 14.696 per dolar AS pada Senin pekan ini dari perdagangan Jumat 25 September 2015  yang berada di level 14.690 per dolar AS. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com