Prev September 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 31 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 23 September 2015
IHSG Berpeluang Menguat, Simak 7 Saham Pilihan

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menguat terbatas pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Hal itu tergantung pergerakan secara teknikal dan laju nilai tukar rupiah.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaay menuturkan IHSG masih menguji level support 4.334. Pola pergerakan IHSG terlihat sedang berusaha menembus level resistance 4.424.

"Potensi kenaikan IHSG masih akan terlihat walau masih cenderung terbatas selama belum berhasil menembus resistance 4.424 pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Reli naik IHSG tinggal menunggu waktu," ujar William dalam ulasannya, Rabu (23/9/2015).

Sementara itu, Analis PT HD Capital Tbk Yuganur Widjanarko mengatakan meski di dera aksi jual dan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS hingga sentuh 14.500, IHSG masih berpeluang menguat hingga capai target di level psikologis 4.500.

Yuganur memprediksi, IHSG bergerak di level support 4.330-4.275-4.190 dan resistance 4.470-4.514-4.570-4.655 pada perdagangan saham Rabu pekan ini.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa 22 September 2015, IHSG melemah 32,03 poin (0,73 persen) ke level 4.344,04 . Indeks saham LQ45 tergelincir hampir 1 persen ke level 729,92.

Rekomendasi Saham

Yuganur memilih sejumlah saham yang dapat diperhatikan pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), dan PT Astra International Tbk (ASII).

Sedangkan William memilih saham BBTN, PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) untuk diperhatikan pelaku pasar.

Rekomendasi Teknikal

Yuganur memilih saham PT Bank Tabungan Negara Tbk untuk dicermati pelaku pasar. Ia merekomendasikan akumulasi saham emiten bank BUMN ini dengan target harga menuju resistance Rp 1.125.

Ia merekomendasikan masuk saham PT Bank Tabungan Negara Tbk di level pertama Rp 1.025, level kedua Rp 1.015, dan cut loss point Rp 995. (Ahm/Gdn)


Source: liputan6.com
Dolar Sentuh Rp 14.655, Pasar Kehilangan Katalis Positif

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang cukup dalam pada perdagangan Rabu (23/9/2015). Penyebab utama pelemahan rupiah ini adalah penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, rupiah melemah juga karena adanya penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia olehAsian Development Bank (ADB). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka pada level 14.597 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang ada di level 14.552 per dolar AS.

Mata uang Garuda sempat melemah ke level 14.655 per dolar AS pada perdagangan pukul 09.50 waktu Jakarta. Namun kemudian mampu menguat tipis. Pada perdagangan pagi hingga siang ini, rupiah terus bergerak di kisaran 14.577 per dolar AS hingga 14.658 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat rupiah pada perdagangan hari ini di level 14.623 per dolar AS, melemah jika dibanding dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.486 per dolar AS.

Pelemahan rupiah terjadi karena kenaikan dolar AS akibat kenaikan ekspektasi pelaku pasar akan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed). 

Dalam survei yang dilakukan oleh Bloomberg, ekspektasi pelaku pasar akan rencana kenaikan suku bunga The Fed bakal dilakukan pada Desember 2015 meningkat menjadi 47 persen jika dibandingkan dengan survei sebelumnya yang ada di level 44 persen.

Menengok ke belakang, pada 17 September kemarin ketika Gubernur The Fed bagian Atlanta,AS, Dennis Lockhart mengatakan bahwa ia tetap yakin bahwa bank sentral akan menjalankan pengetatan kebijakan moneter di tahun ini juga. Bahkan ketika volatilitas pasar global membuka risiko akan pelemahan ekonomi dan penurunan proyeksi inflasi.

Komentar Lockhart diikuti penjelasan dari tiga pembuat kebijakan lainnya. Mereka mengharapkan kenaikan suku bunga akan diumumkan pada salah satu dari dua pertemuan The Fed yang tersisa pada 2015 ini.  

"Dolar mampu berjuang sehingga menorehkan performa terbaik pada pekan ini, karena ekspektasi suku bunga AS tidak mungkin untuk penyesuaian yang lebih tinggi," kata Elias Haddad, ahli strategi mata uang Commonwealth Bank of Australia, Sydney, Australia. 

Elias juga mengatakan bahwa The Fed masih "On the track" untuk menaikan suku bunga akhir tahun ini kecuali pertumbuhan ekonomi global memburuk. Keyakinan akan kenaikan suku bunga tersebut melemahkan seluruh mata uang di Asia termasuk nilai tukar rupiah.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan, setelah pemerintah memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia, ADB juga ikut memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia menjadi hanya 4,9 persen secara year on year di 2015 ini dan 5,4 persen year on year di 2016.

"Rupiah merespons dengan pelemahan hingga melewati level 14.500 per dolar AS, walaupun memang sebagian besar faktor pelemahan tersebut berasal dari penguatan dolar di pasar global," jelasnya.

Tidak adanya katalis positif internal untuk rupiah membuat faktor penguatan dolar global akan kembali memberikan tekanan pelemahan pada hari ini.

Bank Indonesia (BI) sendiri memproyeksikan pergerakan rata-rata nilai tukar rupiah masih akan tertekan 14.000 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal IV 2015 sampai kuartal I 2016. Kurs ini lebih baik dibanding realisasi nilai tukar rupiah saat ini 14.498 per dolar AS.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, rata-rata nilai tukar rupiah dari Januari-22 September 2015 mencapai 13.797 per dolar AS, sementara realisasi kurs saat ini 14.498 per dolar AS per pada 22 September 2015.

"Kami memperkirakan rata-rata kurs rupiah 13.800 per dolar AS pada kuartal III 2015, dan tekanan masih akan berlanjut di kuartal IV ini lebih rendah dengan rata-rata 14.000 per dolar AS," ujar dia. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Sentimen The Fed Kembali, Rupiah Sentuh 14.655 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang cukup dalam pada perdagangan Rabu (23/9/2015). Penyebab utama pelemahan rupiah ini adalah penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, rupiah melemah juga karena adanya penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia olehAsian Development Bank (ADB). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka pada level 14.597 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang ada di level 14.552 per dolar AS.

Mata uang Garuda sempat melemah ke level 14.655 per dolar AS pada perdagangan pukul 09.50 waktu Jakarta. Namun kemudian mampu menguat tipis. Pada perdagangan pagi hingga siang ini, rupiah terus bergerak di kisaran 14.577 per dolar AS hingga 14.658 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat rupiah pada perdagangan hari ini di level 14.623 per dolar AS, melemah jika dibanding dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.486 per dolar AS.

Pelemahan rupiah terjadi karena kenaikan dolar AS akibat kenaikan ekspektasi pelaku pasar akan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed). 

Dalam survei yang dilakukan oleh Bloomberg, ekpektasi pelaku pasar akan rencana kenaikan suku bunga The Fed bakal dilakukan pada Desember 2015 meningkat menjadi 47 persen jika dibandingkan dengan survei sebelumnya yang ada di level 44 persen.

Menengok ke belakang, pada 17 September kemarin ketika Gubernur The Fed bagian Atlanta,AS, Dennis Lockhart mengatakan bahwa ia tetap yakin bahwa bank sentral akan menjalankan pengetatan kebijakan moneter di tahun ini juga. Bahkan ketika volatilitas pasar global membuka risiko akan pelemahan ekonomi dan penurunan proyeksi inflasi.

Komentar Lockhart diikuti penjelasan dari tiga pembuat kebijakan lainnya. Mereka mengharapkan kenaikan suku bunga akan diumumkan pada salah satu dari dua pertemuan The Fed yang tersisa pada 2015 ini.  

"Dolar mampu berjuang sehingga menorehkan performa terbaik pada pekan ini, karena ekspektasi suku bunga AS tidak mungkin untuk penyesuaian yang lebih tinggi," kata Elias Haddad, ahli strategi mata uang Commonwealth Bank of Australia, Sydney, Australia. 

Elias juga mengatakan bahwa The Fed masih "On the track" untuk menaikan suku bunga akhir tahun ini kecuali pertumbuhan ekonomi global memburuk. Keyakinan akan kenaikan suku bunga tersebut melemahkan seluruh mata uang di Asia termasuk nilai tukar rupiah.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan, setelah pemerintah memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia, ADB juga ikut memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia menjadi hanya 4,9 persen secara year on year di 2015 ini dan 5,4 persen year on year di 2016.

"Rupiah merespon dengan pelemahan hingga melewati level 14.500 per dolar AS, walaupun memang sebagian besar faktor pelemahan tersebut berasal dari penguatan dolar di pasar global," jelasnya.

Tidak adanya katalis positif internal untuk rupiah membuat faktor penguatan dolar global akan kembali memberikan tekanan pelemahan pada hari ini.

Bank Indonesia (BI) sendiri memproyeksikan pergerakan rata-rata nilai tukar rupiah masih akan tertekan 14.000 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal IV 2015 sampai kuartal I 2016. Kurs ini lebih baik dibanding realisasi nilai tukar rupiah saat ini 14.498 per dolar AS.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, rata-rata nilai tukar rupiah dari Januari-22 September 2015 mencapai 13.797 per dolar AS, sementara realisasi kurs saat ini 14.498 per dolar AS per pada 22 September 2015.

"Kami memperkirakan rata-rata kurs rupiah 13.800 per dolar AS pada kuartal III 2015, dan tekanan masih akan berlanjut di kuartal IV ini lebih rendah dengan rata-rata 14.000 per dolar AS," ujar dia. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Cadangan Devisa RI Tergerus, Ini Cara Agar Rupiah Perkasa

Liputan6.com, Jakarta - Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia terus merosot menjadi US$ 103 miliar sampai Senin (21/9/2015). Kondisi ini dinilai sangat mengkhawatirkan karena dunia usaha akan mengalami kesulitan membayar utang karena stok dolar Amerika Serikat (AS) kian terbatas.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia, Anwar Nasution saat dihubungi Liputan6.com mengatakan, dunia usaha sebagian besar berutang dalam bentuk valuta asing (valas). Tapi parahnya, penerimaan mereka dalam denominasi rupiah.

"Cadev sebesar itu jelas mengkhawatirkan. Lihat saja utang luar negeri swasta lebih besar dari pemerintah buat bangun mal, gedung pencakar langit, lapangan golf. Sedangkan penerimaannya rupiah, ini bahaya sekali," tegas dia di Jakarta, Rabu (23/9/2015).

Kata Anwar, dunia usaha makin ketar ketir karena harga komoditas anjlok sejak beberapa tahun lalu sehingga ikut menurunkan pendapatan perusahaan. Sementara ongkos produksi melonjak, karena pelemahan kurs rupiah dan tingkat bunga naik.

"Bagaimana mereka bisa bayar utang karena kesehatan industri terganggu. Perbankan akan terkena dampaknya, di mana kredit macet meningkat dan rasio kecukupan modal bank melemah," jelas Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) itu.

Lebih jauh diterangkan Anwar, pemerintah hanya menyentuh sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) pada paket kebijakan ekonomi tahap I. Padahal, sambungnya, UKM tidak mempunyai alat modal untuk bisa meningkatkan produktivitas.  

"Kenapa tidak memacu produktivitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kita, mengundang investasi dari Korea, Jepang, China misalnya bikin pabrik tekstil di Boyolali sehingga menyerap tenaga kerja," ujarnya.

Pemerintah, dinilai dia, hanya melakukan strategi jangka pendek dengan berutang. Memanfaatkan pinjaman multilateral dari negara lain, salah satunya BI lewat langkah bilateral swap arrangement dengan China, Jepang, Korea. Hanya saja, Anwar bilang, untuk bisa melakukannya harus memperoleh restu dari International Moneter Fund (IMF).

Guna kembali mengangkat rupiah, Anwar menyarankan, pemerintah dan BI harus meningkatkan kinerja ekspor dan mencegah terjadinya pelarian modal asing (capital outflow), di mulai dengan meningkatkan efisiensi BUMN, memperbaiki iklim usaha supaya investor betah menanamkan modalnya di Indonesia.

"Agresif juga untuk mengundang masuknya modal asing ke sini, misalnya dari Korea, Jepang, China, bukannya Arab. Rakyat kita butuh pekerjaan, bukan cuma minyak. Jangan gaduh mulu, dan permudah perizinan di daerah, selain tingkat pusat. Jadi orang mau datang ke sini," tegas dia. (Fik/Ndw)


Source: liputan6.com
Sepi Sentimen Positif, Rupiah dan IHSG Kompak Tertekan

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan sepanjang perdagangan saham Kamis sore pekan ini. Hal itu dipicu dari aksi jual pelaku pasar seiring merespons negatif dari bursa saham global yang tertekan ditambah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menembus kisaran 14.600.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (23/9/2015), IHSG merosot 99,61 poin (2,29 persen) ke level 4.244,42. Indeks saham LQ45 melemah 3,02 persen ke level 707,86. Seluruh indeks saham acuan tertekan sepanjang Kamis pekan ini.Ada sebanyak 208 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah.

Akan tetapi, 64 saham menghijau dan 69 saham lainnya diam di tempat.Transaksi perdagangan saham tidak terlalu ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 184.300 kali dengan volume perdagangan saham 6,99 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 4,8 triliun.

Pada perdagangan saham Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 4.308,97 dan terendah 4.239,13. Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham tambang naik 0,26 persen. Sektor saham aneka industri turun 4,11 persen, dan memimpin pelemahan sektor saham pada Kamis pekan ini.

Disusul sektor saham keuangan tergelincir 3,25 persen dan sektor saham manufaktur melemah 2,95 persen.Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 700 miliar. Sementara itu, pemodal lokal melakukan aksi beli sekitar Rp 600 miliar.

Bursa saham Asia juga cenderung tertekan hari ini. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 2,26 persen ke level 21.302,91, disusul indeks saham Singapura melemah 0,51 persen ke level 2.853,81. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran 14.652.

Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada menuturkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah membebani gerak IHSG. Ditambah sentimen negatif dari Asian Development Bank (ADB) yang memangkas pertumbuhan ekonomi dari 5,5 persen menjadi 4,9 persen.

"Pelaku pasar menantikan sentimen positif tetapi hanya ada sentimen negatif sehingga pelaku pasar melakukan aksi jual," ujar Reza saat dihubungi Liputan6.com.

Ia mengatakan, sentimen global terutama dari kekhawatiran perlambatan ekonomi China juga menekan IHSG.

Ada pun saham-saham yang menggerakkan indeks saham dan sebagai penguat antara lain saham ANTM naik 6,69 persen ke level Rp 510 per saham, saham INCO mendaki 6,25 persen ke level Rp 1.870 per saham, dan saham CSAP menguat 4,99 persen ke level Rp 400 per saham.Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham terutama saham berkapitalisasi besar.

Saham ASII turun 5,17 persen ke level Rp 5.500 per saham, saham BBCA melemah 2,26 persen ke level Rp 11.875 per saham, dan saham BBRI merosot 5,88 persen ke level Rp 8.800 per saham. (Ahm/Gdn)


Source: liputan6.com