Prev September 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 31 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 21 September 2015
Ketidakpastian The Fed Bikin Rupiah Betah di 14.400 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) betah di  level 14.400. Hal itu terjadi di tengah ketidakpastian atas rencana kenaikan suku bunga AS yang terus berlanjut.

Mengutip Bloomberg, Senin (21/9/2015), nilai tukar rupiah terlihat tertekan 0,49 persen ke kisaran level 14.445 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 10.02 WIB. Rupiah dibuka ke level 14.410 dari penutupan perdagangan Jumat 18 September 2015, rupiah ditutup di level 14.374. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.435 per dolar AS hingga 14.462 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah menguat tipis 0,08 persen menjadi 14.451 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.463 per dolar AS.

Analis PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menuturkan belum ada kepastian soal suku bunga AS melanjutkatkan ketidakpastian di pasar. Hal ini menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Memperpanjang ketidakpastian, lebih baik dinaikKan, sehingga ada peluang menguat(Rupiah) karena fokus pada sentimen positif dalam negeri," kata Rully saat dihubungi Liputan6.com, pada Senin pekan ini

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan bila bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve menaikkan suku bunga maka dapat memberikan kepastian di pasar keuangan dan modal.

"Nilai tukar rupiah sudah terlalu tinggi dari fundamentalnya karena spekulasi menunggu ini (suku bunga AS). Buat Indonesia sebenarnya lebih baik lakukan, supaya selesai spekulasinya," kata Darmin.

Pada Jumat 18 September 2015 waktu setempat, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) kembali mempertahankan suku bunga AS mendekati nol persen. Keputusan ini diambil karena The Fed mempertimbangkan dampak kondisi keuangan yang ketat dan perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian Negeri Paman Sam tersebut.

Sepanjang tahun ini rupiah telah melemah sekitar 16 persen dikarenakan ekpektasi kenaikan suku bunga AS dan melambatnya perekonomian global. (Ilh/Ahm)


Source: liputan6.com
Simak Nilai Tukar Rupiah di 4 Bank pada 21 September Ini

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah masih di atas level 14.000 per dolar AS pada perdagangan Senin (21/9/2015). Level rupiah pada awal pekan ini masih sama dengan level pekan lalu. 

Mengutip Bloomberg, Senin (21/9/2015), nilai tukar rupiah terlihat tertekan 0,49 persen ke kisaran level 14.445 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 10.02 WIB. Pada perdangan sebelumnya rupiah di tutup di level 14.374. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.435 per dolar AS hingga 14.462 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah menguat tipis 0,08 persen menjadi 14.451 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.463 per dolar AS.

Lalu bagaimana dengan nilai tukar rupiah di beberapa bank besar? Berikut daftarnya untuk periode 21 sepetember 2015, seperti dikutip dalam situs resmi bank.

PT Bank Mandiri Tbk mematok kurs beli pada angka 14.288 per dolar AS Sedangkan untuk jual di angka 14.495 per dolar AS.

PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mematok kurs beli di angka 14.375 per dolar AS sedangkan untuk kurs jual di angka 14.525 per dolar AS.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mematok kurs yang berbeda-beda, untuk transaksi di e-rate atau transaksi melalui e-channel memasang kurs jual di 14.455 per dolar AS dan kurs beli di 14.435 per dolar AS.

Untuk transaksi di konter atau kantor cabang dipatok 14.590 per dolar AS untuk jual dan beli 14.290 per dolar AS. Sedangkan untuk transaksi bank note, BCA mematok 14.550 per dolar AS untuk jual dan 14.250 per dolar untuk beli.

Sementara itu, PT Bank Danamon Indonesia,Tbk mematok jual di level 14.520 per dolar AS dan 14.320 per dolar AS untuk kurs beli.

Kurs jual adalah harga yang dipatok oleh bank jika nasabah ingin menukar rupiah ke dolar AS. Sedangkan kurs beli adalah jika nasabah ingin menukar dolar AS ke rupiah.


Source: liputan6.com
Ini Prediksi Nilai Tukar Rupiah Versi Bank Mandiri

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk memperkirakan nilai tukar rupiah masih akan tetap di atas 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) hingga akhir tahun ini. Senntimen dari luar masih menjadi mendorong pelemahan nilai tukar rupiah.

Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti mengatakan, rupiah akan berkutat pada level 14.500 per dolar AS hingga 14.800 per dolar AS. "Kami setuju pertumbuhan ekonomi ada di angka 4,8 persen untuk tahun ini. Namun kalau kurs masih debatable di 14.500 sampai 14.800," kata dia di Jakarta, Senin (21/9/2015).

Destry melanjutkan, pelemahan rupiah ada dua penyebab. Pertama, dari China diperkirakan masih melemahkan mata uangnya. "Perkiraan China masih ada devaluasi," imbuhnya.

Selain itu, diperkirakan mendekati akhir tahun permintaan akan dolar semakin tinggi. Hal ini menimbang tuntutan pembayaran utang dengan menggunakan dolar AS. "Kebutuhan 3-4 bulan untuk bayar utang," katanya.

Sejalan dengan itu, Destry berharap supaya undang-undang (UU) Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) segera terealisasi. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi pengaman sistem perekonomian nasional.

"Intinya kita berharapa UU JPSK bisa cepet jadi. Kalau sektor keuangan kena, jadi masalah dan makin kompleks karena urat nadi bagi perekonomian," tandas dia.

Mengutip Bloomberg, Senin (21/9/2015), nilai tukar rupiah terlihat tertekan 0,49 persen ke kisaran level 14.445 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 10.02 WIB.

Rupiah dibuka ke level 14.410 dari penutupan perdagangan Jumat 18 September 2015, rupiah ditutup di level 14.374. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.435 per dolar AS hingga 14.462 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah menguat tipis 0,08 persen menjadi 14.451 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.463 per dolar AS. (Amd/Gdn)


Source: liputan6.com
Aksi Beli Investor Lokal Bikin IHSG Turun Tipis

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada perdagangan saham Senin pekan ini. Meski demikian, IHSG hanya melemah terbatas.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (21/9/2015), IHSG melemah tipis 4,23 poin (0,10 persen) ke level 4.376,08 . Indeks saham LQ45 tergelincir 0,43 persen ke level 737,18. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan kecuali indeks saham DBX naik 0,18 persen ke level 671,77 dan indeks saham Pefindo25 mendaki 1,15 persen ke level 374,98.

Ada sebanyak 138 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sementara itu, 121 saham menghijau sehingga membuat IHSG turun terbatas. Sedangkan 81 saham lainnya diam di tempat.

Di awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 4.382,24 dan terendah 4.343,41. Transaksi perdagangan saham hari ini tidak terlalu ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 149.956 kali dengan volume perdagangan saham 4,95 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 3,62 triliun.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham perkebunan naik 0,13 persen, diikuti sektor saham aneka industri mendaki 0,14 persen, sektor saham infrastruktur menanjak 0,73 persen, dan sektor saham perdagangan menguat 0,68 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 264 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 300 miliar.Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham BKSL naik 11,43 persen ke level Rp 78 per saham, saham GJTL mendaki 25 persen ke level Rp 625 per saham, dan saham MIKA menguat 3,98 persen ke level Rp 29.425 per saham.

Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham INTP melemah 4,26 persen ke level Rp 18.000 per saham, saham PGAS merosot 2,4 persen ke level Rp 2.850 per saham, dan saham BBRI tergelincir 2,56 persen ke level Rp 9.525 per saham.

Di bursa saham Asia, indeks saham cenderung bervariasi. Indeks saham Singapura naik 0,11 persen ke level 2.882. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,75 persen ke level 21.756. Nilai tukar rupiah berada di posisi 14.479 per dolar Amerika Serikat.

Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menuturkan IHSG bergerak negatif imbas dari keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve tetap mempertahankan suku bunga rendah. Memang saat pengumuman keputusan bank sentral AS itu, pelaku pasar merespons positif. Akan tetapi, pelaku pasar kembali menilai langkah keputusan The Fed itu.

"Langkah The Fed itu membuat pelaku pasar kembali menilai langkah mempertahankan suku bunga menunjukkan kalau ekonomi belum baik. Mempertahankan suku bunga menunjukkan kalau pemulihan ekonomi masih melambat," kata Reza saat dihubungi Liputan6.com.

Ia mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga masih menjadi beban bagi IHSG. Rupiah bergerak di kisaran 14.400 per dolar AS. "Rupiah tertekan membuat kekhawatiran pelaku pasar terhadap beban tambahan emiten," tambah Reza. (Ahm/Gdn)


Source: liputan6.com
Dolar Menguat, Kinerja Ekspor RI Masih Lesu

Liputan6.com, Jakarta - Saat nilai tukar dolar menguat terhadap rupiah biasanya ada sektor yang diuntungkan, yaitu sektor yang berorientasi pada ekspor. Namun tidak untuk kondisi menguatnya dolar kali ini, kinerja ekspor pun tak begitu naik berarti.

Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Andry Asmoro mengatakan, di sisi lain menguatnya dolar, negara China mendevaluasi mata uangnya yuan agar ekspor mereka melonjak karena barang-barang bisa dijual dengan harga murah.

Tapi di sisi lain, hal itu tak bisa dilakukan Indonesia karena ekspor Indonesia masih banyak bergantung pada komoditas.

"Jawabannya tidak karena ekspor komoditas dan komoditas tergantung permintaan negara lain terutama China," kata dia, Jakarta, Senin (21/9/2015).

Dia mengatakan, hal tersebut dilihat dari pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit yang turun bersamaan dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

"Begitu juga tekstil dan produk tekstil (TPT), coal, relatif tergantung perkembangan di dunia," tuturnya,

Maka dari itu, Andry mengatakan perlu menggenjot sektor lain untuk mendorong perekonomian nasional. "Mana sektor yang relatif menjanjikan terlihat dua kuartal yang ada pertumbuhan di atas pertumbuhan ekonomi  nasional. Misalnya konstruksi dan pertanian. Dan kalau  di-breakdown lagi makanan dan minuman," tandas dia.

Sebagai informasi nilai tukar rupiah masih di atas level 14.400 per dolar AS pada perdagangan Senin (21/9/2015). Level rupiah pada awal pekan ini masih sama dengan level pekan lalu.

Mengutip Bloomberg  nilai tukar rupiah terlihat tertekan 0,49 persen ke kisaran level 14.445 per dolar AS  pada perdagangan pukul 10.02 WIB. Pada perdangan sebelumnya, rupiah ditutup di level Rp 14.374. Dari pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran Rp 14.435-14.462 per dolar AS. (Amd/Zul)


Source: liputan6.com