Liputan6.com, Jakarta - Pasca pengumuman kebijakan suku bunga AS pada Kamis sore (Jumat dini hari waktu Jakarta), nilai tukar rupiah bergerak para kisaran sempit. Rupiah tak jatuh terlalu dalam karena BI juga memutuskan untuk menahan suku bunga acuan.
Mengutip Bloomberg, Jumat (18/9/2015), nilai tukar rupiah terlihat bergerak terbatas pada kisaran level 14.464 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 10.10 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.450 per dolar AS hingga 14.478 per dolar AS.
Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah melemah tipis 0,07 persen menjadi 14.463 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.452 per dolar AS.
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol persen. Keputusan ini diambil karena The Fed mempertimbangkan dampak kondisi keuangan yang ketat dan perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian Negeri Paman Sam tersebut.
"Pemulihan ekonomi AS dari resesi besar telah mengalami kemajuan yang pesat dan pengeluaran domestik yang cukup kuat menjadi landasan The Fed untuk menaikkan suku bunga," kata Gubernur The Fed, Janet Yellen dalam konferensi pers.
Namun, lanjut Yellen, tingginya ketidakpastian dari kondisi global dan angka inflasi membuat The Fed harus menunggu lebih banyak bukti soal penguatan ekonomi AS, termasuk pertumbuhan pasar tenaga kerja untuk meningkatkan kepercayaan diri The Fed dalam menaikkan suku bunga.
Masalah ekonomi China dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara lainnya merupakan alasan penting The Fed memilih untuk menunda menaikkan suku bunga. Tapi dia mengatakan kekhawatiran The Fed tidak harus dibesar-besarkan.
Perkembangan pasar tenaga kerja sudah meningkat sejak pertemuan Juli lalu. Meski begitu, tingkat inflasi menjadi rujukan paling utama dari The Fed. Namun, para pejabat The Fed memperkirakan suku bunga acuan akan meningkat secara bertahap hingga mencapai 2,6 persen pada akhir 2017.
Sebelumnya, Goldman Sachs memprediksi The Fed akan menunda kenaikan suku bunga hingga Desember 2015. Analis Goldman Sachs David Kostin memperkirakan kenaikan suku bunga kemungkinan dilakukan pada Desember.
Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, pada perdagangan kemarin, rupiah menguat setelah Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,5 persen. "Penetapan BI rate membuat tekanan kepada rupiah berkurang. Selain itu memang dolar AS juga kembali melemah di Asia," tuturnya.
Sedangkan pada hari ini tekanan kepada rupiah tidak setinggi hari-hari sebelumnya karena pelemahan dolar AS menyusul keputusan The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga acuan.
Keputusan Bank Indonesia mempertahankan BI rate kemarin menunjukkan prioritas untuk menjaga stabilitas keuangan daripada mendorong pertumbuhan ekonomi.
Keputusan the Fed untuk tidak menaikkan berpeluang mendatangkan sentimen positif tetapi kekhawatiran akan kembali datang karena mayoritas anggota The Fed masih mengharap kenaikan Fed rate di tahun ini juga. (Ilh/Gdn)
Source: liputan6.com