Prev September 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 31 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 17 September 2015
Melihat Prospek Saham Emiten Pakan Ternak

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja emiten pakan ternak belum memuaskan hingga semester I 2015. Kenaikan sejumlah beban terutama nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut menekan kinerja emiten pakan ternak.

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) membukukan penjualan naik tipis 5,74 persen menjadi Rp 15,25 triliun pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 14,42 triliun. Tetapi, laba bersih turun 23,31 persen menjadi Rp 959,24 miliar.

Sementara itu, dua emiten pakan ternak mengalami rugi bersih. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) membukukan rugi sekitar Rp 272,12 miliar pada semester I 2015 dari sebelumnya untung Rp 325 miliar. Penjualan turun tipis 0,35 persen menjadi Rp 12,14 triliun.

Sedangkan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) mencetak penjualan bersih melemah 0,20 persen menjadi Rp 2,3 triliun. Akan tetapi perseroan mengalami rugi Rp 84 miliar dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 88 miliar.

Dalam riset PT BNI Securities yang dikutip Kamis (17/9/2015), emiten pakan ternak menghadapi volatilitas bahan baku untuk produksi pakan ternak. Hal itu terutama jagung dan kedelai masih diimpor dari luar negeri. Memang harga internasional jagung dan kedelai telah menurun masing-masing 10 persen dan 12 persen secara year to date (Ytd).

Harga bahan baku ini diperkirakan masih tertekan hingga akhir 2015. Asosiasi pakan ternak pun menyatakan kalau stok jagung untuk kebutuhan ternak masih sekitar 1,6 juta ton. Stok ini dapat dikatakan aman untuk dua bulan dengan asumsi 800 ribu ton. Ketersediaan bahan baku juga menjadi poin penting bagi emiten.

Apa lagi Kementerian Pertanian telah menghentikan impor jagung untuk pabrik pakan ternak. Bulog pun dimungkinkan untuk impor jagung di awal tahun depan. Hal ini dilakukan sejalan dengan program swasembada pemerintah pada makanan. Pemerintah diharapkan dapat melakukan manajemen stok untuk mengatasi kelangkaan di pasar.

"Pembatasan izin impor bagi produsen pakan ternak juga harus diimbangi dengan ketersediaan pasokan bahan baku secara nasional. Bila ada kekurangan pasokan maka akan ciptakan masalah baru bagi industri unggas," kata Dessy.

Dolar AS Perkasa Pengaruhi Kinerja Perseroan

Akan tetapi, sejumlah perusahaan masih berjuang terhadap pergerakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS. Analis PT BNI Securities Dessy Lapangu mengatakan rupiah tertekan juga mempengaruhi biaya produksi industri unggas. Rupiah telah depresiasi sekitar 13 persen secara year to date (Ytd).

Di tengah kondisi tersebut, emiten pakan ternak sebenarnya memiliki peluang pertumbuhan di masa depan. Hal itu mengingat tingkat konsumsi ayam masih cukup rendah di Indonesia bila dibandingkan dengan negara lain.Konsumsi ayam di Indonesia diperkirakan sekitar 8 kilogram/kapita per tahun. Angka ini cukup rendah dibandingkan Malaysia yang mencapai 38 kg/ kapita  per tahun.

Kebiasaan masyarakat Indonesia masih mengandalkan food grains sebagai sumber protein menjadi kendala bagi peningkatan potensi konsumsi industri ayam di Indonesia. Dessy melihat, prospek industri unggas juga memainkan peran penting untuk mengembangkan industri terintegrasi dari hulu ke hilir. Bahkan industri tersebut dapat memberikan kontribusi lebih dari 50 persen dari total produksi daging nasional.

"Namun sebagian besar besar kota besar memainkan bagian penting sebagai faktor pertumbuhan penting untuk tingkat konsumsi masyarakat Indonesia karena didukung oleh kenaikan restoran makanan cepat saji dan membaiknya teknologi untuk makanan beku," jelas Dessy.

Selain itu, pemerintah telah membatasi impor grand parent stock (GPS). Langkah ini dilakukan untuk mengatasi isu kelebihan pasokan. Pemerintah telah memangkas GPS 55 ribu dari sebelumnya total 720 ribu menjadi 665 ribu.

Ini juga berdampak positif untuk kestabilan industri yang didukung pemulihan ekonomi mulai 2016."Diharapkan peran pemerintah tersebut memberikan sebuah awal baru untuk memulihkan industri. Seiring peraturan ini maka industri unggas dapat pulih pada kuartal IV 2015, dan berlanjut hingga 2016," kata Dessy.

Namun, tantangan emiten pakan ternak harus menghadapi daya beli masyarakat Indonesia menurun. Industri juga sulit untuk tumbuh di tengah kenaikan harga daging ayam.

Rekomendasi Saham

 PT BNI Securities memilih tiga emiten pakan ternak yang merupakan pemain utama dalam industri unggas antara lain PT Charoen Pokpand Indonesia Tbk, PT Malindo Feedmill Tbk, dan PT Japfa Comfeed Tbk

Ada pun salah satu pilihan sahamnya yaitu karena PT Charoen Pokpand Indonesia Tbk meski mengalami perlambatan kinerja keuangan yang ditunjukkan dalam pertumbuhan laba turun 23,3 persen menjadi Rp 959 miliar. Akan tetapi, perseroan mampu mempertahankan keuntungan yang masih positif.

Penjualan naik tipis 5,74 persen menjadi Rp 15,25 triliun pada semester I 2015."Kami mempertahankan rekomendasi beli dengan harga Rp 2.500 per saham," ujar Dessy.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred mengatakan penguatan dolar Amerika Serikat memberikan dampak negatif terhadap perseroan. Hal itu lantaran
bahan baku impor cukup besar sehingga menambah ongkos produksi ditambah  pinjaman.

"Bahan baku barang impornya cukup besar, menguatnya dolar AS menambah ongkos produksi. Selain itu, pinjaman perusahaan dalam bentuk dolar menekan kinerja saham CPIN. melihat kedua hal tersebut besar margin tertekan karena pengutan dolar AS," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com.

Alfred juga mengatakan kinerja PT Charoen Pokpand Indonesia Tbk dalam  menjalani semester kedua 2015 cukup sulit. Hal itu lantaran cukup
banyaknya pemain pada komoditi ayam.

Alfred juga menerangkan distribusi menjadi faktor utama dalam meningkatkan kinerja perusahaan namun hal tersebut tentunya membutuhkan biaya. Selain itu, perseroan masuk ke produk minuman white tea, Alfred menilai perseroan ingin  mengoptimalkan peluang pada industri hilir berupa food and beverage. Namun Alfred melihat prospek produk minuman jenis white tea yang akan diluncurkan perseroan tidak akan mudah.  

"PT Charoen Pokpand Tbk sedang uji coba memanfaatkan jalur distribusi, dan itu tidak gampang, akan sulit jika tidak menjadi top brand. Tidak optimis dapat masuk top brand karena segmen minuman di Indonesia sudah lengkap dan relatif sempit," kata Alfred.

Hingga akhir tahun, Alfred memperkirakan saham PT Charoen Pokpand Tbk bergerak terbatas hingga kisaran level 2.100 "Sahamnya mahal, saham pokpand PE-nya (Price Earning Ratio)  sudah 17 kali jadi pergerakannya sudah terbatas. Kemungkinan jika akhir tahun ini IHSG berada berada pada level 4.900, maka saham PT Charoen Pokpand berada di kisaran 2.100," kata Alfred. (Ilh/Ahm)

 


Source: liputan6.com
Bank Indonesia Diperkirakan Kembali Pertahankan‎ Suku Bunga

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) kembali mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan untuk menyesuaikan kebijakan dengan kondisi ekonomi Indonesia terkini.

Dalam RDG‎ September ini, para pengamat ekonomi memperkirakan Agus Martowardojo selaku Gubernur Bank Indonesia akan memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya (BI Rate) di level 7,5 persen.

Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TCW Investment, Budi Hikmat mengatakan, BI akan mempertahankan suku bunga karena angka tersebut dinilai pas untuk saat ini.

"Pastinya dipertahankan, ‎nanti akan turun setelah The Fed naikin bunga," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (17/9/2015).

Dikatakan Budi, sebenanrya saat ini ada faktor yang mendukung BI rate dapat diturunkan karena tingkat pertumbuhan kredit di perbankan yang sudah melambat akibat perlambatan ekonomi Indonesia. Namun dirinya lebih meyakini BI memiliki pertimbangan lain sehingga lebih cenderung akan mempertahankan BI rate‎.

Hal serupa juga diungkapkan oleh ekonom asal Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono‎. Dia menganggap masih terlalu riskan BI rate diubah dari posisi saat ini.

"Saya pikir tetap 7,5 persen, jika BI rate dinaikkan untuk membantu rupiah agar menguat, hal tersebut akan merepotkan bank-bank dalam penyaluran kredit," terang dia.

Dengan semakin susahnya perbankan dalam menyalurkan kredit tersebut nantinya juga akan memicu naiknya angka kredit bermasalah (NPL) pada perbankan. Tony memperkirakan dengan kondisi saat ini saja, NPL hingga akhir tahun bisa menyentuh angka 3 persen.

"Jadi, BI tidak ada pilihan, tetap mempertahankan BI rate pada level sekarang 7,5 persen," tutur dia.

Pada RDG sebelumnya, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

"Keputusan tersebut sejalan dengan upaya untuk menjaga agar inflasi berada pada kisaran sasaran inflasi plus minus 4 persen di 2015 dan 2016, " Jelas Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo.

Bauran kebijakan Bank Indonesia secara konsisten tetap diarahkan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global, serta menjaga pertumbuhan ekonomi melalui implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif.

"Fokus kebijakan BI dalam jangka pendek akan diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidaksabilan ekonomi Global," lanjut Mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk tersebut.  (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com
Menunggu Kebijakan The Fed, Rupiah Stabil di 14.450 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Gerak nilai tukar rupiah terlihat mendatar pada perdagangan Kamis (17/9/2015) dikarenakan para pelaku pasar menunggu kebijakan suku bunga yang akan dikeluarkan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan dirilis pada jumat dini hari waktu Indonesia. 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.450 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 10.17 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.435 per dolar AS hingga 14.458 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah melemah tipis 0,06 persen menjadi 14.452 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.442 per dolar AS.

Menurut Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Samual, datarnya pergerakan rupiah pada pagi hingga siang ini dikarenakan para pelaku pasar menunggu pengumuman kebijakan suku bunga AS. David juga memproyeksikan 3 skenario yang mungkin terjadi pada saat The Fed mengumumkan kebijakannya pada Jumat dini hari.

"Pertama skenario Hawkis atau bernada agresif, dimana jika seandainya pengumumkan tersebut menyebutkan inflasi telah mencapai 2 persen, dan kemungkinan akan menaikkan kembali suku bunga pada periode mendatang" kata david.

David juga mengatakan bahwa jika itu terjadi maka kemungkinan besar akan berdampak negatif bagi aset-aset keuangan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dengan adanya skenario tersebut maka ada kemungkinan pelarian dana-dana asing dari portofolio yang ada di Indonesia sehingga akan menekan nilai tukar rupiah.  

Pada skenario kedua, David menjelaskan, jika The Fed masih ragu seperti saat ini, pelaku pasar akan sulit menentukan aksi sehingga gerak pasar tetap fluktuatif, dan berdampak negatif bagi rupiah.

"Pengumuman The Fed akan berdampak positif bagi rupiah jika proyeksi The Fed mengatakan bahwa kenaikan suku bunga AS masih lama, inflasi masih rendah." papar david.

Namun, Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere mengatakan, pelaku pasar lokal sebenarnya tidak perlu kawatir jika nilai tukar rupiah terus melemah bahkan mencapai level 15.000 per dolar AS. Menurutnya, hal tersebut justru positif karena negara lain juga turut melemah.

"Tidak perlu direspon secara negatif, karena mata uang di negara Asia itu juga melemah. Kalau kita menguat sendiri kita tidak kompetitif lagi. Kita harus mengingat itu. kita tidak hidup sendiri. Kita kompetitif dengan negara lain, seperti Thailand, Malaysia dan Singapura," jelasnya.

Ia pun mengatakan jika pelemahan nilai tukar rupiah disikapi dengan panik justru akan memperkeruh nilai tukar rupiah. "BI saja tenang-tenang saja. Memang seharusnya seperti itu karena kalau Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo panik orang akan melihat rupiah mulai tidak terkendali, bahaya. Tapi dia tenang-tenang saja. Saya rasa sikap dia itu baik sekali," paparnya. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Lesu Untungkan Produsen Pakaian Zara

Liputan6.com, Jakarta - Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) tercatat turun 15,85 persen dari 12.474 per dolar AS pada 2 Januari 2015 menjadi 14.452 per dolar AS pada 17 September 2015.

Meski demikian, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak selalu buruk bagi emiten. Salah emiten yang memperoleh berkah dari dolar AS perkasa yaitu PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).

Hal itu lantaran sebagian besar produknya ekspor, dan juga pendapatan dalam dolar AS, tetapi mencatatkan dalam rupiah juga menguntungkan perusahaan tekstil tersebut.Keuntungan dari pelemahan rupiah ini juga ditunjukkan dari kinerja produsen pakaian merek Zara ini hingga semester I 2015.

Penjualan naik 37,42 persen menjadi US$ 352,79 juta hingga semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 256,72 juta. Laba bersih periode berjalan naik 136 persen menjadi US$ 30,09 juta pada semester I 2015. Perseroan juga mengurangi rugi kurs US$ 4,41 juta.

Sekretaris Perusahaan PT Sri Rejeki Isman Tbk, Welly Salam menuturkan depresiasi rupiah atau pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak mempengaruhi kinerja perseroan. Lantaran perseroan sebagai eksportir yang mencatatkan laporan keuangan dalam dolar AS.

"Penjualan sekitar 50 persen untuk ekspor. Kami juga ada yang jualan ke lokal, tetapi lokal itu juga menjual barangnya untuk ekspor. Jadi dolar AS menguat tidak ada masalah untuk kami," kata Welly saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Kamis (17/9/2015).

Welly menuturkan, selama ini perseroan melakukan ekspor pakaian ke Jepang, China, Korea Selatan, Timur Tengah, Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Australia. Di tengah ekonomi global lesu, Welly menuturkan hal itu juga belum mempengaruhi kinerja perseroan lantaran produk yang dijual merupakan produk kebutuhan dasar. Penjualan produk juga merata di sejumlah negara di dunia terutama di kawasan Asia. "Permintaan pelanggan masih tinggi," ujar Welly.

Selain itu, Welly menyatakan devaluasi atau pelemahan mata uang China Yuan juga tidak berdampak terhadap harga jual produk perseroan. Lantaran harga jualnya masih dapat bersaing.

"Kecuali kalau Yuan melemah hingga 10 persen itu baru mempengaruhi. Kalau ini masih kecil devaluasinya," kata Welly.

Saat ditanya mengenai sebagian bahan baku perseroan juga masih impor di tengah nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar AS,  Welly mengatakan kinerja perseroan belum terganggu. "Biaya produksi memang naik tetapi tidak terlalu besar," tutur Welly.

Untuk target kinerja keuangan, Perseroan mengharapkan pertumbuhan penjualan sekitar 7-10 persen dan laba bersih sekitar 10-15 persen pada 2015.

Analis PT Mandiri Sekuritas Kevin Halim menuturkan kinerja keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk masih cukup baik ke depan di tengah nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar AS. Hal itu mengingat pendapatan perseroan dalam dolar AS. "Kalau dolar AS menguat ini malah berdampak baik buat mereka," ujar Kevin.

Tak hanya kinerja keuangan perkasa, saham PT Sri Rejeki Isman Tbk juga mencatatkan penguatan saham signifikan sepanjang 2015. Bahkan saham PT Sri Rejeki Isman Tbk membukukan kenaikan harga saham di atas 100 persen. Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk naik 104,91 persen menjadi Rp 334 per saham pada perdagangan saham Rabu 16 September 2015. Saham perseroan sempat tertinggi di level harga Rp 497 dan terendah Rp 148 per saham. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Simak Nilai Tukar Dolar AS di 4 Bank Ini

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terlihat stabil pada perdagangan Kamis, (17/9/2015).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,3 persen ke level 14.452 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 13.03 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.404 per dolar AS hingga 14.455 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah tergerus 0,5 persen menjadi 14.442 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.371 per dolar AS pada Rabu 16 September 2015.

Lalu bagaimana dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di beberapa bank besar?. Berikut daftarnya untuk periode 17 September 2015, seperti dikutip dalam situs resmi bank:

PT Bank Mandiri Tbk mematok kurs beli dolar AS pada angka 14.283 per dolar AS. Sedangkan untuk kurs jual di angka 14.490 per dolar AS.

PT Bank Woori Saudara Tbk mematok kurs beli di angka 14.300 per dolar AS. Sedangkan untuk kurs jual di angka 14.600 per dolar AS.

PT Bank Central Asia Tbk mematok kurs yang berbeda-beda, untuk transaksi di e-rate atau transaksi melalui e-channel memasang kurs jual di 14.452 per dolar AS dan kurs beli di 14.432 per dolar AS.

Untuk transaksi di counter atau kantor cabang dipatok 14.592 per dolar AS untuk jual dan beli 14.292 per dolar AS. Sedangkan untuk transaksi bank note, BCA mematok 14.595 per dolar AS untuk jual dan 14.295 per dolar untuk beli.

Sedangkan PT Bank Danamon IndonesiaTbk mematok kurs  jual di level 14.510 per dolar dan 14.310 per dolar untuk beli.

Kurs jual adalah harga yang dipatok oleh bank jika nasabah ingin menukar rupiah ke dolar AS. Sedangkan kurs beli adalah jika nasabah ingin menukar dolar AS ke rupiah.

PT Bank Mandiri Tbk

Kurs beli: 14.283
kurs jual: 14.490

PT Bank Woori Saudara

Kurs beli: 14.300
kurs jual: 14.600

PT BCA Tbk (Konter)

Kurs beli: 14.292
kurs jual: 14.592

PT Bank Danamon Indonesia Tbk

Kurs beli: 14.310
kurs jual: 14.510


Source: liputan6.com
Simak Nilai Tukar Dolar di 4 Bank Ini

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terlihat stabil pada perdagangan Kamis, (17/9/2015).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,3 persen ke level 14.452 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 13.03 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.404 per dolar AS hingga 14.455 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah tergerus 0,5 persen menjadi 14.442 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.371 per dolar AS pada Rabu 16 September 2015.

Lalu bagaimana dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di beberapa bank besar?. Berikut daftarnya untuk periode 17 September 2015, seperti dikutip dalam situs resmi bank:

PT Bank Mandiri Tbk mematok kurs beli dolar AS pada angka 14.283 per dolar AS. Sedangkan untuk kurs jual di angka 14.490 per dolar AS.

PT Bank Woori Saudara Tbk mematok kurs beli di angka 14.300 per dolar AS. Sedangkan untuk kurs jual di angka 14.600 per dolar AS.

PT Bank Central Asia Tbk mematok kurs yang berbeda-beda, untuk transaksi di e-rate atau transaksi melalui e-channel memasang kurs jual di 14.452 per dolar AS dan kurs beli di 14.432 per dolar AS.

Untuk transaksi di counter atau kantor cabang dipatok 14.592 per dolar AS untuk jual dan beli 14.292 per dolar AS. Sedangkan untuk transaksi bank note, BCA mematok 14.595 per dolar AS untuk jual dan 14.295 per dolar untuk beli.

Sedangkan PT Bank Danamon IndonesiaTbk mematok kurs  jual di level 14.510 per dolar dan 14.310 per dolar untuk beli.

Kurs jual adalah harga yang dipatok oleh bank jika nasabah ingin menukar rupiah ke dolar AS. Sedangkan kurs beli adalah jika nasabah ingin menukar dolar AS ke rupiah.

PT Bank Mandiri Tbk

Kurs beli: 14.283
kurs jual: 14.490

PT Bank Woori Saudara

Kurs beli: 14.300
kurs jual: 14.600

PT BCA Tbk (Konter)

Kurs beli: 14.292
kurs jual: 14.592

PT Bank Danamon Indonesia Tbk

Kurs beli: 14.310
kurs jual: 14.510


Source: liputan6.com
Harga Komoditas Jatuh Bikin Eksportir Merana

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menembus level 14.400 ternyata tidak otomatis membawa keuntungan bagi produk dan komoditi ekspor Indonesia.

Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia ( GPEI), Toto Dirgantoro mengatakan nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar AS seharusnya membawa keuntungan bagi eksportir. Namun sayang, harga komoditas anjlok membuat pelemahan rupiah tidak memberikan dampak signifikan.

"Posisi melemahnya rupiah untuk ekspor harusnya bagus. Cuma lebih dominan komoditi yang bahan bakunya lokal. Cuma masalahnya komoditi kita harganya sedang anjlok, harga karet turun, kopi, kakao, batu bara, sehingga tidak mengangkat ekonomi kita," ujar Toto di Jakarta, Kamis (17/9/2012).

Dia menjelaskan, upaya pemerintah untuk menggenjot sektor industri pun dinilai sedikit terlambat. Lantaran sebagian industri lokal pun masih tergantung pada bahan baku impor. Sehingga pelemahan rupiah ini juga memberatkan sektor industri.

"Yang ada sekarang bagaimana menggenjot industri kita yang lagi bagus yaitu manufaktur. Tapi itu sebagian besar bahan bakunya juga impor. Jadi ini sedang dilema sehingga pertumbuhan itu masih jauh. Walaupun Agustus ini seraca perdagangan masih suplus," jelas Toto.

Para pengusaha dan eksportir, lanjut Toto, sebenarnya berharap pemerintah bisa menjaga kestabilan nilai tukar rupiah ketimbang rupiah harus anjlok ke level yang rendah.

Dengan kestabilan rupiah, maka akan tercipta ketenangan dalam berusaha."Yang diharapkan bukan rupiah lemah atau kuat. Tapi yang diharapkan ada fundamental yang terjaga. Sekarang dolar  AS untuk bisa ke Rp 13 ribu sulit, trennya akan terus naik. Yang diharapkan bagaimana rupiah stabil perlu terobosan dari para pemangku kekuasaan," ujar Toto.

Seperti diketahui kurs tengah Bank Indonesia (BI) melemah 15,85 persen dari 12.474 per dolar AS pada 2 Januari 2015 menjadi 14.452 per dolar AS pada 17 September 2015. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
BI Rate Bertahan di 7,5% Selama 8 Bulan

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 September 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di angka 7,5 persen. Selain itu, BI juga memutuskan suku bunga Deposit Facility 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara mengatakan, Keputusan tersebut sejalan dengan upaya membawa inflasi menuju pada kisaran sasaran sebesar 4 persen plus minus satu di 2015 dan 2016.

"Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek diarahkan pada langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global," jelasnya di Jakarta, Kamis (17/9/2015).

BI akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar, dan stabilitas sistem keuangan dalam mendukung kesinambungan perekonomian.

Selain itu, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam mempercepat stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta melanjutkan berbagai kebijakan struktural yang menjadi kunci perbaikan prospek ekonomi Indonesia ke depan.

Dengan dipertahankannya BI rate di level 7,5 persen pada RDG bulan ini, bank sentral telah menahan suku bunga acuan selama 8 bulan.

Langkah BI mempertahankan suku bunga acuan sesuai dengan prediksi para ekonom. Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TCW Investment, Budi Hikmat mengatakan, BI akan mempertahankan suku bunga karena angka tersebut dinilai pas untuk saat ini.

"Pastinya dipertahankan, ‎nanti akan turun setelah The Fed naikin bunga," katanya.

Dikatakan Budi, sebenanrya saat ini ada faktor yang mendukung BI rate dapat diturunkan karena tingkat pertumbuhan kredit di perbankan yang sudah melambat akibat perlambatan ekonomi Indonesia. Namun dirinya lebih meyakini BI memiliki pertimbangan lain sehingga lebih cenderung akan mempertahankan BI rate‎.

Hal serupa juga diungkapkan oleh ekonom asal Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono‎. Dia menganggap masih terlalu riskan BI rate diubah dari posisi saat ini.

"Saya pikir tetap 7,5 persen, jika BI rate dinaikkan untuk membantu rupiah agar menguat, hal tersebut akan merepotkan bank-bank dalam penyaluran kredit," terang dia.

Dengan semakin susahnya perbankan dalam menyalurkan kredit tersebut nantinya juga akan memicu naiknya angka kredit bermasalah (NPL) pada perbankan. Tony memperkirakan dengan kondisi saat ini saja, NPL hingga akhir tahun bisa menyentuh angka 3 persen.

"Jadi, BI tidak ada pilihan, tetap mempertahankan BI rate pada level sekarang 7,5 persen," tutur dia. (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com
Menkeu: BI Rate 7,5% Cukup Jaga Kestabilan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menilai keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,5 persen demi menjaga stabilitas ekonomi negara. Kebijakan tersebut diambil menjelang rapat dewan Gubernur The Federal Reserve yang akan berlangsung Jumat 18 September 2015.


Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengatakan, BI pasti sudah mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kenaikan Fed Fund Rate saat memutuskan BI Rate. BI selain mempertahankan BI Rate 7,50 ‎persen, Deposit Facility tetap di level 5,50 persen dan Lending Facility 8,00 persen.

"Cukup, pokoknya untuk menjaga kestabilan ekonomi‎. Itu yang paling penting terutama dari segi moneternya. Kita sambut baik, kalau memang itu kebijakan yang terbaik melihat kondisi saat ini," ujar dia di kantornya, Jakarta, Kamis (17/9/2015).

Rencana kebijakan The Fed menaikkan tingkat suku bunga, kata Bambang, sudah direspons investor. Hal ini jelas terlihat dari pelemahan hampir seluruh mata uang dunia, termasuk kurs rupiah terhadap‎ dolar Amerika Serikat (AS) meski gejolak ini sudah terjadi sejak 2013.

"Naik atau belum naiknya Fed Fund Rate sudah tercermin dari gejolak kurs sejak pertengahan 2013. Nilai tukar dolar terhadap semua mata uang sudah di price in dengan menganggap seolah-olah The Fed menaikkan suku bunga secara signifikan. Kalau ada kenaikan, mungkin akan terjadi gejolak tapi sebagian besar gejolak sudah terjadi sejak 2013," terang dia.

Apabila Bank Sentral AS mengeksekusi kenaikan suku bunga ini, sambung Bambang, tidak akan langsung berdampak kepada fiskal Indonesia. "Tapi lebih ke makro ekonomi dan kurs. Dari kurs baru bisa terlihat dampaknya ke anggaran," tandasnya. (Fik/Zul)


Source: liputan6.com