Prev September 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 31 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 16 September 2015
Penguatan Dolar AS Belum Bikin Untung Perajin Mebel

Liputan6.com, Jakarta - Terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seharusnya membawa keuntungan tersendiri bagi industri mebel dan furnitur lokal, khususnya yang memiliki orientasi ekspor.

Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Taufik Gani mengatakan, dengan pelemahan ini, keuntungan industri mebel dan furnitur akan terdorong untuk meningkat.

"Kalau dampaknya untuk industri mebel itu luar biasa nyaman, kami bisa dapat selisih dolar banyak," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (16/9/2015).

Namun sayangnya, penguatan dolar ini terjadi bukan hanya kepada rupiah saja, tetapi juga terjadi pada mata uang negara lain. Hal ini membuat permintaan akan produk-produk mebel dan furnitur dari negara lain juga mengalami penurunan.

"Tetapi karena pelemahan rupiah ini global, tidak hanya rupiah saja yang melemah, itu yang membuat order berkurang. Kami berharap bisa kerjakan order sebanyak-banyaknya, tetapi negara tujuan mengurangi pesanan. Kalau bisa ekspor lebih banyak bisa dapat hasil yang banyak tetapi kalau negara tujuan tidak pesan barang kan susah. Jadi sama saja," jelas dia.

Menurut Gani, negara-negara yang selama ini menjadi pasar bagi Indonesia seperti AS, negara kawasan Eropa, Korea dan Jepang tengah mengurangi permintaan akan produk mebel dan furnitur.

"Misalnya Amerika ekonominya menguat, tetapi ordernya tidak banyak. Karena mebel dan furnitur ini kan barang sekunder, bukan primer. Selain Amerika, yang biasanya ordernya banyak itu Eropa, Korea dan Jepang. Kalau Eropa seperti jerman dan negara Eropa Timur seperti negara-negara pecahan Uni Soviet," kata dia.

Meski demikian, Gani menyatakan bahwa industri mebel dan furnitur dalam negeri masih berharap akan ada peningkatan permintaan pada sisa akhir tahun ini. Dengan demikian, pengutan dolar ini bisa membawa angin segar bagi pelaku usaha ditengah melambatnya pertumbuhan ekonomi.

"Sekarang belum ada tanda-tand peningkatan order, tapi mudah-mudahan bulan depan ada kenaikan. Tetapi kalau bulan depan rupiah menguat. Kami akan negosiasi harga baru," ungkapnya.

Salah satu caranya agar pembeli mau meningkatkan pesanannya, yaitu dengan memberikan diskon. Cara ini menurut Gani cukup ampuh untuk merangsang pembeli di luar negeri untuk menambah pesanannya.

"Kebanyakan industri yang mengerti kan kita biasanya mematok rupiah di kisaran Rp 9.000. Untuk menarik pesanan bisa dengan dikasih diskon. Itu tergantung industri masing-masing, mau atau tidak (berikan diskon)," tandasnya. (Dny/Gdn)


Source: liputan6.com
Pelemahan Rupiah Tak Perlu Dikhawatirkan

Liputan6.com, Jakarta Jelang keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikan suku bunga acuan, nilai tukar rupiah terhadap dolar kian melemah. Bahkan dalam perdagangan intraday, nilai tukar rupiah sudah hampir menyentuh angka 14.500 per dolar AS.

Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere mengatakan, secara psikologis nilai tukar rupiah akan menembus level 15.000 per dolar AS. "Kira-kira 15.000 per dolar AS saya yakin segitu bisa karena melemah sedikit dan menuju ke sana," kata dia di Jakarta, Rabu (16/9/2015).

Namun, Nico mengatakan, hal tersebut tidak perlu disikapi dengan negatif. Menurutnya, hal tersebut justru positif karena negara lain juga turut melemah.

"Tidak perlu direspon secara negatif, karena mata uang di negara Asia itu juga melemah. Kalau kita menguat sendiri kita tidak kompetitif lagi. Kita harus mengingat itu. kita tidak hidup sendiri. Kita kompetitif dengan negara lain, seperti Thailand, Malaysia dan Singapura," jelasnya.

Pihaknya pun mengatakan jika pelemahan rupiah disikapi dengan panik justru akan memperkeruh nilai tukar rupiah. "BI saja tenang-tenang saja. Memang seharusnya seperti itu karena kalau Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo panik orang akan melihat rupiah mulai tidak terkendali, bahaya. Tapi dia tenang-tenang saja. Saya rasa sikap dia itu baik sekali," paparnya.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual menambahkan, pergerakan rupiah memang tergantung dengan keputusan The Fed. Kondisi ini mirip ketika The Fed mengurangi stimulus (tappering off) pada 2013 lalu.

Dia mengatakan, posisi nilai tukar rupiah sangat fluktuatif tergantung rilis The Fed. "Jadi saya pikir meeting dua hari ke depan akan menjadi fokus market naik atau turun. Ada kemungkinan melemah atau menguat. Tergantung rilisnya. Kalau rilisnya agresif rupiah melemah. Kalau moderat pernyataannya bisa menguat," kata dia kepada Liputan6.com.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,2 persen ke level 14.442 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 09.55 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.404 per dolar AS hingga 14.452 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah tergerus 0,5 persen menjadi 14.442 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.371 per dolar AS. (Amd/Gdn)


Source: liputan6.com
Angka kemiskinan Naik, Rupiah Tenggelam ke 14.452 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan Rabu (16/9/2015). Sentimen yang mendorong pelemahan rupiah adalah naiknya angka kemiskinan nasional di tengah lesunya perekonomian global. Selain itu, rupiah juga tertekan menjelang keputusan suku bunga AS.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,2 persen ke level 14.442 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 09.55 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.404 per dolar AS hingga 14.452 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah tergerus 0,5 persen menjadi 14.442 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.371 per dolar AS.

Head of Research Archipelago Asset Management, A.G Pahlevi menjelaskan, pelemahan rupiah pada hari ini lebih karena sentimen dari dalam negeri yaitu naiknya angak kemiskinan. "Karena rilis data kemiskinan kemarin, pagi ini rupiah paling lemah, sedangkan yang lain menguat seperti yen Jepang, dolar Hong Kong, dolar Singapura." tuturnya. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin periode Maret 2015 sebanyak 28,59 juta jiwa baik di perkotaan maupun di pedesaan. Jika dibanding periode September 2014, angka penduduk miskin tersebut bertambah 860 ribu juwa. Pada Maret 2014 lalu, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,73 juta orang.

Pahlevi juga memaparkan bahwa meningkatnya angka kemiskinan, membuat masyarakat menahan niat untuk berbelanja sehingga mengurangi nilai transaksi. Dampaknya, peningkatan angka kemiskinan tersebut menjadi sentimen negatif bagi para pelaku pasar.

Di sisi lain, rencana kenaikan suku bunga AS oleh the Fed dan lesunya perekonomian global juga telah menekan rupiah. "The Fed menaikan suku bunga, untuk jangka pendek akan ada capital outflow, karena investor ingin risk yang lebih baik dari Indonesia" kata pahlevi.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengeluhkan kondisi perekonomian global yang sedang lesu. "Kondisi eksternal membuat ketidakpastian. Indonesia kurang beruntung karena ekspor bergantung pada sumber daya alam mentah," ujarnya.

Meskipun demikian BI sebagai otoritas moneter tetap optimistis dan akan berkoordinasi untuk mampu menghadapi berbagai tantangan berat di akhir tahun ini. Koordinasi ini terjalin bersama pemerintah.

"Saya meyakini pemerintah akan memberi perhatian dalam upaya menjaga daya saing, melakukan stabilisasi rupiah dan meningkatkan investasi serta ekspor," pungkas Agus. (Ilh/Gdn) 


Source: liputan6.com
Di Bank Ini, Dolar AS Dihargai Rp 14.595

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan sepanjang perdagangan pada sepetember 2015 ini. Bahkan jika dihitung dari awal tahun, pelemahan rupiah telah melemah lebih dari 16 persen.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,3 persen ke level 14.452 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 13.03 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.404 per dolar AS hingga 14.455 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah tergerus 0,5 persen menjadi 14.442 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.371 per dolar AS.

Lalu bagaimana dengan nilai tukar rupiah di beberapa bank besar? Berikut daftarnya untuk periode 16 sepetember 2015, seperti dkutip dalam situs resmi bank:

PT Bank Mandiri Tbk mematok kurs beli dolar AS pada angka 14.297 per dolar AS Sedangkan untuk jual di angka 14.497 per dolar AS.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mematok kurs beli di angka 14.365 per dolar AS sedangkan untuk kurs jual di angka 14.515 per dolar AS.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mematok kurs yang berbeda-beda, untuk transaksi di e-rate atau transaksi melalui e-channel memasang kurs jual di 14.470 per dolar AS dan kurs beli di 14.440 per dolar AS.

Untuk transaksi di konter atau kantor cabang dipatok 14.595 per dolar AS untuk jual dan beli 14.295 per dolar AS. Sedangkan untuk transaksi bank note, BCA mematok 14.555 per dolar AS untuk jual dan 13.255 per dolar untuk beli.

Sedangkan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mematok jual di level 14.525 per dolar dan 14.375 per dolar untuk beli.

Kurs jual adalah harga yang dipatok oleh bank jika nasabah ingin menukar rupiah ke dolar AS. Sedangkan kurs beli adalah jika nasabah ingin menukar dolar AS ke rupiah.


Source: liputan6.com
Rupiah Tembus 15.000 per Dolar AS Bakal Bebani Emiten Ini

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja emiten di pasar modal Indonesia telah merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi melambat, sentimen konsumen berkurang, dan persaingan yang ketat.

Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor`s (S&P) menyebutkan rata-rata pertumbuhan pendapatan emiten sekitar tiga persen hingga semester I 2015, dari periode sama tahun 2014 sekitar 13 persen. Tekanan terhadap peringkat kredit perusahaan yang sudah melambat akibat perlambatan ekonomi dapat berlanjut.

Hal itu didorong dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Lembaga pemeringkat internasional, Standard and Poor`s menilai depresiasi atau pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dapat mempengaruhi peringkat sejumlah emiten di pasar modal Indonesia.

S&P memang tidak mempertimbangkan depresiasi mata uang yang signifikan terhadap kualitas kredit emiten seperti pada 2008-2009, atau bahkan pada 1998 ketika krisis keuangan melanda Asia pada laporan April 2015.

Namun dalam laporan S&P berjudul 15.000 Rupiah To One US Dolar Could Be The Level To Watch for Rated Indonesian Companies, yang ditulis Rabu (16/9/2015) menyebutkan kalau nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menembus 15.000 dapat menekan perusahaan yang antara pemasukan dan pengeluaran dengan mata uang yang berbeda dan juga bagi emiten yang terbatas melakukan lindung nilai atau hedging.

Standard and Poor`s percaya risiko kalau penurunan kualitas kredit secara keseluruhan terhadap sektor korporasi Indonesia akan bertahan selama enam -12 bulan ke depan.

Selama enam bulan terakhir, S&P telah menyampaikan 10 perusahaan memiliki prospek positif. Lembaga pemeringkat internasional ini telah merevisi prospek delapan perusahaan dari stabil menjadi positif pada 21 Mei 2015.

S&P percaya kalau perusahaan-perusahaan ini mendapatkan keuntungan dari potensi dukungan pemerintah yang luar biasa. Sedangkan revisi prospek lainnya menjadi positif dari stabil mencerminkan prospek kinerja keuangan lebih kuat terutama emiten PT Pakuwon Jati Tbkk dan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Kemudian 11 perusahaan memiliki prospek (outlook) stabil. Sebagian besar perusahaan-perusahaan ini beroperasi di sektor non siklus yang memiliki peringkat stabil terutama di sektor infrastruktur, pembangkit listrik, dan telekomunikasi. Serta perusahaan memiliki likuiditas memadai.

Sementara itu, enam perusahaan mendapatkan prospek negatif. Hal itu terutama bagi perusahaan di sektor barang konsumsi, perkebunan, manufaktur, media dan ritel. Proporsi perusahaan dengan peringkat negatif ini meningkat menjadi 20 persen selama dua kuartal terakhir. Padahal pada April 2015, S&P memiliki prospek negatif kurang dari 10 persen untuk sejumlah perusahaan.


Source: liputan6.com
Rupiah Sentuh 14.500 per Dolar AS, Pemerintah Tekan Impor

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah telah menembus 14.500 per dolar AS di sejumlah bank besar. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menegaskan dalam keadaan seperti ini, pemerintah akan menekan impor.

"‎Sekali lagi gejala dunia, terjadi di mana-mana, selain juga cadangan (devisa) kita sulit, tidak kita tingkatkan akibat ekspor yang sulit. Tapi kita berusaha untuk mengurangi beban impor," kata Jusuf Kalla, di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (16/9/2015).

JK juga percaya rupiah tidak selamanya melemah. Akan ada saatnya ‎nilai tukar rupiah menguat. Ia menuturkan mata uang di dunia selalu berfluktuasi."Ini fluktuasi, hari ini Rp 14 ribu bisa beberapa bulan kemudian turun sedikit atau apa, naik, kan bisa," ujar dia.J

JK juga menyampaikan kehadirannya di Kantor Kementerian Pertanian untuk membahas cara produksi pangan. Bila produksi sudah memenuhi, dengan sendirinya pemerintah tak perlu memberlakukan impor.

"Oleh karena itu saya datang ke sini untuk menaikkan produksi pangan agar beban impor pangan turun dan juga ketersediaan mencukupi. Itu kenapa tadi dua jam satu per satu seluruh aparat siap bekerja untuk itu," tandas JK.

Terkait paket kebijakan ekonomi yang sudah diluncurkan, JK menyampaikan dampak positif dari paket itu membutuhkan waktu.

Nilai tukar rupiah melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan Rabu pekan ini. Sentimen yang mendorong pelemahan rupiah adalah naiknya angka kemiskinan nasional di tengah lesunya perekonomian global. Selain itu, rupiah juga tertekan menjelang keputusan suku bunga AS.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,2 persen ke level 14.442 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 09.55 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.404 per dolar AS hingga 14.452 per dolar AS.Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah tergerus 0,5 persen menjadi 14.442 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.371 per dolar AS.

Sementara itu, nilai tukar rupiah di bank-bank besar cukup beragam. PT Bank Mandiri Tbk mematok kurs beli dolar AS pada angka 14.297 per dolar AS Sedangkan untuk jual di angka 14.497 per dolar AS.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mematok kurs beli di angka 14.365 per dolar AS sedangkan untuk kurs jual di angka 14.515 per dolar AS.PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mematok kurs yang berbeda-beda, untuk transaksi di e-rate atau transaksi melalui e-channel memasang kurs jual di 14.470 per dolar AS dan kurs beli di 14.440 per dolar AS.

Untuk transaksi di konter atau kantor cabang dipatok 14.595 per dolar AS untuk jual dan beli 14.295 per dolar AS. Sedangkan untuk transaksi bank note, BCA mematok 14.555 per dolar AS untuk jual dan 13.255 per dolar untuk beli. (Silvanus A/Ahm)


Source: liputan6.com