Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah tipis di awal pekan ini dipengaruhi sentimen kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) jelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 16-17 September 2015.
Berdasarkan data valuta asing (Valas) Bloomberg, Senin (14/9/2015), nilai tukar rupiah dibuka melemah tipis 3 poin menjadi 14.325 per dolar AS dari penutupan perdagangan Jumat 11 September 2015 di kisaran 14.322 per dolar AS.
Rupiah sempat menguat di level 14.309 per dolar AS pada awal sesi. Hingga Senin siang, rupiah bergerak di kisaran 14.308-14.343 per dolar AS.Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah menjadi Rp 14.322 per dolar AS dari periode 11 September 2015 di kisaran 14.306 per dolar.
Analis valas PT Bank Danamon Tbk, Dian Eka Ayu menuturkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena jelang FOMC pada 16-17 September 2015. Ada tekanan di pasar mengingat beragamnya pandangan soal waktu kenaikan suku bunga AS.
"Ada pandangan di pasar kalau suku bunga AS akan naik pada September 2015, dan ada juga sentimen kalau kenaikan suku bunga AS akan ditunda hingga nanti Desember 2015. Jadi ini lebih kuat-kuatan mana sentimen yang pengaruh di pasar," ujar Dian saat dihubungi Liputan6.com.
Ia mengatakan, saat ini data ekonomi AS juga cenderung membaik sehingga membuat dolar AS semakin kuat. Di sisi lain data ekonomi China juga belum ada perbaikan.Sedangkan sentimen domestik, Dian menilai ada persepsi pelaku pasar domestik kalau nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar AS akan meningkatkan permintaan dolar.
Dian menambahkan hal tersebut tak perlu dilakukan oleh pelaku pasar. Lantaran pelemahan mata uang tak hanya dialami oleh nilai tukar rupiah tetapi juga mata uang negara berkembang lainnya. "Namun sentimen eksternal lebih kuat mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Dian. (Ahm/Igw)
Source: liputan6.com