Prev September 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 31 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 09 September 2015
Penguatan Bursa Saham Asia Topang Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan bursa saham Asia berdampak positif ke pergerakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (9/9/2015). Tercatat kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga mengalami penguatan.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka menguat di level 14.248 per dolar Amerika Serikat (AS) dari harga penutupan perdagangan kemarin di level 14.280 per dolar Amerika Serikat (AS). Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.224 per dolar AS hingga 14.271 per dolar AS. Rupiah bangkit dari titik terlemah dalam 17 tahun di level 14.304 yang di sentuh pada hari kemarin.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terangkat 0,3 persen menjadi 14.244 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.285 per dolar AS.

Bursa saham Asia bergerak positif didorong dari kenaikan indeks saham MSCI Asia Pacific sebesar 3,2 persen. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak 2011. Penguatan tersebut juga tak terlepas dari bursa saham China positif. Gubernur People Bank Of China (bank sentral China) Zhou Xiaochuan mengatakan bangkitnya bursa saham China mengurangi permintaan dolar AS.

"Dolar sedikit lebih lembut pada perdagangan kemarin," kata Andy Ji, currency strategist Commonwealth Bank of Australia di Singapura.

"Pasar saham Cina bergerak sedikit lebih kencang, dan membantu juga," tambah Andy.

Menurut A.G Pahlevi Head of Research Archipelago Asset Management, penguatan nilai tukar rupiah lebih karena faktor eksternal, karena hampir semua mata uang regional menguat terhadap dolar AS. "Secara teknikal, hampir semua mata uang regional menguat (terhadap dolar AS), kata Pahlevi .

Pahlevi  belum melihat ada sentimen positif dalam negeri dan menegaskan rendahnya serapan anggaran ditambah ketidakkompakan yang diperlihatkan oleh pemerintah menyebabkan sentimen negatif bagi rupiah. (Ilh/Ahm)

 

 


Source: liputan6.com
Jokowi Minta Bankir Ajak Pengusaha Parkir Dolar AS di RI

Liputan6.com, Jakarta - Suplai dolar AS di dalam negeri kian menipis seiring tingginya permintaan untuk kegiatan ekonomi. Cadangan devisa (Cadev) Indonesia saja mengalami penurunan US$ 2,3 miliar menjadi US$ 105,3 miliar akhir Agustus 2015 untuk intervensi dan stabilisasi kurs rupiah.

Presiden Joko Widodo (Jokowi)‎ saat sambutan di acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2015 mengungkapkan, saat ini rutin mengundang pelaku usaha sebanyak tiga sampai empat grup, yang masing-masing grup terdiri dari 7 orang. Pertemuan itu membahas mengenai gambaran pertumbuhan ekonomi, penyerapan anggaran dan sebagainya.

"Tapi pengusaha itu takutnya sama direktur utama atau direksi perbankan, karena takut tidak ditambah kreditnya," kata dia di Jakarta Convention Center, Rabu (9/9/2015).

Oleh karena itu, Jokowi meminta agar Direktur Utama atau direksi perbankan mengajak nasabahnya melakukan upaya dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah maupun penguatan ekonomi.

"Saya minta Dirut atau Direksi perbankan mengajak pengusaha supaya menggunakan rupiah saat bertransaksi di dalam negeri. Itu penting untuk stabilisasi rupiah. Lalu ajakan selanjutnya hasil ekspor dicairkan di dalam negeri, dolarnya dijual di sini, bukan di sana (negara lain). Tolong diminta supaya di Indonesia," papar dia.

‎Imbauan lain dari perbankan kepada pengusaha, Jokowi bilang, memarkir dana hasil ekspor di dalam negeri, dan cara lainnya yang akan sangat membantu memperkuat ekonomi Indonesia.

"Karena sekarang kita perlu dolar AS. Jadi saya minta direksi perbankan mengajak ke pengusaha, bukan siapa-siapa. Ingatkan juga agar pengusaha tertib dalam membayar pajak. Ini kewajiban kita," ujar Jokowi. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Kucuran Kredit Bank Mandiri ke Industri CPO Capai Rp 57 Triliun

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk telah menyalurkan kredit ke industri kelapa sawit (crude palm oil/CPO) termasuk produk turunannya hingga Juli 2015 kemarin mencapai Rp 57,4 triliun. Nilai tersebut tumbuh 5,13 persen dari periode yang sama pada tahun lalu yang tercatat Rp 54,6 triliun.

Dari total pembiayaan tersebut, pembiayaan khusus pada pengembangan perkebunan kelapa sawit (on farm) mencapai Rp 49,7 triliun. Sedangkan pembiayaan pada sektor off farm, yang meliputi produk turunan kelapa sawit baik refinery maupun oleochemical mencapai Rp 7,7 triliun.

Di samping itu, Pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDP Sawit) telah menunjuk Bank Mandiri sebagai Bank penerima pembayaran pungutan ekspor sawit yang tertuang dalam Nota Kesepahaman Bersama mengenai Pengembangan Kelapa Sawit Indonesia.

Bank Mandiri berkomitmen penuh dengan menyediakan jasa dan layanan perbankan serta informasi dalam menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana pungutan ekspor sawit.

Sebagai wujud dukungan Bank Mandiri dalam pengembangan industri kelapa sawit Indonesia adalah dengan berpartisipasi dalam Palm Oil Industry Development Conference (POIDEC) 2015 di Hotel Borobudur, Jakarta,  pada 9–10 September 2015.

Senior Vice President Corporate Banking Bank Mandiri, Indarto Pamoengkas menjelaskan, pengembangan industri kelapa sawit secara terencana, efisien dan mematuhi aturan yang berlaku akan membuat Industri Kelapa Sawit Indonesia kokoh dan sehat.

Indarto menambahkan, Bank Mandiri memiliki sejarah panjang pembiayaan perkebunan kelapa sawit yang dimulai dari 4 Bank Legacy yang akhirnya merger menjadi Bank Mandiri.

Saat itu bank-bank milik negara selalu diikutsertakan pemerintah dalam berbagai skema pembiayaan program seperti PIR KHUSUS, PIR TRANS, PIR KKPA, PBSN I,II, III, hingga program KPEN-RP.

Dengan pengalaman panjang dan pemahaman atas karakteristik industri ini Bank Mandiri telah berperan besar dalam mendorong sektor kelapa sawit tumbuh dan berkembang seperti saat ini.

“Kami senantiasa meningkatkan kualitas pembiayaan dengan melakukan kajian rutin mengenai industri kelapa sawit baik melalui riset internal maupun dengan melibatkan pihak eksternal yang kompeten, mencakup semua aspek baik mikro maupun makro sehingga dapat membantu kami menjaga kualitas kredit secara optimal,” tambah Indarto. (Gdn/Ahm)


Source: liputan6.com