Prev September 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 31 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 07 September 2015
Rupiah Warnai Gerak IHSG di Awal Pekan

Liputan6.com, Jakarta - Sentimen nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan pergerakan bursa saham regional akan mewarnai laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal pekan.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan IHSG bergerak konsolidasi setelah menguji level support 4.350. IHSG berpotensi bergerak naik menuju level resistance 4.510, dan level itu perlu ditembus untuk dapat memperkuat pola kenaikan IHSG.

Sementara itu, Analis PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan memprediksi IHSG kemungkinan alami koreksi. Saat ini masih minim sentimen positif di bursa saham. Apa lagi bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada akhir pekan lalu, yang dikhawatirkan dapat menyeret bursa saham regional ke zona merah.

"IHSG kemungkinan melemah tapi lebih kepada bursa saham regional. Selain itu ditambah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," kata Alfres saat dihubungi Liputan6.com, Senin (7/9/2015).

Alfred menuturkan, bila rupiah kuat bertahan di level 14.200 terhadap dolar Amerika Serikat maka IHSG tertekan di awal pekan ini. " "IHSG akan bergerak di level support 4.365 dan resistance 4.454," ujar Alfred.

Dalam riset PT Sinarmas Sekuritas menyebutkan IHSG akan bergerak variasi di kisaran 4.237-4.480 pada Senin pekan ini.

Rekomendasi Saham

Alfred mengatakan saat kondisi bursa saham masih tertekan, saham-saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat menjadi pilihan. Hal itu didukung dari aksi pembelian kembali saham atau buyback saham dan fundamental kinerja relatif baik.

"Saham-saham pilihannya antara lain BTN, BNI, dan PT Semen Indonesia Tbk dalam satu bulan ini," ujar Alfred.

Sedangkan William memilih saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) untuk dicermati pelaku pasar.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat 4 September 2015, IHSG melemah 17,76 poin (0,40 persen) ke level 4.415,34. Indeks saham LQ45 melemah 0,44 persen ke level 749,84. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) berada di kisaran Rp 14.178 per dolar Amerika Serikat. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Rupiah Semakin Tergerus, Sentuh Level 14.249 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah semakin tergerus pada senin (7/9/2015) dikarenakan membaiknya data ketenaga-kerjaan AS meningkatkan ekpektasi kenaikan suku bunga AS ditengah kebijakan stimulus yang akan diumumkan pemerintah.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,5 persen ke level 14.243 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 09.45 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.216 per dolar AS hingga 14.249 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah kembali terkikis 0,4 persen menjadi 14.234 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.178 per dolar AS.

Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan, pelemahan rupiah karena membaiknya data ketenagakerjaan Amerika Serikat sehingga meningkatkan ekpektasi pelaku pasar atas kenaikan suku bunga AS. 

Laporan Departemen Tenaga Kerja yang dirilis pada hari Jumat pekan lalu, menunjukkan data nonfarm payrolls bertambah 173 ribu pada bulan lalu, melambat dari kenaikan bulan Juli yang direvisi menjadi bertambah 245 ribu.

Sedangkaan tingkat pengangguran turun menjadi 5,1 persen, terendah dalam lebih dari tujuh tahun terakhir, sehingga meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga AS.

Sejak akhir tahun kemarin, sentimen kenaikan suku bunga AS memang terus membuat nilai tukar dolar AS perkasa dan menekan hampir seluruh mata uang utama dunia maupun mata uang di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Penguatan dolar AS bertambah besar saat Bank Sentral China menurunkan nilai tukar mata uang Yuan atau mendevaluasi sebesar kurang lebih 2 persen selama tiga hati berturut-turut. Sebelum devaluasi, rupiah bisa bertahan di bawah level 13.900 per dolar AS. Namun setelah devaluasi hari pertama, pada perdagangan intraday, rupiah langsung tumbang ke level 14.000 per dolar AS. 

Sementara itu, para pelaku pasar sedang menunggu paket-paket kebijakan stimulus yang rencananya akan dikeluarkan oleh pemerintah pada pekan ini.  "Para pelaku pasar menunggu paket kebijakan ekonomi yang akan di rilis," jelas Rully.

Untuk mendukung rupiah, pemerintah sebaiknya memangkas peraturan untuk mempermudah investasi. "Peraturan yang dipangkas, untuk mendorong investasi di Indonesia" tambahnya. 

Seperti diketahui, pemerintah sedang menggodok empat paket kebijakan yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga menahan kejatuhan nilai tukar rupiah. Empat paket kebijakan itu pertama menyangkut fiskal dan keuangan. Kedua deregulasi besar-besaran yang menyangkut investasi di sektor perdagangan, industri dan pertanian.

Sementara untuk paket kebijakan ketiga berupa insentif percepatan pembangunan smelter, dan keempat menyangkut persoalan pangan. Salah satu aturan yang bakal disederhanakan menyangkut payung hukum di sertifikasi produk halal. Hal ini pernah disampaikan Sekretaris Kabinet, Pramono Anung.

"Memang ada perubahan (sertifikasi halal), tapi memang ada Undang-undang (UU) baru yang mau keluar. jadi kita mau coba lihat bagaimana caranya. Kita bisa mengundang Majelis Ulama Indonesia (MUI), hanya saja belum sampai ke situ," terang Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.

Dia optimistis empat paket kebijakan ekonomi tersebut dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mengangkat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sudah nyaris menyentuh level 14.200. "Kalau kami tidak optimistis, ya bagaimana," ujarnya. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah dan IHSG Terguncang, Ini Reaksi Dua Menteri Jokowi

Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham dan pasar uang Indonesia kembali berguncang akibat diterpa sentimen negatif dari meningkatnya ekspektasi pelaku pasar atas kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah makin tenggelam ke level 14.277 per dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok 112,07 poin ke level 4.301,36.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro menilai penyebab pelemahan kurs rupiah dan IHSG hari ini (7/9/2015) lebih banyak disebabkan karena sentimen negatif dari regional dan global.

"Ada unsur sentimen regional dan global. Artinya waktu di Turki (acara G20), reaksi pasar kurang bagus di hari Senin," ujar dia usai Raker RUU APBN 2016 dengan Banggar DPR di Gedung Parlemen, Jakarta.

Untuk memperbaiki perekonomian nasional saat ini, pemerintah segera meluncurkan paket kebijakan ekonomi sebagai rangsangan penguatan ekonomi Indonesia.

"Paket kebijakan paling utama soal deregulasi, penguatan daya beli melalui dana desa, dan upaya membawa dolar AS dari luar. Itu garis besarnya," jelas Bambang.

Menurutnya, pemerintah akan mengarahkan percepatan penyerapan dana desa dari pusat sebesar Rp 20,7 triliun dan daerah Rp 30 triliun. 

"Jadi hampir Rp 50 triliun dan kalau ini dipakai dengan benar, efeknya bagus," papar dia.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menambahkan, paket kebijakan ekonomi tersebut akan dirilis dua hari lagi, terutama kebijakan deregulasi.

"Prosesnya sedang berjalan. Kalau saya bilang proses akhir, bukan berarti besok sudah berakhir," tegasnya.

Ketika dikonfirmasi mengenai rencana paket kebijakan ekonomi pemerintah belum mampu memberi sentimen positif ke pasar, Darmin hanya menjawab singkat. "Di dunia ini ada banyak hal yang terjadi," tutur Darmin. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com