Prev September 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 31 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Jumat, 04 September 2015
Langkah BI Atasi Pelemahan Rupiah Dinilai Tepat

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto menyatakan upaya Bank Indonesia (BI) dalam menangani gejolak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah tepat.

Pasalnya, selama ini BI dinilai sudah melakukan langkah-langkah pencegahan agar nilai tukar rupiah tidak melemah ke arah yang lebih dalam.

"Dalam pandangan kami, yang dilakukan oleh BI sebagai regulator untuk policy moneter sudah on the track. Dan policy-policy BI itu sifatnya sudah premtive, artinya sebelum segala sesuatunya terjadi, BI sudah buat pagar-pagar atau rambu-rambu," ujarnya dalam acara Bincang Sore `Rupiah dan Nasib Ekonomi Indonesia` di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (3/9/2015).

Salah satu kebijakan BI yang dinilai membantu memperbaiki posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar yaitu mengubah batas nilai maksimum pembelian valas melalui transaksi spot yang dilakukan tanpa keperluan tertentu (underlying).

"Misalnya yang paling terbaru, BI bikin kebijakan pembatasan valuta asing oleh individu yang underlaying transaction. Yang tadinya US$ 100 ribu per bulan per orang, diturunkan menjadi US$ 25 ribu. Itu sudah merupakan policy yang preemptive sekali," lanjut dia.

Sebelum adanya kebijakan ini, BI juga telah melakukan langka penajaman dengan melonggarkan kredit perumahan melalui kebijakan relaksasi loan to value (LTV). Hal ini dinilai mampu membatasi impor komponen yang tidak produktif, terutama pada sektor perumahan.

"Sebelumnya sudah dilakukan penajaman juga, misalnya sebelum relaksasi LTV. BI sudah melakukan penguatan dalam rangka membatasi agar komponen impor-impor itu membesar. Jadi spirit dari pembatasan LTV untuk rumah-rumah tipe 70 ke atas. Bayangkan rumah mewah pasti 25 persen-30 persen komponennya pasti impor. Ini yang oleh BI jangan sampai demand impor apalagi yang tidak tidak produktif membesar," jelas dia.

Sedangkan untuk saat ini, lanjut Ryan, menjadi tugas pemerintah selaku otiritas fiskal untuk menciptakan kepercayaan pasar sehingga mampu meredam gejolak rupiah serta memperbaiki pertumbuhan ekonomi ke depan.

"Karena yang ditunggu market itu adalah dari sisi pemerintah, government policy seperti apa. Sekarang kita menanti paket kebijakan ekonomi yang lebih integrated, komprehensif, dan bisa meng-cover tiga area yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan sektor riil. Ini sebuah harapan. Secara over all, yang harus dilakukan pemerintah bagaimana me-manage persepsi," tandasnya. (Dny/Ndw)


Source: liputan6.com
Top 5 Bisnis: Rupiah Bakal Kembali Bangkit Jadi Terpopuler

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah yang menyentuh level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) harus diwaspadai pemerintah Joko Widodo (Jokowi). Namun depresiasi kurs ini diperkirakan hanya bersifat temporer dan perlu diperkuat sampai balik ke level kisaran 12.500 per dolar AS hingga 13.000 per dolar AS.

Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Tony Prasetiantono menilai, pemerintah perlu mewaspadai potensi krisis yang selalu menghantui perekonomian negara ini, meski saat ini Indonesia belum masuk dalam kondisi tersebut.

Akan tetapi, Tony meyakini kurs rupiah akan kembali menguat karena setiap pelemahan pasti ada batasnya. Begitupun dengan penguatan dolar AS lantaran Negaranya ikut terkena dampak dari fenomena super dolar ini.

Ingin tahu artikel terpopuler di kanal bisnis pada Kamis 3 September 2015? Berikut lima artikel terpopuler pilihannya:

1. Penguatan Dolar AS Jenuh, Rupiah Kembali Bangkit

Pelemahan nilai tukar rupiah yang menyentuh level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) harus diwaspadai pemerintah Joko Widodo (Jokowi). Namun depresiasi kurs ini diperkirakan hanya bersifat temporer dan perlu diperkuat sampai balik ke level kisaran 12.500 per dolar AS hingga 13.000 per dolar AS.

2. Ini Daftar 8 Maskapai yang Dibekukan Izinnya

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Dirjen Perhubungan Udara telah mengeluarkan laporan mengenai daftar maskapai yang tidak memenuhi ketentuan Undang-undang (UU) Nomor 1 tahun 2009 tentang kepemilikan dan penguasaan pesawat.

Direktur Jenderal Penerbangan Udara, Suprasetyo mengungkapkan setidaknya ada delapan maskapai yang bakal dibekukan izin usahanya. Dari delapan maskapai terbagi dari dua izin terbang yitu penerbangan berjadwal (AOC 121) dan penerbangan tidak berjadwal (AOC 135).

3. Percakapan Penuh Tawa Saat Jokowi Makan Siang Bareng Pedagang

Presiden RI Joko Widodo mengundang sekitar 103 pedagang dari 19 pasar tradisional di kawasan DKI Jakarta untuk makan siang bersama di Istana Kepresidenan, Jakarta.

‎Dalam jamuan makan siang kali ini, ada beberapa hal yang unik. Beberapa para pedagang terlihat membawa barang dagangannya untuk dijadikan hadiah kenang-kenangan ke Jokowi.

4. Key Success: Bangun Bisnis Idealnya di Usia Berapa?

Mendirikan usaha sendiri seringkali menjadi jalan terbaik bagi mereka yang sulit mendapat pekerjaan atau berhenti dari pekerjaannya.
Saat sudah berusia di atas 35 tahun, apakah terlambat untuk membangun bisnis? Lalu berapa umur yang pas untuk buka usaha?

Melalui program Key Success, Reiner Rahardja, Founder & Executive Director of The Accelerator-Accelerating Entrepreneurs akan menjawabnya untuk Anda.

5. Genjot Investasi, Jokowi Rombak Aturan Besar-Besaran

Setelah diberi tenggat waktu penyelesaian deregulasi investasi di sektor industri, perdagangan dan pertanian oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pekan ini, menteri Kabinet Kerja mulai rapatkan barisan menggodok salah satu paket kebijakan ekonomi.

Sekretaris Kabinet (Seskab), Pramono Anung mengatakan pemerintah akan merombak aturan besar-besaran sehingga mampu mendatangkan aliran modal dari investor asing. (Ahm/Gdn)


Source: liputan6.com
Dibayangi Suku Bunga, Rupiah Nyaris Sentuh 14.200 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih tertekan seiring harapan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) di tengah fundamental ekonomi dalam negeri yang rapuh.

Mengutip Bloomberg, Jumat (4/9/2015), nilai tukar rupiah sempat menyentuh titik terendah baru sepanjang 17 tahun terakhir di level 14.194 pada pukul 08.15 WIB. Hingga kembali terapresiasi ke kisaran level 14.188 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 10.00 WIB. Akan tetapi, rupiah melemah hingga sentuh 14.192 per dolar AS pada pukul 11.30 waktu Jakarta. Pergerakan rupiah terhadap dolar AS sekitar 14.171-14.195.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah kembali melemah  0,12 persen menjadi 14.178 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.160 per dolar AS.

A.G pahlevi Head of Research Archipelago Asset Management mengatakan tekanan rupiah dikarenakan rencana kenaikan suku bunga AS. Tekanan negatif ditambah dari fundamental ekonomi Indonesia yang rapuh.

"Saat ini tidak ada faktor positif untuk meraih investor asing, kerena fundamental yang rapuh, dan pemerintah yang kurang menjaga keharmonisan," kata A.G pahlevi Head of Research Archipelago Asset Management, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.

Pahlevi juga mengatakan, penguatan rupiah dapat terjadi jika pemerintah harus membuat kebijakan yang out of the box supaya invenstor asing percaya dan mau berinvestasi di Indonesia.

Sementara itu, Analis PT Bank Saudara Tbk Rully Nova mengatakan pelaku pasar menanti kenaikan suku bunga AS. Apalagi data ekonomi AS cenderung variasi mulai dari data tenaga kerja membaik sementara indeks manufaktur melemah. Ia menambahkan, pelaku pasar menantikan stimulus paket kebijakan ekonomi yang akan diumumkan pada awal pekan depan. Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) sedang menggodok paket kebijakan sebagai stimulus dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. (Ilh/Ahm)

 

 

 

 


Source: liputan6.com
Dolar AS Menguat, BI Imbau Pengusaha Manfaatkan Fasilitas BGSA

Liputan6.com, Bengkulu - Bank Indonesia (BI) berupaya menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) agar tidak terlalu merosot. Salah satunya dengan memanfaatkan fasilitas bilateral guarantee soft agreement (BGSA) yaitu melakukan transaksi ekspor impor kepada beberapa negara terutama China dengan menggunakan mata uang Yuan.

Artinya, pembayaran transaksi ekspor impor kepada China tidak harus melalui transit penukaran dengan dolar Amerika Serikat (AS). Transit ini bisa langsung menggunakan nilai tukar rupiah dengan yuan.

Bank Indonesia (BI) pun mengimbau kepada semua pengusaha terutama yang melakukan ekspor impor ke China untuk memanfaatkan fasilitas BGSA dalam rangka mendukung percepatan menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Sedangkan transaksi dalam negeri, Yoga menuturkan harus ada larangan melakukan transaksi pembayaran uang mau pun jasa yang menggunakan mata uang selain rupiah. Ini dilakukan untuk tetap menjaga kestabilan peredaran rupiah.

Beberapa usaha di Indonesia baik perdagangan mau pun jasa ada yang menggunakan transaksi menggunakan dolar AS terutama di sektor pariwisata dan jasa perjalanan. Ini juga menjadi salah satu satu target untuk memperkuat rupiah.

"Semua transaksi dalam negeri tidak boleh lagi menggunakan dolar AS. Harus pakai rupiah," kata Yoga, seperti ditulis Jumat (4/9/2015).

Yoga juga menilai, meski nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpuruk tetapi Indonesia masih sangat jauh dari badai krisis moneter. Hal itu lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di posisi 4,67 persen.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih melemah itu lantaran tren penguatan dolar AS terhadap semua mata uang atau biasa disebut "Super Dolar". Kondisi ekonomi AS yang sedang dalam posisi terbaik itu memicu rencana AS menaikkan suku bunga bank sentral AS, dan direspons negatif oleh hampir seluruh negara di dunia. Hal itu lantaran hampir 80 persen transaksi ekspor impor dunia menggunakan dolar AS.

"Indonesia sedang berhadapan dengan tiga siklus ekonomi secara global yang bertiup cukup kencang antara lain siklus pertumbuhan ekonomi, siklus komoditas, dan keuangan. Kondisi ini menerpa semua negara termasuk Indonesia. Akan tetapi, kondisi ini masih jauh dari krisis moneter," kata Yoga. (Yuliardi/Ahm)


Source: liputan6.com
Ekonomi Lesu, 10 Sektor Saham Kompak Melemah

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia melambat ditambah nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah menekan kinerja pertumbuhan 10 sektor saham di pasar modal Indonesia. Hingga awal September 2015, kinerja 10 sektor saham kompak melemah.

Sektor saham perkebunan dan pertambangan masih cenderung tertekan bahkan mencatatkan pelemahan terbesar. Dari akhir tahun 2014 hingga 2 September 2015, kedua sektor saham itu masing-masing melemah 35,28 persen dan 32,41 persen.

Sementara itu, sektor saham industri dasar dan kimia mencatatkan pelemahan terbesar dengan turun 35,66 persen secara year to date (Ytd). Sektor saham defensif di pasar modal juga ikut terseret ke zona merah. Tercatat, sektor saham barang konsumsi yang biasa dapat bertahan di tengah kondisi ekonomi lesu malah susut 5,75 persen.

Sejumlah analis menilai 10 sektor saham tertekan dipicu dari sentimen domestik dan global. Pelaku usaha cenderung menahan ekspansinya ditambah nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS membuat kinerja emiten lesu sehingga berdampak ke sektor saham.

Analis PT BNI Securities Thendra Crisnanda mengatakan pertumbuhan ekonomi tercatat hanya 4,6 persen pada kuartal II 2015, ini lebih rendah dibandingkan kuartal I 2015 di kisaran 4,7 persen. Perlambatan ekonomi terjadi membuat kinerja keuangan emiten kurang menggembirakan termasuk sektor saham barang konsumsi.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 32,63 triliun pada semester I 2015. Angka tesebut naik 3,7 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 31,48 triliun. Sementara laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 25,3 persen menjadi Rp 1,73 triliun.

"Adanya perlambatan kinerja keuangan terutama laba bersih membuat hampir seluruh sektor saham catatkan return negatif," kata Thendra saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (4/9/2015).

Hal senada disampaikan Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utomo. Ia mengatakan, perlambatan ekonomi tekan 10 sektor saham terjadi secara merata. "Sejak 2012 Bank Indonesia telah sengaja melambatkan pertumbuhan ekonomi. Ini dilakukan untuk menekan defisit neraca perdagangan agar tidak semakin melebar," kata Satrio.

Sedangkan sektor saham pertambangan dan perkebunan masih mengalami tekanan cukup besar, Satrio menilai hal itu didorong dari harga minyak dunia cenderung melemah sehingga menekan harga komoditas juga mempengaruhi sektor saham pertambangan dan perkebunan. Kini harga minyak acuan AS untuk pengiriman Oktober berada di kisaran US$ 46 per barel.

Sementara itu, Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su mengatakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS menekan kinerja emiten di pasar modal Indonesia. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah telah melemah 11,94 persen terhadap dolar AS. Dari posisi 12.440 per dolar AS pada 31 Desember 2014 menjadi 14.127 per dolar AS pada 2 September 2015.


Source: liputan6.com
Mitigasi Risiko, Bank Mandiri Buka Contact Center di Yogyakarta

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk meresmikan pengoperasian Mandiri Contact Center di Yogyakarta yang bertepatan dengan Hari Pelanggan Nasional untuk memperkuat kualitas layanan dan sebagai bentuk kepedulian Bank Mandiri kepada nasabahnya. Contact Center Yogyakarta akan mendukung keberadaan call center utama Bank Mandiri di Jakarta.

Direktur Technology & Operations, Ogi Prastomiyono menjelaskan, fasilitas contact center ini akan memiliki 300 agen yang akan menerima telepon dari nasabah melalui Mandiri Call 14000. Seluruh agen tersebut akan memberikan layanan kepada nasabah terkait credit card, retail banking dan consumer banking, seperti informasi rekening, informasi produk dan layanan Bank Mandiri dan informasi suku bunga dan valas. 

Melalui penambahan fasilitas ini, lanjut Ogi Prastomiyono, Bank Mandiri saat ini telah memiliki 950 agen untuk melayani kebutuhan nasabah yang disampaikan melalui call center. Para agen itu mampu melayani hingga 14 juta incoming calls setiap tahun. Sebelumnya, dari 550 agen yang dimiliki Bank Mandiri, dapat melayani hingga 11 juta telepon dari nasabah setiap tahun.

“Kami yakin penambahan ini mampu mendukung pertumbuhan bisnis Bank Mandiri serta pengembangan produk yang dilakukan perseroan seperti Branchless Banking, Co Brand Credit Card, serta perkembangan layanan media sosial," kata Ogi seperti dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (4/9/2015). 

Ogi Prastomiyono menambahkan, keberadaan call center Yogyakarta tersebut juga dimaksudkan untuk memitigasi risiko pemusatan operasional di satu call center terpusat serta dapat berfungsi sebagai Disaster Recovery Center.

“Yogyakarta kami pilih sebagai site call center Bank Mandiri karena, lokasi ini memiliki daya dukung infrastruktur yang baik sehingga memungkinkan optimalisasi kapasitas yang ada. Saat ini kami juga tengah mempertimbangkan beberapa lokasi lain untuk pembangunan fasilitas serupa agar kami dapat lebih dekat dan mampu memenuhi kebutuhan nasabah,” tambah Ogi.

Berkenaan dengan Hari Pelanggan Nasional ini pun Bank Mandiri memiliki rangkaian kegiatan service campaign berupa pemberian souvenir dan kipas eduksasi untuk Nasabah di cabang Bank Mandiri dan Mandiri Mitra Usaha yang pada tanggal 4 September 2015 melakukan pembukaan rekening baru.

Pemberian souvenir ini adalah bentuk ungkapan terima kasih dan penghargaan Bank Mandiri kepada nasabah. Bank Mandiri juga memiliki program Foto Selfie bersama CS bagi nasabah yang bertransaksi di cabang dan mendapatkan souvenir tersebut.

Sampai akhir Juni 2015, Bank Mandiri memiliki lebih dari 14 juta nasabah, dimana 12 juta di antaranya adalah nasabah tabungan. (Gdn/Ndw)


Source: liputan6.com