Prev September 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 31 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 03 September 2015
Cara Cermat Siapkan Dana Pendidikan Anak

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki tahun ajaran baru bisa jadi momen penting dalam kehidupan orang tua apalagi melihat anaknya pertama kali masuk sekolah. Namun tak jarang orang tua dipusingkan dengan kebutuhan sekolah. Orang tua punya pendapatan berlebih itu hal itu tak jadi masalah, lalu bagaimana orang tua yang memiliki dana terbatas?

Chairman One Shildt Financial Planning, Risza Bambang menilai, persiapan dana pendidikan anak merupakan perencanaan jangka panjang. Menyiapkan dana pendidikan sebaiknya dilakukan sejak anak lahir.

"Orang tua harus mulai perencanaan kira-kira anak ini mau disekolahkan di mana? Setiap orang tua  ingin memberikan yang terbaik kepada anaknya. Misalkan anaknya mau disekolahkan ke luar negeri lalu sejak awal disekolahkan ke sekolah internasional. Jadi mulai ada persiapan dari situ," kata Risza.

Selain itu, orang tua juga mulai menghitung dana pendidikan yang harus dikeluarkan untuk satu anak.   Tempat sekolah anak juga menjadi pertimbangan orang tua, apakah di luar negeri dan luar kota. Orang tua juga harus menghitung biaya hidup anak kalau sekolah di luar negeri dan luar kota.

Risza menambahkan, selama ini kata terlambat menjadi salah satu kendala orang tua menyiapkan dana pendidikan. Tak hanya itu orang tua juga terlambat melihat kelebihan bakat anak. Sehingga orang tua cenderung memilih anaknya untuk sekolah dan jurusan yang cepat kerja, padahal hal itu belum tentu menjadi minat dan bakat anak.

Keterlambatan persiapan dana pendidikan dan melihat bakat anak itu juga yang membuat banyak lulusan sarjana di Indonesia merasa salah masuk jurusan.

Ingin tahu bagaimana trik menyiapkan dana pendidikan anak apalagi menjelang tahun ajaran baru? Lalu apakah asuransi pendidikan itu penting? Mari simak wawancara tim Liputan6.com dengan Chairman One Shildt Financial Planning Risza Bambang. (Ahm/)


Source: liputan6.com
Penguatan Dolar AS Jenuh, Rupiah Kembali Bangkit

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah yang menyentuh level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) harus diwaspadai pemerintah Joko Widodo (Jokowi). Namun depresiasi kurs ini diperkirakan hanya bersifat temporer dan perlu diperkuat sampai balik ke level kisaran 12.500 per dolar AS hingga 13.000 per dolar AS.

Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Tony Prasetiantono menilai, pemerintah perlu mewaspadai potensi krisis yang selalu menghantui perekonomian negara ini, meski saat ini Indonesia belum masuk dalam kondisi tersebut.

"Apalagi dengan kurs 14.000 per dolar AS yang membuat orang takut. Apapun alasannya, itu tidak benar," ucap dia saat berbincang di Jakarta, seperti ditulis Rabu (3/9/2015).

Menurut Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM itu, level kurs yang mencapai 14.000 per dolar AS bukan titik keseimbangan rupiah. Tony berpendapat, kondisi ini hanya bersifat sementara dan harus diupayakan menguat ke level ideal.

"Ini bukan keseimbangan dan tidak akan permanen. Artinya, rupiah seharusnya bisa kembali ke level yang lebih masuk akal yaitu Rp 13.000 atau mudah-mudahan bisa Rp 12.500 per dolar AS," terang Tony.

Keadaan yang terjadi saat ini, kata dia, hanya faktor kepanikan yang berlebihan. Celakanya lagi, sambungnya, setiap orang yang merasakan kecemasan, kerap memilih dolar AS sebagai investasi.

"Kalau dulu kan cemas masih bisa pegang mata uang Euro atau Yen. Tapi sekarang Yen tidak bisa dipegang karena ekonomi Jepang sedang stagnan, sementara Euro, masih ada kemungkinan negara-negara zona Eropa akan bubar jika ekonomi Yunani semakin jebol dan disusul negara lain, seperti Portugal, Spanyol serta negara Eropa Selatan," jelas dia.

Tony meyakini bahwa kurs rupiah akan kembali menguat karena setiap pelemahan pasti ada batasnya. Begitupun dengan penguatan dolar AS lantaran Negaranya ikut terkena dampak dari fenomena super dolar ini.

"Jangan mikir setelah rupiah 14.000, lalu 15.000, sampai 17.000 per dolar AS. Tetap ada batasnya. AS juga tidak akan suka dolarnya terlalu menguat, capek mereka, turis tidak ada yang datang, ekspor terganggu, impor barang China makin membludak," tegas dia. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Pelemahan Rupiah Pukul Industri Kecil dan Menengah

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan ekonomi dan terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memukul para pelaku usaha di industri kecil dan menengah (IKM).

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Nina Tursina mengatakan, anjloknya nilai tukar rupiah ini membuat harga produk buatan dalam negeri meningkat sehingga semakin sulit bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, terutama China.

"Ini kami tambah susah, dampaknya terasa sekali bagi UKM di seluruh Indonesia. Salah satunya harga produk nasional tambah tidak bisa bersaing," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com seperti ditulis Kamis (3/9/2015).

Dia menjelaskan, pelemahan rupiah paling berat dirasakan bagi IKM yang masih mengandalkan bahan baku impor sedangkan pasarnya hanya di dalam negeri. Lantaran harus impor, harga bahan baku mengalami kenaikan sedangkan harga jual produk tidak bisa dinaikan.

"Bagi IKM yang pasarnya di dalam negeri tetapi bahan bakunya dari dalam negeri juga tidak masalah. Atau yang bahan baku impor, tapi juga masih punya pasar ekspor itu bisa tertolong. Tetapi yang bahan bakunya ada yang masih impor kemudian pasarnya di dalam negeri ini yang menjadi masalah, seperti di sektor makan minuman, garmen," jelasnya.

Tak hanya itu, IKM juga masih harus dihadapkan dengan menurunnya daya beli masyarakat. Jika ongkos produksi naik dan harga produk terpaksa dinaikan sedangkan daya beli menurun, hal ini membuat para pelaku IKM sulit untuk bertahan.

"Pasar kita pasar tambah berkurang, karena yang tadinya masyarakat bisa beli, dengan ongkos produksi naik dan lain-lain, masyarakat tidak bisa beli. Misalnya jadinya IKM bisa jual berapa banyak, sekarang berkurang," tandasnya. (Dny/Gdn)


Source: liputan6.com
Antisipasi Suku Bunga The Fed, Rupiah Sentuh 14.170 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Antisipasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tertekan pada perdagangan Kamis pekan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (3/9/2015), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tembus 14.170 per dolar AS. Bahkan rupiah sempat berada di kisaran 14.200 per dolar AS pada pukul 13.00 waktu Singapura. Rupiah berada di kisaran 14.127-14.200 per dolar AS sepanjang Kamis pekan ini.

Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di kisaran 14.160 per dolar AS pada 3 September 2015 dari posisi 12.440 per dolar AS pada 31 Desember 2014.

Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan pelaku pasar menanti kenaikan suku bunga AS. Apalagi data ekonomi AS cenderung variasi mulai dari data tenaga kerja membaik sementara indeks manufaktur melemah.

Sedangkan dari faktor domestik, Rully mengatakan pelaku pasar menantikan stimulus paket kebijakan ekonomi yang akan diumumkan pada awal pekan depan. Selain itu ada juga rilis cadangan devisa Bank Indonesia. "Kemungkinan cadangan devisa menurun. Pelaku pasar masih wait and see," kata Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Ia memperkirakan, rupiah masih akan tertekan pada perdagangan Jumat pekan ini. Nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran 14.160-14.180 per dolar Amerika Serikat (AS). "Sentimen positif masih belum banyak keluar," tutur Rully. (Ahm/Ndw)


Source: liputan6.com