Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 29 Oktober 2015
Pernyataan The Fed Lempar Rupiah ke 13.647 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali terjatuh pada perdagangan Kamis ini (29/10/2105) dikarenakan pernyataan Gubernur The Fed yang akan kembali membuka peluang atas kenaikan suku bunga AS pada tahun ini.

Mengutip Bloomberg, Kamis (29/10/2015), rupiah dibuka melemah di level 13.638 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan peuntupan Selasa yang ada di level 13.480 per dolar AS. Nilai tukar rupiah berada pada kisaran 13.568 per dolar AS pada pukul 11.01 WIB.

Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada rentang 13.531 per dolar AS hingga 13.647 per dolar AS.

Sementara, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 68 poin menjadi 13.562 per dolar AS pada hari ini, dibanding dengan perdagangan kemarin yang ada di level 13.630 per dolar AS.

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga pada rapat yang diselenggarakan pada Rabu (28/10/2015) waktu setempat atau Kamis pagi waktu Jakarta. Namun the Fed menegaskan bahwa masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan yang akan dilakukan selanjutnya.

Apa yang menjadi keputusan the Fed untuk menahan suku bunga pada rapat kali ini sesuai dengan perkiraan dari para pelaku pasar. Namun langkah untuk tetap membuka peluang kenaikan suku bunga pada Desember nanti merupakan keputusan yang cukup mengejutkan bagi pelaku pasar.

"Iya karena momen the Fed semalam, pernyataan the Fed agak bersayap. Kalau data ekonomi (AS) menguat, kemungkinan akan menaikan suku bunga." kata Rully Nova, analis mata uang PT Bank Woori Saudara Tbk.

Rully juga mengatakan bahwa sentimen dalam negeri masih positif, pasar menyambut paket- paket kebijakan ekonomi yang digalakan pemerintah dengan hangat. Namun faktor eksternal yang masih menajadi tekanan tersebdiri bagi rupiah. Positif kalau domestik, cuman ekternalnya aja." Kata Rully.

Sebelumnya untuk menggariahkan ekonomi nasional, pemerintah menelurkan beberapa paket kebijakan ekonomi, diantaranya disambut cukup antusias seperti penurunan harga energi bagi industri, revaluasi aset untuk perusahaan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta individu.

Selain itu, pemerintah juga menghilangkan pajak berganda untuk Real Estate Investment Trust (REIT) dan penyederhanaan izin produk untuk perbankan syariah. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Bank Mandiri Cetak Laba Rp 14,58 Triliun

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan laba bersih sebanyak Rp 14,58 triliun pada kuartal III tahun 2015. Laba tersebut naik tipis dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 14,45 triliun.

Direktur Utama BMRI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pelannya pertumbuhan laba perseroan karena menempatkan dana pencadangan BMRI sebesar Rp 8,49 triliun atau naik 126,4 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp 3,75 triliun.

Pecadangan tersebut untuk  mangkaver sebanyak 160 persen dari total kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) . Langkah itu  diambil untuk menjaga kualitas kredit ditengah lesunya perekonomian yang berimbas pada potensi kenaikan kredit macet. Di mana NPL perseroan tercatat 2,8 persen.

"Konsistensi dalam disiplin menjaga pertumbuhan yang sehat dan berkualitas menjadi salah satu upaya kami dalam mengembangkan bisnis," kata dia, di Jakarta, Kamis (29/10/2015).

Lebih lanjut, perseroan mencatatkan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 32,45 triliun. Kemudian BMRI juga mencatatkan laba operasional sebesar Rp 27, 3 triliun.

Perseroan membukukan penyaluran kredit sebesar Rp 560,6 triliun atau tumbuh 10,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Adapun rinciannya, berdasarkan sektor ekonomi untuk industri pengolahan menjadi Rp 112,3 triliun atau naik dari sebelumnya Rp 96,1 triliun. Sektor jasa sosial naik dari Rp 4 triliun menjadi Rp 5,4 triliun.

Lalu, sektor kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tercatat Rp 72,7 triliun atau nai 4,1 persen. BMRI juga menyalurkan kredit usaha rakyat sebesar Rp 18,5 triliun.

Sementara, untuk dana pihak ketiga (DPK) mampu menghimpun dana sebesar Rp 654,6 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 590,9 triliun.

"Dari jumlah tersebut total dana murah yang berhasil dikumpulkan Bank Mandiri mencapai Rp 415,9 triliun atau tumbuh 15,0 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," tandas dia. (Amd/Ndw)


Source: liputan6.com