Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 27 Oktober 2015
China Pangkas Suku Bunga, Bagaimana Nasib Rupiah?

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral China telah memangkas suku bunga acuan 25 basis poin. Kebijakan ini diprediksi memberi kepastian terkait rencana The Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan tingkat bunga meskipun bukan akhir 2015.

Merespons rapat The Fed pada Rabu pekan ini, rupiah diproyeksi bergerak mendatar. Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra meramalkan, Bank Sentral AS akan memberi bocoran perihal penyesuaian Fed Fund Rate pada rapat berikutnya.

"Tapi saya rasa tidak akan dinaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini karena Bank Sentral China melonggarkan kebijakan moneter, menambah stimulus, dan lainnya. Lalu ada masalah inflasi di AS yang masih tertekan, jadi mungkin tahun depan kenaikannya," ujar dia di Jakarta, saat dihubungi Liputan6.com Selasa (27/10/2015).

Ia menuturkan, pergerakan nilai tukar rupiah selama September lalu menguat 8,5 persen di kisaran 13.275-13.800 per dolar AS. Ariston bahkan memperkirakan kurs rupiah bakal sedikit tertekan apabila Bank Sentral AS mengumumkan kepastian tersebut.

"Kalau ada petunjuk suku bunga lanjutan, rupiah terdorong melemah dulu. Tapi minggu ini, saya perkirakan rupiah bergerak mendatang di kisaran 13.900 per dolar AS, lalu berpotensi balik ke 13.600 per dolar AS. Sedangkan sampai akhir tahun, range kurs rupiah 13.400-13.600 per dolar AS," tutur Ariston.

Dihubungi terpisah, Pengamat Valas, Farial Anwar mengatakan, China kembali mengeluarkan strategi mendorong perekonomian yang sedang melambat lewat suku bunga rendah. Langkah ini semakin mendekatkan gap antara suku bunga China dan AS sehingga akan memberi sedikit kepastian mengenai peningkatan Fed Fund Rate yang sempat tertunda.

"Ketika China mendevaluasi Yuan, AS ragu-ragu menaikkan suku bunganya karena khawatir daya saing ekonomi AS terganggu. Tapi setelah China menurunkan suku bunganya, ada potensi kenaikan (Fed Fund Rate). Tapi ini masih belum pasti, ada yang percaya dan tidak," terang Farial.

Jika kebijakan tersebut dilaksanakan, kata Farial, The Fed akan melakukannya pada tahun depan, bukan akhir 2015. "Belum ada keberanian naikkan suku bunga tahun ini karena tinggal beberapa bulan lagi, jadi mungkin bisa di tahun depan," pungkas dia. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Data Penjualan Properti AS Memburuk, Rupiah Menguat Tipis

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah mampu menguat tipis pada perdagangan Selasa (27/10/2015). Penguatan rupiah terjadi karena pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) akibat memburuknya angka penjualan rumah baru.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada level 13.635 per dolar AS pada pukul 11.15 WIB. Level tersebut melemah jika dibandingkan dengan angka pembukaan yang ada di level 13.607 per dolar AS namun menguat jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang ada di level 13.648 per dolar AS.

Dari pagi hingga siang hari ini,rupiah diperdagangkan di kisaran 13.557 per dolar AS hingga 13.690 per dolar AS.

Sedangkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia menunjukkan rupiah berada di level 13.626 per dolar AS, menguat jika dibanding perdagangan sebelumnya yang ada di level 13.643 per dolar AS.

Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, penguatan rupiah lebih disebabkan karena dolar AS melemah terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia.

Pelemahan dolar AS ini akibat memburuknya data perumahan yang berada di titik terendah dalam satu tahun terakhir. Pelemahan dolar AS tersebut juga diikuti dengan turunnya yield US Treasury dengan jangka waktu 10 tahun ke level 3,4 basis poin.

"Fokus pasar global masih tertuju pada rilis FOMC meeting pada Kamis dini hari besok," jelasnya.

Setelah itu, Angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2015 yang akan dikeluarkan pada Kamis malam menjadi fokus berikutnya. "Namun Dolar AS berpeluang melemah di pasar Asia pada hari ini," tambahnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Head of Research and Analyst Division PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra. Menurutnya, rupiah bergerak menguat namun tak terlalu tinggi karena pelaku pasar sedang menunggu data-data baru yang akan dikeluarkan oleh pemerintah AS.

Selain itu, pada perdagangan beberapa hari sebelumnya, rupiah telah menguat cukup tajam. Di akhir September 2015, rupiah bergerak di kisaran 14.600 per dolar AS. Namun di awal hingga pertengahan Oktober 2015, rupiah bergerak menguat tajam ke level 13.600 per dolar AS.

Penguatan rupiah pada awal Oktober disebabkan karena dua sentimen. Pertama adanya sentimen dari luar yaitu persepsi pasar yang memperkirakan bahwa bank sentral AS atau the Fed bakal menunda kenaikan suku bunga paling cepat pada awal tahun depan dan tidak akan dilakukan pada Desember 2015 ini.

Sedangkan sentimen dari dalam negeri adalah adanya paket-paket kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Paket kebijakan tersebut membuat pelaku pasar memandang bahwa akan ada akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional sehingga terjadi aliran dana masuk. (Gdn/Ahm)


Source: liputan6.com