Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Jumat, 23 Oktober 2015
Gubernur BI Tak Mau Komentari Pernyataan Rizal Ramli Soal Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo tidak menggubris pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli yang sesumbar bisa memperkuat nilai tukar rupiah dari cadangan emas PT Freeport Indonesia. Rizal mengatakan bahwa nilai tukar rupiah berpotensi menembus 5.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dengan cadangan emas yang dimiliki oleh Freeport Indonesia.

"Saya belum bisa kasih komentar. Saya nanti coba mengkaji yang kamu sampaikan, tapi sekarang saya belum bisa kasih komentar," tegas Agus saat ditemui usai Rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK), Jakarta, seperti ditulis Jumat (23/10/2015).

Sebelumnya, Rizal Ramli mengatakan, ini saatnya bagi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk menulis ulang sejarah pengelolaan sumber daya alam Indonesia mengingat ada cadangan emas sangat besar sekitar 23 juta ounce, begitupula dengan cadangan tembaga.

"Kita tidak anti asing, tapi bayar lebih fair dong. Kalau Freeport mau melakukan syarat itu, kita baru bersedia negosiasi. Kalau tidak, kembalikan tuh kontrak karya. Kita bisa kok masukkan cadangan emas (Freeport) ke cadangan Bank Indonesia (BI), rupiah dapat menguat 5.000 per dolar AS," tutur Rizal.

Rizal mengajukan persyaratan jika Freeport masih tertarik mengeruk kekayaan alam Indonesia di Papua dalam bentuk emas dan tembaga. Pasalnya selama ini, bangsa Indonesia tidak menikmati keuntungan dari perpanjangan kontrak dengan anak usaha Freeport McMoran berbasis di AS.

"Jangan bayar royalti 1 persen lagi, naikkan jadi 6-7 persen. Royalti tembaga juga harus lebih tinggi. Jangan buang limbah sembarangan tanpa diproses dan jangan cari-cari alasan tidak mau divestasi saham," ucap dia.

Rizal menambahkan, perusahaan tambang lain, seperti Newmont dan lainnya tidak ada yang seberani Freeport Indonesia. PT Newmont Nusa Tenggara dan perusahaan tambang lain, katanya, mengolah limbahnya sebelum dibuang ke sungai atau laut.

"Kenapa Freeport bisa berani? Mohon maaf itu karena pejabat kita mudah disogok. Kalau saya bicara lebih detail, bisa masuk ke New York Times, jadi mending kita simpan dulu," tandas dia. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Gubernur BI Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menegaskan ruang untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) cukup terbuka. Hal ini dilihat dari data ekonomi makro Indonesia yang sudah dihimpun dan dihitung oleh otoritas moneter ini dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pertengahan Oktober lalu.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, pelonggaran kebijakan moneter, termasuk menurunkan BI Rate yang saat ini masih berada di level 7,50 persen, harus mempertimbangkan sisi fundamental ekonomi dalam negeri.

Dari data yang ada, masih telah ada perbaikan ekonomi meskipun belum terlihat tinggi. "Itu terlihat dari inflasi yang sebelumnya di kisaran 4 persen plus minus 1 persen atau 4,3 persen, ternyata bisa di bawah 4 persen akhir tahun ini. Bahkan kalau bisa dipertahankan akan menyentuh 3,6 persen," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Jumat (23/10/2015).

Melongok data ekonomi makro yang lain, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD), tambah Agus, diperkirakan bakal menyempit di kisaran 2 hingga 2,1 persen pada akhir 2015. Proyeksi angka ini lebih rendah dibanding pencapaian tahun lalu sebesar 3,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Kondisi ini juga didukung neraca perdagangan yang surplus sejak Januari-September 2015. Ini konsisten menunjukkan perbaikan fundamental ekonomi Indonesia," tegasnya.

Kata Agus, risiko pelemahan ekonomi global masih akan terus berlanjut. Ekonomi Amerika Serikat (AS) belum solid, sedangkan untuk China juga belum memperlihatkan perbaikan. Di luar itu, harga komoditas cenderung menurun.

Dia mengaku ada beberapa hal untuk mewaspadai perkembangan eksternal. Pertama, Mantan Menteri Keuangan ini mengatakan, pertumbuhan ekonomi China kecenderungannya melambat. Imbasnya, Agus bilang, sangat signifikan terhadap perekonomian dunia dan negara-negara berkembang.

"Mata uang China mau diinternasionalisasikan, jadi mata uangnya dikelola moneter, independen dengan capital account terbuka. Tentu ini ada risiko khusus dalam perlaksanaan dengan mempertimbangkan dolar AS menguat dan upaya China menjaga pertumbuhan ekonominya tidak menurun lebih besar," ucap dia.

Kedua, normalisasi kebijakan The Federal Reserves soal kepastian kenaikan tingkat bunga Bank Sentral AS menjadi perhatian Indonesia di tahun ini atau tahun depan. Ketiga, tantangan berlanjutnya penyesuaian harga komoditas.

"Kondisi ekonomi domestik kita kuat, tapi risiko eksternal perlu diwaspadai. Di pembahasan mendatang akan ada lagi Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan, maka semua kembali ke data independen. Kami akan lakukan satu perubahan kebijakan sepenuhnya bila didukung data," tandas Agus. (Fik/Gdn)*


Source: liputan6.com
Volatilitas Rupiah Tinggi, Ini Kata Gubernur BI

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cukup tinggi sepanjang tahun ini. Di akhir kuartal III, rupiah sempat menyentuh level 14.600 per dolar AS. Namun meskipun volatilitas cukup tinggi, otoritas moneter di Indonesia ini menyebutkan bahwa kurs rupiah masih di bawah kendali mereka.

Gubernur BI, Agus Martowardojo menuturkan, rupiah terdepresiasi 5,35 persen ke level Rp 13.783 per dolar AS pada kuartal III 2015 ini dibanding kuartal sebelumnya yang ada di angka Rp 13.131 per dolar AS.

"Kemudian tekanan kurs mereda pada awal Oktober 2015 seiring penguatan rupiah. Rupiah menguat 6,8 persen ditutup ke level 13.717 per dolar AS per 21 Oktober 2015. Jadi secara year to date, rupiah melemah 9,7 persen," paparnya di Jakarta, seperti ditulis Jumat (23/10/2015).

Menurut Agus, pergerakan atau volatilitas nilai tukar rupiah masih dalam kisaran target BI di bawah 12 persen. BI, lanjutnya, sudah memperkirakan, gejolak kus rupiah kembali normal pada Oktober 2015 setelah mengalami lonjakan volatilitas di September lalu.

"Jadi tidak bahaya. Kami memang tidak ingin ada volatilitasnya yang tinggi untuk memberi kepercayaan pada masyarakat kalau BI menjaga stabilitas kurs rupiah. Jika dilihat beberapa negara berkembang, mata uangnya tertekan dengan volatilitas mencapai 16 persen," jelas Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Sebelumnya, Currency strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd, Singapura, Irene Cheung menuturkan, penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir lebih disebabkan penundaan rencana dari bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk kenaikan suku bunga.

Penundaan tersebut memberikan ruang bagi investor kembali menata investasi mereka di negara berkembang termasuk Indonesia. Oleh sebab itu, rupiah kembali menguat dan Indeks Harga Saham Gabungan pun terus berada di zona hijau.

"Kami melihat aliran dana yang masuk mendukung rupiah, karena pasar tidak yakin The Fed akan serius menaikkan suku pada bulan Desember," kata Irene.

Investor asing telah membeli saham-saham di Indonesia senilai US$ 50 juta dalam 3 hari terakhir, dan Rp 2,43 triliun dalam obligasi pemerintah selama 2 minggu belakangan ini. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Respon Positif Paket Kebijakan, Rupiah Sentuh 13.420 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah cenderung menguat pada perdagangan Jumat pekan ini. Penyebab penguatan rupiah adalah diluncurkannya paket kebijakan pemerintah jilid V yang ternyata mendapat respon positif dari para pelaku pasar.

Sentimen eksternal mengenai prospek stimulus dari Bank Sentral Eropa yang mendukung perkembangan aset dari negara emerging market juga ikut mendorong penguatan rupiah. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (23/10/2015), nilai tukar rupiah berada pada kisaran 13.512 per dolar AS pada pukul 11.15 WIB. Rupiah dibuka menguat di level 13.482 per dolar AS dibandingkan penutupan pada Kamis di level 13.640 per dolar AS.

Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.420 per dolar AS hingga 13.532 per dolar AS.

Sementara, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah juga menguat 149 poin menjadi 13.491 per dolar AS pada Jumat, jika dibandingkan perdagangan Kamis di level 13.640 per dolar AS.

Untuk menambah gairah ekonomi, pada hari kamis (22/10/2015), Pemerintah kembali meluncurkan paket kebijakan ekonomi jilid V. Isi dari paket kebijakan tersebut adalah revaluasi aset untuk perusahaan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta individu. Selain itu juga menghilangkan pajak berganda untuk Real Estate Investment Trust (REIT) dan penyederhanaan izin produk untuk perbankan syariah. 

Di luar paket kebijakan tersebut, penguatan rupiah semakin tinggi dengan adanya sentimen positif dari Bank Sentral Eropa. Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan bahwa kemungkinan akan memperpanjang program pembelian obligasi sampai akhir tahun ini.

Hal tersebut memicu peluang bagi para pelaku pasar untuk kembali memutarkan modalnya pada aset yang berimbal hasil lebih tinggi seperti di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. 

Masuknya dana asing tersebut jelas terlihat dari menghijaunya indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat ini. Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG naik 75,15 poin atau 1,64 persen ke level 4659,72. Indeks saham LQ45 menguat 2,28 persen ke level 807,47.

"Kami pikir dampak positif ini akan terus berjalan dalam beberapa bulan mendatang karena perusahaan mengambil kesempatan untuk merevaluasi," kata Heru Irvansyah, ekonom PT BNI Securities di Jakarta.

"Kami tetap optimistis terhadap rupiah, terutama dengan sentimen di pasar negara berkembang." tambah Heru.

Ekonom PT Bank Mandiri, Aldian Taloputra menambahkan, revaluasi akan menarik lebih banyak investasi, dan membantu pemerintah dalam menutup kekurangan pendapatan. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid V Diyakini Angkat Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah optimistis paket kebijakan ekonomi jilid V akan menolong nilai tukar rupiah yang masih mengalami fluktuasi. Paket kebijakan tersebut salah satunya berisi diskon pajak penghasilan (PPh) final untuk revaluasi aset. 

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengatakan, selain memberikan diskon PPh final, paket kebijakan itu juga menghilangkan pajak berganda untuk instrumen keuangan yang berbentuk kontrak investasi kolektif dari dana investasi real estate (DIRE) atau REIT. Diyakini, paket ini bakal mempernbaiki kurs mata uang rupiah

"Memengaruhilah (kurs rupiah). Karena kalau investor punya pemikiran positif, pasti akan memengaruhi nilai tukar," terang dia saat ditemui di Jakarta, Jumat (23/10/2015)..

Dalam paket kebijakan ekonomi jilid V itu, lanjut Bambang, ada penurunan besaran tarif khusus untuk PPh final revaluasi dari 10 persen menjadi 3 persen bila diajukan revaluasinya hingga 31 Desember 2015.

Selain itu juga besaran tarif khusus untuk PPh final revaluasi menjadi 4 persen bila diajukan revaluasinya pada periode 1 Januari 2016-30 Juni 2016.

"Lebih lambat maka tarifnya lebih mahal tapi tetap di bawah tarif normal 10 persen," kata Bambang.

Sementara besaran tarif khusus untuk PPh final revaluasi menjadi 6 persen bila pengajuan revaluasinya 1 Juli 2016-31 Desember 2016.

"Masih di bawah 10 persen tapi lebih tinggi dari dua periode sebelumnya," ujar Bambang.

Paket kebijakan ekonomi jilid V juga menghilangkan pajak berganda untuk instrumen keuangan yang berbentuk kontrak investasi kolektif dari dana investasi real estate (DIRE) atau REIT. REIT ini adalah salah satu sarana investasi baru yang secara hukum di Indonesia akan berbentuk kontrak investasi kolektif.

Terkait fluktuasi kurs rupiah, Bambang mengatakan, hal itu sangat wajar terjadi. Pasalnya dia menyebut, tidak ada mata uang yang bergerak searah.

"Tapi itu memang trennya, biasa itu memang jalannya," ujar Bambang.

Dalam kesempatan yang sama, Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Suahasil Nazara mengakui bahwa, volatilitas atau pergerakan rupiah saat ini yang naik turun tidak akan mengganggu dunia usaha.

"Tidak, kan pengusaha juga sudah tahu levelnya di Rp 13.700 per dolar AS. Pengusaha pasti punya mekanisme dan teman-teman di di pasar keuangan yang melihat fluktuasi ini setiap hari. Tapi kita bukan 14.500 per dolar AS, tapi Rp 13.500-13.700 dan kalau di sekitar itu dunia usaha masih bisa adjust sendiri," terangnya.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, rupiah terdepresiasi 5,35 persen ke level Rp 13.783 per dolar AS pada kuartal III ini dibanding kuartal sebelumnya Rp 13.131 per dolar AS.

"Kemudian tekanan kurs mereda pada awal Oktober 2015 seiring penguatan rupiah. Rupiah menguat 6,8 persen ditutup ke level 13.717 per dolar AS per 21 Oktober 2015. Jadi secara year to date, rupiah melemah 9,7 persen," ucap Agus. (Fik/Zul)


Source: liputan6.com
Rupiah Menguat Terbatas ke Level 13.621 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada penutupan perdagangan Jumat pekan ini. Penguatan rupiah itu didukung dari respons positif pelaku pasar terhadap rilis paket kebijakan ekonomi jilid V.

Ditambah sentimen eksternal mengenai prospek stimulus bank sentral Eropa juga mendukung minat terhadap aset dari negara berkembang sehingga mendorong penguatan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Jumat (23/10/2015), nilai tukar rupiah ditutup di level 13.621 per dolar AS atau menguat 0,14 persen atau 19 poin dibandingkan level penutupan sebelumnya di kisaran 13.640 per dolar AS. Sepanjang hari ini nilai tukar rupiah bergerak pada rentang 13.420 per dolar AS-13.657 per dolar AS.

Untuk menambah gairah ekonomi, Pemerintah kembali meluncurkan paket kebijakan ekonomi jilid V pada Kamis 22 Oktober 2015. Isi dari paket kebijakan ekonomi tersebut adalah revaluasi aset untuk perusahaan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta individu. Selain itu juga menghilangkan pajak berganda untuk Real Estate Investment Trust (REIT) dan penyederhanaan izin produk untuk perbankan syariah.

Di luar paket kebijakan tersebut, penguatan rupiah semakin tinggi dengan adanya sentimen positif dari Bank Sentral Eropa. Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan kemungkinan akan memperpanjang program pembelian obligasi sampai akhir tahun ini.

Hal tersebut memicu peluang bagi para pelaku pasar untuk kembali memutarkan modalnya pada aset yang berimbal hasil lebih tinggi seperti di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

"Kami pikir dampak positif ini akan terus berjalan dalam beberapa bulan mendatang karena perusahaan mengambil kesempatan untuk merevaluasi," kata Heru Irvansyah, Ekonom PT BNI Securities di Jakarta.

"Kami tetap optimistis terhadap rupiah, terutama dengan sentimen di pasar negara berkembang." tambah Heru.

Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Aldian Taloputra menambahkan, revaluasi aset akan menarik lebih banyak investasi, dan membantu pemerintah dalam menutup kekurangan pendapatan. (Ilh/Ahm)

 
Source: liputan6.com