Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 21 Oktober 2015
Faktor Eksternal Kembali Tekan Rupiah ke 13.695 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada perdagangan Rabu pekan ini. Pelemahan rupiah masih disebabkan faktor dari luar yaitu rendahnya harga komoditi di tengah mencuatnya ketidakpastian kenaikan suku bunga AS.

Mengutip Bloomberg, Rabu (21/10/2015), nilai tukar rupiah berada pada kisaran 13.695 per dolar AS pada pukul 10.51 WIB. Rupiah dibuka melemah di level 13.721 per dolar AS dibandingkan penutupan pada Selasa yang ada di angka 13.517 per dolar AS. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.682 per dolar AS hingga 13.726 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah 62 poin menjadi 13.696 per dolar AS pada Rabu, jika dibanding dengan perdagangan sehari sebelumnya atau pada Selasa kemarin yang ada di level 13.634 per dolar AS.

"Melemahnya rupiah lebih karena faktor eksternal, seperti rendahnya harga minyak dan komoditi. Kita masih ketergantungan terhadap komoditas, sehingga efeknya bagi ekonomi sangat besar,"  terang Ekonom PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova saat dihubungi Liputan6.com.

Indonesia merupakan negara pengekspor komoditas yang cukup besar. Dengan masih rendahnya harga komoditas tersebut membuat ekspor nasional juga turun sehingga mendorong pelemahan nilai tukar rupiah. Selain itu, penurunan pertumbuhan ekonomi China juga membuat permintaan akan komoditas turun. 

Rully juga mengatakan bahwa paket kebijakan yang dilakukan pemerintah, akan mulai terasa dampaknya dalam jangka panjang. Selain itu, rully juga melihat kembali mencuatnya sentimen ketidakpastian atas kenaikan suku bunga AS.

"Rilis rencana kenikan suku bunga menjadi faktor ketidakpastian bagi nilai tukar. Sebelumnya akan akhir tahun kata Lockhart (pimpinan the Fed bagian Atlanta). Sinyalnya tidak jelas, ada ketidakpastian atas kenaikan suku bunga AS" papar Rully.

Namun memang, pelemahan nilai tukar rupiah ini tidak sendiri. Beberapa negara lain di Asia juga mengalami pelemahan juga. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Dolar AS Melemah, Harga Emas Lanjutkan Penguatan

Liputan6.com, Singapura - Harga emas memperpanjang kenaikan pada sesi kedua dalam perdagangan Rabu (21/10/2015) di Asia. Hal itu seiring dolar Amerika Serikat (AS) melemah karena aksi lindung nilai.

Investor pun menanti petunjuk kuat kapan bank sentral AS atau The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga AS.Di pasar spot, harga emas naik 0,1 persen menjadi US$ 1.177,20 per ounce. Harga emas telah naik 0,5 persen pada sesi sebelumnya.

Kenaikan harga emas juga didukung dari mata uang euro menguat terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa. Penguatan euro didukung dari data ekonomi yang solid dan komentar pejabat bank sentral Eropa menyatakan pelonggaran kebijakan moneter tidak dilakukan dalam waktu dekat.

Dengan dolar AS melemah membuat emas berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Ditambah bursa saham lesu juga membuat permintaan emas meningkat.

Analis OCBC Barnabas Gan mengatakan, harga emas berada dekat di atas rata-rata harian dalam 200 hari mendekat US$ 1.175 membuat sejumlah harapan untuk penguatan menjadi terbatas menjelang pertemuan bank sentral Eropa dan bank sentral AS atau The Federal Reserve.

"Harga emas di atas rata-rata harian 200 menunjukkan secara teknikal tidak diragukan kalau ada sejumlah risiko terbalik untuk emas," kata Gan, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (21/10/2015).

Lebih lanjut ia mengatakan, kondisi suku bunga berpotensi naik pada 2016 karena menjadi fundamental kuat untuk membuat harga emas tertekan.Sementara itu, Analis Wang Tao memprediksi kalau harga emas akan naik menjadi US$ 1.190. Hal itu terjadi bila level resistance US$ 1.177 dapat ditembus.

Mengutip riset www.fortisasiafutures.com menyebutkan kalau harga emas bergulir datar pada sesi Asia hari ini. Pelaku pasar fokus pada bank sentral AS yang akan memberikan ulasan kebijakan moneter pada Oktober 2015. Di awal perdagangan, emas bergerak datar namun harga masih bergulir di atas rata-rata harian 20 dan 50.

"Logam tersebut masih berpotensi untuk menguat. Stochastic masih berada di area overbought. Resistance dan support berada di level US$ 1.182-US$ 1.164,40," tulis riset tersebut. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Rupiah Ditutup Melemah, Sempat Sentuh 13.801 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Rabu (21/10/2015), nilai tukar rupiah di ditutup melemah 41 poin. Pelemahan rupiah masih disebabkan faktor dari luar yaitu rendahnya harga komoditi di tengah mencuatnya ketidakpastian kenaikan suku bunga AS.

Mengutip Bloomberg, Rabu (21/10/2015), nilai tukar rupiah di tutup di level 13.724 per dolar AS atau terpeleset 41 poin dibandikan level penutupan sebelumnya di 13.683 per dollar AS. Sepanjang hari ini nilai tukar rupiah bergerak pada rentang 13.678 per dolar AS hingga 13.801 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah 62 poin menjadi 13.696 per dolar AS pada Rabu, jika dibanding dengan perdagangan sehari sebelumnya atau pada Selasa kemarin yang ada di level 13.634 per dolar AS.

"Melemahnya rupiah lebih karena faktor eksternal, seperti rendahnya harga minyak dan komoditi. Kita masih ketergantungan terhadap komoditas, sehingga efeknya bagi ekonomi sangat besar," terang Ekonom PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova saat dihubungi Liputan6.com.

Indonesia merupakan negara pengekspor komoditas yang cukup besar. Dengan masih rendahnya harga komoditas tersebut membuat ekspor nasional juga turun sehingga mendorong pelemahan nilai tukar rupiah. Selain itu, penurunan pertumbuhan ekonomi China juga membuat permintaan akan komoditas turun.

Rully juga mengatakan bahwa paket kebijakan yang dilakukan pemerintah, akan mulai terasa dampaknya dalam jangka panjang. Selain itu, rully juga melihat kembali mencuatnya sentimen ketidakpastian atas kenaikan suku bunga AS.

"Rilis rencana kenikan suku bunga menjadi faktor ketidakpastian bagi nilai tukar. Sebelumnya akan akhir tahun kata Lockhart (pimpinan the Fed bagian Atlanta). Sinyalnya tidak jelas, ada ketidakpastian atas kenaikan suku bunga AS" papar Rully.

Namun memang, pelemahan nilai tukar rupiah ini tidak sendiri. Beberapa negara lain di Asia juga mengalami pelemahan juga. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com