Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 19 Oktober 2015
Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi China Bayangi IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan penguatan pada perdagangan saham Senin pekan ini. Hal itu akan didukung dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan data ekonomi relatif stabil.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan IHSG bergerak konsolidatif dan sedang mempertahankan support 4.484. Potensi kenaikan IHSG masih terlihat sedang berusaha menggapai level resistance 4.601.

"Untuk memperkuat pola kenaikan jangka menengah, rilis data ekonomi menunjukkan kondisi yang masih relatif stabil dari ekonomi dalam negeri, apresiasi nilai tukar rupiah juga menjadi salah satu pendorong penguatan IHSG yang diikuti meluncurnya paket kebijakan yang beruntun," kata William dalam ulasan risetnya, Senin (19/10/2015).

Sementara itu, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, IHSG masih akan bergerak variasi dengan kecenderungan kembali tertekan. IHSG akan bergerak di kisaran 4.420-4.580 pada perdagangan saham Senin pekan ini.

Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan IHSG masih cenderung bervariasi di awal pekan. Sentimen rilis data pertumbuhan ekonomi China akan mempengaruhi laju IHSG.

Satrio memperkirakan, IHSG berada di kisaran 4.450-4.550 pada perdagangan saham awal pekan ini. Adapun yang akan menjadi pendukung IHSG yaitu kondisi bursa saham regional masih mengalami tren penguatan.

"Seharusnya data pertumbuhan ekonomi China tidak menjadi sentimen utama, tetapi sepertinya fokus pasar kepada sentimen itu. IHSG selama ini gagal tembus resistance 4.550. Bila level resistance itu ditembus maka IHSG akan reli hingga akhir bulan," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com.

Analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan IHSG akan berada di rentang support 4.485-4.496 dan resistance 4.550-4.565 pada perdagangan saham Senin pekan ini.

Ia mengatakan, laju IHSG mampu bertahan di atas target support 4.476-4.489 dan mampu berada di target resistance 4.520-4.565 pada perdagangan saham pekan lalu. IHSG masih dapat mempertahankan di zona positif, tetapi penguatannya terbatas. Hal itu lantaran IHSG masih terkena tekanan jual.

"Laju IHSG akan kembali menguji kenaikan meski masih terbatas, tetap cermati sentimen yang ada," kata Reza.

Untuk rekomendasi saham, Reza memilih saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) untuk dicermati pelaku pasar.

Sedangkan William memilih saham BBNI, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT PP Tbk (PTPP), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).

Pada perdagangan saham Jumat 16 Oktober 2015, IHSG naik tipis 14,68 poin ke level 4.521,88. Investor asing pun masih melakukan aksi jual sekitar Rp 86 miliar. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Rupiah Bergerak Mendatar di Kisaran 13.545 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan cederung bergerak mendatar pada perdagangan Senin (19/20/2015). Para pelaku pasar memilih untuk menunggu data-data ekonomi terbaru dari AS yang akan menjadi landasan transaksi.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada kisaran 13.545 per dolar AS pada pukul 10.55 WIB. Rupiah dibuka menguat di level 13.516 per dolar AS dibandingkan penutupan pada Jumat pekan lalu yang ada di level 13.540 per dolar AS.

Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.488 per dolar AS hingga 13.580 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah 29 poin menjadi 13.563 per dolar AS pada Senin, dari perdagangan Jumat di level 13.534 per dolar AS.

"Penguatan rupiah mulai menghilang, rupiah saat ini cenderung sideway, menunggu market mover baru" Kata Ariston Tjendra Kepala Divisi Riset dan Analisis PT Monex Investindo.

Ariston memperkirakan rupiah hari ini bergerak sideway pada kisaran 13.400 per dolar AS hingga 13.600 per dolar AS.

Ariston juga mengatakan bahwa ada beberapa market mover pekan ini diantaranya pidato Ketua The Fed Janet Yellen pada 20 Oktober 2015 waktu setempat, dan juga data klaim pengangguran yang rencananya akan dirilis Kamis 22 Oktober 2015.

Data klaim pengagguran AS diperkirakan bertambah menjadi 266 ribu klaim dari rilis sebelumnya sebesar 255 ribu. Bertambahnya klaim penganguran AS berpotensi membuat mata Dolar AS menjadi lemah. 

Sedangkan pada pekan kemarin, penguatan rupiah juga tidak begitu besar jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya. "Kami tidak melihat penguatan rupiah baru baru ini akan terus berlanjut, karena ada banyak ketidakpastian global yang tersisa," kata Gundy Cahyadi, ekonom DBS Group Holdings Ltd di Singapura.

Memang, ketidakpastian ekonomi global bertambah besar setelah China mengeluarkan data pertumbuhan ekonomi. Di kuartal III kemarin, Pertumbuhan ekonomi China turun menjadi 6,9 persen dari kuartal sebelumnya yang ada di angka 7 persen. 

Namun meskipun turun, angka tersebut masih di atas konsensus dari para ekonomi yang memperkirakan bakal berada di angka 6,8 persen. 

Sentimen negatif dari luar tersebut mampu ditahan dengan adanya sentimen positif dari dalam negeri. Adanya paket kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Investor Asing Beli Saham, IHSG Naik 47 Poin ke Level 4.569

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bergerak di zona hijau pada awal pekan ini. Hal itu didukung dari aksi beli investor asing di awal pekan ini.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (19/10/2015), IHSG menguat 1,06 persen atau 47,96 poin ke level 4.569,84. Indeks saham LQ45 naik 1,7 persen ke level 785,38. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau kecuali indeks saham Pefindo25 turun 0,05 persen ke level 363,41.

Ada sebanyak 166 saham menghijau sehingga membuat IHSG tetap bertahan di zona hijau. Sedangkan 115 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 76 saham lainnya diam di tempat.Total frekuensi perdagangan saham sektiar 239.405 kali dengan volume perdagangan saham 7,36 miliar saham.

Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 4,84 triliun. IHSG sempat berada di level tertinggi 4.571,16 dan terendah 4.533,93.Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham pertambangan turun 0,13 persen dan sektor saham industri dasar melemah 0,14 persen.

Sektor saham aneka industri naik 2,64 persen, dan memimpin penguatan sektor saham, disusul sektor saham keuangan naik 1,5 persen, dan sektor saham manufaktur menguat 1,29 persen.Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 200 miliar.

Aksi beli investor asing ini juga memberi sentimen positif untuk IHSG. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi jual sekitar Rp 200 miliar.Saham-saham berkapitalisasi besar menjadi penggerak indeks saham dan memberikan keuntungan pada hari ini.

Saham ASII naik 3,17 persen ke level Rp 6.500 per saham, saham INDF mendaki 3,23 persen ke level Rp 6.400 per saham, dan saham BBCA menguat 2,54 persen ke level Rp 13.125 per saham.Saham-saham yang menekan indeks saham pada hari ini antara lain saham BUMI susut 9,68 persen ke level Rp 56 per saham, lalu disusul saham MMLP melemah 3,89 persen ke level Rp 865 per saham, dan saham ITMG susut 2,72 persen ke level Rp 9.850 per saham.

Bursa saham Asia cenderung variatif pada hari ini. Indeks saham Jepang Nikkei turun 0,88 persen ke level 18.131,23. Diikuti indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,04 persen ke level 23.075, dan indeks saham Singapura susut 0,16 persen ke level 3.025,86. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung naik tipis menjadi 13.510.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan IHSG melanjutkan tren penguatannya dalam rentang konsolidasi.Sentimen eksternal dari kawasan akan mendominasi pergerakan IHSG seperti data ekonomi produksi industri dan produk domestik bruto (PDB) China pada kuartal III 2015 yang akan keluar pekan ini.

Ekonomi China diperkirakan tumbuh 6,8 persen pada kuartal III 2015, melambat dari kuartal sebelumnya tujuh persen Year on Year (YoY). Sedangkan dari domestik, katalis pergerakan harga saham dalam waktu dekat rilis kinerja kuartal III 2015. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Bergerak Mendatar, Rupiah Ditutup Menguat Tipis

Liputan6.com, Jakarta - Bergerak mendatar, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tipis pada perdagangan Senin (19/20/2015). Hal itu dikarenakan para pelaku pasar memilih untuk menunggu data-data ekonomi terbaru dari AS yang akan menjadi landasan transaksi.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah di tutup menguat tipis 23 point di level 13.517 per dolar AS dibandingkan harga penutupan jumat pekan lalu di level 13.540. Pada perdangan hari ini, rupiah bergerak pada kisaran 13.488 hingga 13.580 per dolar AS.

"Penguatan rupiah mulai menghilang, rupiah saat ini cenderung sideway, menunggu market mover baru" Kata Ariston Tjendra Kepala Divisi Riset dan Analisis PT Monex Investindo.

Ia juga mengatakan bahwa ada beberapa market mover pekan ini di antaranya pidato Ketua The Fed Janet Yellen pada 20 Oktober 2015 waktu setempat, dan juga data klaim pengangguran yang rencananya akan dirilis Kamis 22 Oktober 2015.

Data klaim pengagguran AS diperkirakan bertambah menjadi 266 ribu klaim dari rilis sebelumnya sebesar 255 ribu. Bertambahnya klaim penganguran AS berpotensi membuat mata Dolar AS menjadi lemah.

Sementara pada pekan kemarin, penguatan rupiah juga tidak begitu besar jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya. "Kami tidak melihat penguatan rupiah baru baru ini akan terus berlanjut, karena ada banyak ketidakpastian global yang tersisa," kata Gundy Cahyadi, ekonom DBS Group Holdings Ltd di Singapura.

Memang, ketidakpastian ekonomi global bertambah besar setelah China mengeluarkan data pertumbuhan ekonomi. Di kuartal III kemarin, pertumbuhan ekonomi China turun menjadi 6,9 persen dari kuartal sebelumnya yang ada di angka 7 persen.

Namun meskipun turun, angka tersebut masih di atas konsensus dari para ekonomi yang memperkirakan bakal berada di angka 6,8 persen.

Sentimen negatif dari luar tersebut mampu ditahan dengan adanya sentimen positif dari dalam negeri. Adanya paket kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com