Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Sabtu, 17 Oktober 2015
Laju Penguatan Rupiah Tertahan dalam Sepekan

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan sepanjang pekan ini setelah sempat melaju kencang pada pekan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh adanya peluang dari Bank Indonesia (BI) untuk melakukan pelonggaran moneter.

Mengutip data Bloomberg, Sabtu (17/10/2015), pada Jumat (12/10/2015) rupiah ditutup di angka 13.540 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan pembukaan perdagangan di awal pekan ini atau pada Senin (12/10/2015), yang ada di level 13.408 per dolar AS. Sedangkan pada pekan sebelumnya, rupiah mampu menguat tajam dari level 14.503 per dolar AS pada Senin (5/10/2015), menjadi 13.412 per dolar AS pada Jumat (9/10/2015). 

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat rupiah melemah dari 13.466 per dolar AS di awal pekan menjadi 13.534 per dolar AS di akhir pekan.

Ada sejumlah sentimen yang pengaruhi gerak rupiah pada pekan ini. Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di 7,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar Kamis kemarin. Dlaam keterangannya BI memberikan sinyal bahwa kemungkinan besar BI Rate akan mengalami penurunan pada RDG bulan depan. 

"Ada ruang untuk pelonggaran, dan bank sentral akan mempertimbangkan inflasi, transaksi berjalan, waktu kenaikan suku bunga bank sentral AS atau The Fed dan arus modal," kata Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Monoter BI. BI sendiri memperkirakan inflasi melambat kurang dari 4 persen hingga akhir tahun, dari 6,83 persen pada September.

"Kami tidak melihat penguatan rupiah baru baru ini akan terus berlanjut, karena ada banyak ketidakpastian global yang tersisa," kata Gundy Cahyadi, ekonom DBS Group Holdings Ltd di Singapura.

"Fokus Bank Indonesia harus menguatkan rupiah, seperti pemangkasan suku bunga tanpa pengeluaran fiskal yang lebih baik tidak akan terlalu efektif dalam menggerakan perekonomian," kata Gundy.

Pada kuartal kedua Produk domestik bruto meningkat 4,67 persen. Sementara itu, data perdagangan melemah dalam 12 bulan terakhir dikarenakan rendahnya harga komoditas. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com