Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Jumat, 16 Oktober 2015
Bursa Saham Asia Menguat Menuju Level Tertinggi dalam 2 Bulan

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia menguat menyambut akhir pekan ini seiring bursa saham Amerika Serikat (AS) positif. Hal itu didukung dari data klaim pengangguran relatif "tenang" tetapi membawa kekhawatiran baru tentang kekuatan ekonomi AS.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,5 persen pada awal perdagangan. Kenaikan itu menyentuh level tertinggi dalam dua bulan ini. Indeks saham acuan regional ini telah naik 1,6 persen dalam sepekan.Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei naik 1 persen.

Indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,2 persen, lalu indeks saham Selandia Baru/NZX 50 mendaki 0,6 persen.Sejumlah rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) telah mempengaruhi pergerakan bursa saham. Indeks harga konsumen inti AS yang tidak termasuk biaya makanan dan energi naik 0,2 persen pada September.

Hal itu menghidupkan kembali sejumlah taruhan kalau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pertama kali sejak 2006.Spekulasi bank sentral AS akan menaikkan suku bunga itu mengangkat dolar AS. Indeks dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama naik 0,2 persen di 94,524.

Sedangkan bursa saham AS melanjutkan penguatan pada perdagangan waktu setempat. Hal itu dipicu dari warga AS yang mengajukan aplikasi untuk tunjangan pengangguran jatuh kembali ke level terendah. Hal itu menunjukkan pasar tenaga kerja cukup kuat.Pada Jumat pekan ini, sejumlah investor tetap berhati-hati menjelang data pertumbuhan ekonomi China yang akan dirilis pada Senin pekan ini.

Pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut diperkirakan melambat menjadi 6,5 persen pada kuartal III, dan jatuh di bawah tujuh persen untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global.

"Ekonomi China tumbuh cepat, meski tidak secepat analis dan investor inginkan. Itu semua yang perlu Anda ketahui," ujar Ekonom High Frequency Economics Carl Weinberg seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (16/10/2015). (Ahm/Zul)


Source: liputan6.com
Alasan Nilai Tukar Rupiah Bergerak Volatile Selama Sepekan

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama sepekan lantaran menyusutnya harapan kenaikan suku bunga AS pada 2015.

Mengutip Reuters, nilai tukar rupiah sepanjang lima hari terakhir bergerak volatile pada kisaran 13.240 - 13.681 per dolar Amerika Serikat.

Sementara itu, sepanjang pekan ini, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.521-13.534 per dolar AS.

Pada perdagangan menyambut akhir pekan ini, nilai tukar rupiah dibuka melemah 71 poin menjadi 13.489 per dolar AS dari penutupan perdagangan Kamis 15 Oktober 2015 di level 13.418 per dolar AS. Rupiah sempat berada di level terkuat 13.529 per dolar AS. Sepanjang Jumat ini, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.489-13.606 per dolar AS.

A.G pahlevi Head of Research Archipelago Asset Management melihat volatilitas pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS lebih karena faktor non fundamental ketimbang faktor fundamental dalam negeri.

"Penguatan rupiah sangat drastis meski dolar Amerika Serikat melemah, masalahnya data persediaan dan permintaan tidak ada. Saya berasumsi ini lebih karena faktor non fundamental, mengingat tidak ada faktor yang signifikan dalam fundamental seperti data ekspor-impor masih lemah, sementara pertumbuhan ekonomi pada kuartal II juga menurun," ujar Pahlevi.

A.G Pahlevi melihat, beberapa kemungkinan penyebab volatilitas rupiah yang cukup tinggi selama sepekan antara lain aksi korporasi, intervensi Bank Indonesia (BI), valuasi saham di pasar modal Indonesia, dan invenstor merespons paket kebijakan ekonomi jilid IV.

"Nilai wajar rupiah di level 13.041 (per dollar AS). Bisa jadi ada intervensi BI karena akhir bulan nanti bisa dikonfirmasi cadangan devisanya, saat ini hanya BI yang tahu," kata Pahlevi.

Di sisi lain, ekspektasi atas rencana kenaikan suku bunga AS oleh bank sentral AS atau The Federal Reserve memudar, dikarenakan memburuknya data ketenaga-kerjaan AS yang dirilis pada awal bulan lalu. Data penyerapan tenaga kerja mencapai 142 ribu di sektor non pertanian pada September 2015 ketimbang target pelaku pasar sekitar 200 ribu. (Ilh/Ahm)


Source: liputan6.com
Alasan Nilai Tukar Rupiah Terus Bergejolak dalam Sepekan

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama sepekan lantaran menyusutnya harapan kenaikan suku bunga AS pada 2015.

Mengutip Reuters, nilai tukar rupiah sepanjang lima hari terakhir bergerak volatile pada kisaran 13.240 - 13.681 per dolar Amerika Serikat.

Sementara itu, sepanjang pekan ini, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.521-13.534 per dolar AS.

Pada perdagangan menyambut akhir pekan ini, nilai tukar rupiah dibuka melemah 71 poin menjadi 13.489 per dolar AS dari penutupan perdagangan Kamis 15 Oktober 2015 di level 13.418 per dolar AS. Rupiah sempat berada di level terlemah 13.527 per dolar AS pukul 09.45 waktu setempat. Sepanjang Jumat ini, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.489-13.606 per dolar AS.

A.G Pahlevi Head of Research Archipelago Asset Management melihat volatilitas pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS lebih karena faktor non fundamental ketimbang faktor fundamental dalam negeri.

"Penguatan rupiah sangat drastis meski dolar Amerika Serikat melemah, masalahnya data persediaan dan permintaan tidak ada. Saya berasumsi ini lebih karena faktor non fundamental, mengingat tidak ada faktor yang signifikan dalam fundamental seperti data ekspor-impor masih lemah, sementara pertumbuhan ekonomi pada kuartal II juga menurun," ujar Pahlevi.

A.G Pahlevi melihat, beberapa kemungkinan penyebab volatilitas rupiah yang cukup tinggi selama sepekan antara lain aksi korporasi, intervensi Bank Indonesia (BI), valuasi saham di pasar modal Indonesia, dan invenstor merespons paket kebijakan ekonomi jilid IV.

"Nilai wajar rupiah di level 13.041 (per dollar AS). Bisa jadi ada intervensi BI karena akhir bulan nanti bisa dikonfirmasi cadangan devisanya, saat ini hanya BI yang tahu," kata Pahlevi.

Di sisi lain, ekspektasi atas rencana kenaikan suku bunga AS oleh bank sentral AS atau The Federal Reserve memudar, dikarenakan memburuknya data ketenaga-kerjaan AS yang dirilis pada awal bulan lalu. Data penyerapan tenaga kerja mencapai 142 ribu di sektor non pertanian pada September 2015 ketimbang target pelaku pasar sekitar 200 ribu. (Ilh/Ahm)


Source: liputan6.com
Ikuti Bursa Asia, IHSG Menguat 14 Poin ke Level 4.521

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi pada perdagangan saham Jumat pekan ini. Hal itu didorong dari sentimen eksternal dengan indeks dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat sehingga menekan laju nilai tukar rupiah.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (16/10/2015), IHSG naik 14,68 poin atau 0,33 persen menjadi 4.521,88. Indeks saham LQ45 menguat 0,29 persen ke level 772,27.

Sebagian besar indeks saham menghijau kecuali indeks saham Pefindo turun 0,10 persen ke level 363,57.Ada sebanyak 115 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG. Sedangkan 151 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. Sementara itu, 95 saham lainnya diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham hari ini cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 219.734 kali dengan volume perdagangan saham 8,02 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 5,18 triliun.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham tambang turun 1,51 persen, sektor saham aneka industri melemah 1,18 persen, dan sektor saham konstruksi susut 0,44 persen.

Sedangkan sektor saham industri dasar naik 2,68 persen, dan memimpin penguatan sektor saham, lalu disusul sektor saham perkebunan mendaki 1,75 persen, dan sektor saham perdagangan menguat 1,03 persen.

Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham INTP naik 8,61 persen ke level Rp 19.550 per saham, saham MPPA mendaki 7,64 persen ke level Rp 2.465 per saham, dan saham SSMS mendaki 5,63 persen ke level Rp 1.875 per saham.

Saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham PSAB turun 9,28 persen ke level Rp 1.320 per saham, saham ASRI melemah 5,3 persen ke level Rp 375 per saham, dan saham ADHI susut 2,12 persen ke level Rp 2.075 per saham.

Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan bursa saham global dan regional cukup baik. Hal itu memberikan sentimen positif ke IHSG. Akan tetapi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah sehingga berdampak negatif ke IHSG.

"Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini lantaran inflasi inti AS yang mengeluarkan biaya energi dan makanan berada 0,2 persen pada September sehingga membuat inflasi 1,9 persen, dan ini sejalan dengan target inflasi 2 persen. Hal itu membuat indeks dolar AS menguat sehingga menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," jelas Hans saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, aliran dana investor asing yang tidak terlalu besar melakukan aksi jual juga berdampak positif. Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 100 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 100 miliar.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di posisi 13.528 per dolar AS pada pukul 16.00 WIB. Sementara itu, bursa saham Asia cenderung positif pada hari ini. Indeks saham Jepang Nikkei naik 1,08 persen ke level 18.291, indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 0,78 persen ke level 23.067, dan indeks saham Singapura mendaki 0,56 persen ke level 3.031,92.(Ahm/Igw)


Source: liputan6.com