Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 15 Oktober 2015
IHSG Diprediksi Lanjutkan Pelemahan

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Indeks saham secara teknikal berbalik arah setelah pekan lalu naik cukup tinggi.

"Potensi IHSG cenderung tertekan usai menguji level psikologis 4.600," kata Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Kamis (14/10/2015).

Kemudian, tekanan IHSG juga dipengaruhi indeks Dow Jones yang juga melemah. Dow Jones menguji level 17.000 pada penutupan terakhir.

Dari dalam negeri sentimen IHSG cenderung positif. Di mana, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat menguji level 13.400 hingga 13.200 per dolar AS.

"Pelaku pasar menantikan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang akan melaksanakan Rapat Dewan Gubernur dengan harapan BI bersedia menurunkan suku bunga dari 7,5 persen menjadi 7,25 persen," jelasnya.

Lucky memperkirakan IHSG berada pada level support 4.315 dan resistance pada level 4.500.

Senada, Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan IHSG cenderung tertekan. Menurutnya, pelaku pasar masih mengantisipasi keputusan Federal Open Market Committee (FOMC). "Penentunya FOMC,"ujarnya.

Sementara, dari dalam negeri sentimen untuk IHSG cenderung positif. Pasalnya, pemerintah segera merilis paket kebijakan ekonomi jilid IV. Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan yang diperkirakan positif.

Kiswoyo memprediksi IHSG ada pada level support 4.400 dan resistance di level 4.700.

PT Sinarmas Sekuritas memprediksi IHSG akan bergerak variatif pada perdagangan saham Kamis. Indeks saham akan bergerak pada level support 4.436 kemudian resistance pada level 4.529.

Dari dalam negeri, dipengaruhi oleh data neraca perdagangan yang diperkirakan masih surplus sekitar US$ 0,25 miliar. Meskipun turun dari bulan sebelumnya US$ 0,43 miliar.

Bank Indonesia juga akan merilis suku bunga acuan yang diperkirakan tetap pada level 7,5 persen.

"Dari AS akan merilis data retail sales yang diperkirakan stagnan ke level 0,2 persen MoM," tulis riset Sinarmas Sekuritas.

Kiswoyo merekomendasikan akumulasi saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Lalu, Sinarmas Sekuritas merekomendasikan akumulasi saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON). Kemudian jual untuk saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Astra International Tbk (ASII).

Penutupan perdagangan saham Selasa (13/10/2015) IHSG melemah 147,63 poin atau 3,19 persen ke level 4.483,07. Indeks saham LQ45 susut 4,24 persen ke level 763,11. (Amd/Ndw)

 
Source: liputan6.com
BI Rate Diprediksi Tetap 7,5%

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) pada siang hari ini akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG)‎ bulanannya. Ini akan menjadi RDG setelah sebelumnya Presiden RI Joko Widodo meminta perbankan melakukan efisiensi demi menurunkan suku bunga kreditnya.

Beberapa pengamat ekonomi memperkirakan, Bank Sentral tidak langsung begitu saja menuruti permintaan Jokowi dengan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate yang saat ini dipatok 7,5 persen.

Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TWC Investment Budi Hikmat memperkirakan BI bakal mempertahankan suku bunga acuannya.

"BI Rate akan stay, peluang turun baru akan ada di November," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (15/10/2015).

Bukan tanpa alasan Budi memperkirakan peluang turun baru di bulan depan. Dia menganggap BI masih menunggu hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang digelar akhir bulan ini.

‎Menurutnya, keputusan mengenai suku bunga The Fed masih menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh BI meski nilai tukar rupiah mulai menguat dan suku bunga perbankan telah diturunkan.

‎"BI cenderung konservatif, tunggu setelah meeting The Fed akhir bulan ini, saya sih maunya turun‎," tegas Budi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh ekonom asal Universitas Atmajaya, A Prasetyantoko. Dia memperkirakan sebagai otoritas moneter, BI memiliki banyak instrumen untuk mempertahankan resiko kebijakan The Fed.

"Tetap (BI Rate), karena walapun sentimen mereda tapi resiko masih ada," ucapnya. (Yas/Ndw)
    

BI Rate Diprediksi Tetap 7,5%

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia pada siang hari ini kembali akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG)‎ bulanannya. Ini akan menjadi RDG setelah sebelumnya Presiden RI Joko Widodo meminta perbankan melakukan efisiensi demi menurunkan suku bunga kreditnya.

Beberapa pengamat ekonomi memperkirakan, Bank Indonesia tidak langsung begitu saja menuruti apa yang diminta Jokowi dimana juga melakukan penurunan suku bunga acuannya di angka 7,5 persen.

Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TWC Investment Budi Hikmat memperkirakan BI untuk yang ke sekian kalinya akan memeprtahankan suku bunga acuannya.

"BI rat akan stay, peluang turun baru akan ada di November," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (15/10/2015).

Bukan tanpa alasan Budi memperkirakan peluang turun baru di bulan depan. Dirinya menganggap BI masih menunggu hasil The Fed meeting yang juga masih akan dilakukan pada bulan November.

‎Menurutnya, keputusan mengenai suku bunga The Fed masih menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh Bank Indonesia meski nilai tukar rupiah sudah mengalami penguatan dan suku bunga perbankan mulai di turunkan.

‎"BI cenderung konservatif, tunggu setelah meeting Fed akhir bulan ini, saya sih maunya turun‎," tegas Budi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh ekonom asal Universitas Atmajaya, A Prasetyantoko. Dia memperkirakan sebagai otoritas moneter, BI memiliki banyak instrumen untuk mempertahankan resiko kebijakan The Fed.

"Tetap (BI Rate), karena walapun sentimen mereda tapi resiko masih ada," ucapnya.
    

BI Rate Diprediksi Tetap 7,5%

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia pada siang hari ini kembali akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG)‎ bulanannya. Ini akan menjadi RDG setelah sebelumnya Presiden RI Joko Widodo meminta perbankan melakukan efisiensi demi menurunkan suku bunga kreditnya.

Beberapa pengamat ekonomi memperkirakan, Bank Indonesia tidak langsung begitu saja menuruti apa yang diminta Jokowi dimana juga melakukan penurunan suku bunga acuannya di angka 7,5 persen.

Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TWC Investment Budi Hikmat memperkirakan BI untuk yang ke sekian kalinya akan memeprtahankan suku bunga acuannya.

"BI rat akan stay, peluang turun baru akan ada di November," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (15/10/2015).

Bukan tanpa alasan Budi memperkirakan peluang turun baru di bulan depan. Dirinya menganggap BI masih menunggu hasil The Fed meeting yang juga masih akan dilakukan pada bulan November.

‎Menurutnya, keputusan mengenai suku bunga The Fed masih menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh Bank Indonesia meski nilai tukar rupiah sudah mengalami penguatan dan suku bunga perbankan mulai di turunkan.

‎"BI cenderung konservatif, tunggu setelah meeting Fed akhir bulan ini, saya sih maunya turun‎," tegas Budi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh ekonom asal Universitas Atmajaya, A Prasetyantoko. Dia memperkirakan sebagai otoritas moneter, BI memiliki banyak instrumen untuk mempertahankan resiko kebijakan The Fed.

"Tetap (BI Rate), karena walapun sentimen mereda tapi resiko masih ada," ucapnya.
    


Source: liputan6.com
Menanti Paket Kebijakan IV, Rupiah Menguat ke 13.309 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah cenderung menguat pada perdagangan Kamis (15/10/2015) di tengah tanda-tanda bahwa Bank sentral AS (The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga pada tahun ini. Selain itu, rencana pemerintah untuk merilis paket kebijakan ekonomi jilid IV sore nanti juga mendorong penguatan nilai tukar rupiah.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 13.309 per dolar AS pada pukul 10.06 WIB. Rupiah dibuka menguat tajam di level 13.370 per dolar AS dibandingkan penutupan pada selasa di level 13.616 per dolar AS. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.230 hingga 13.394 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 269 poin menjadi 13.288 per dolar AS pada Kamis, dari perdagangan Selasa di level 13.557 per dolar AS. Pada Rabu kemarin, Bank Indonesia tutup karena merayakan Tahun Baru Islam 1437 H.

Analis Pasar Uang PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Trian Fatria menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah disebabkan berubahnya ekspektasi pasar. Dari sebelumnya the Fed akan menaikkan suku bunga AS pada tahun ini, berubah menjadi tahun depan. Perubahan ekspektasi pasar tersebut mampu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah Indonesia untuk memperkuat ekonomi. 

"Ekspektasi pasar atas kenaikan suku bungaTthe Fed berubah, dari sebelumnya tahun ini menjadi tahun depan. Nah, perubahan ekspektasi ini dimanfaatkan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan beberapa kebijakan baru," katanya.

"Situasi ini memberi Indonesia lebih banyak ruang untuk melaksanakan paket kebijakan, di mana pemerintah telah berencana untuk mempersiapkan perekonomian dan membuatnya lebih kebal sebelum Fed menaikkan suku bunganya," tambahg Trian.

Trian memperkirakan nilai tukar rupiah dapat menyetuh level 13.100 per dolar AS dalam beberapa minggu ke depan.

Sementara itu, 25 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunganya di 7,5 persen pada Kamis ini.

Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TWC Investment Budi Hikmat juga memperkirakan BI bakal mempertahankan suku bunga acuannya. "BI Rate akan stay, peluang turun baru akan ada di November," kata Budi.

Budi memperkirakan peluang turun baru di bulan depan. Dia menganggap BI masih menunggu hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang digelar akhir bulan ini. (Ilh/Gdn)*


Source: liputan6.com
Menko Darmin: Penguatan Rupiah Belum Sesuai Fundamental RI

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menilai penguatan nilai tukar rupiah sebesar 3 persen dalam dua pekan terakhir hingga ke kisaran 13.200 per dolar AS‎ belum mencerminkan nilai fundamental Indonesia. Itu artinya, nilai tukar rupiah masih berpeluang kembali terapresiasi sampai akhir tahun ini meski ada bayang-bayang kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed).

"Sebenarnya ini belum nilai fundamental rupiah kita. Itu karena selama beberapa bulan terakhir rupiah sudah lebih banyak dipengaruhi spekulasi, persepsi dan kita tidak punya sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar," ucap Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Menurut dia, salah satu cara untuk mengubah persepsi tersebut adalah dengan paket-paket kebijakan ekonomi yang sudah dan akan diluncurkan pemerintah. Perbaikan di bidang ekonomi ini, katanya, mampu menolong nilai tukar rupiah dengan penguatan lebih besar dibanding negara berkembang lain.

"Sudah 3-4 kali rapat Federal Open Market Committee (FOMC) dilakukan oleh The Fed, tapi tingkat bunga tidak dinaikkan, tapi kok rupiah tidak turun-turun? Kok sekarang turun? Itu karena ada faktor lain, yaitu kita membentuk keyakinan pasar. Mata uang negara lain menguat, tapi kita lebih tinggi penguatannya," jelas dia.

Saat ini, Darmin bilang, perubahan ekonomi Indonesia sedang berjalan dan belum dalam tahap akhir. Namun Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini memperkirakan ruang penguatan nilai tukar rupiah masih sangat besar dalam satu sampai dua bulan ini.

"Sebulan atau dua bulan ini, rupiah masih bergerak ke arah penguatan. Tapi sebelum akhir tahun akan ada rapat FOMC lagi, dan pada waktu itu rupiah bisa terpengaruh lagi atau dolar menguat. Kita tidak perlu risau, grogi, yang penting tetap bekerja walaupun penguatan nantinya tidak akan langsung Rp 200 per dolar AS, itu terlalu cepat," pungkas Darmin.

Untuk diketahui, mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 13.309 per dolar AS pada pukul 10.06 WIB. Rupiah dibuka menguat tajam di level 13.370 per dolar AS dibandingkan penutupan pada selasa di level 13.616 per dolar AS. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.230 per dolar AS hingga 13.394 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 269 poin menjadi 13.288 per dolar AS pada Kamis, dari perdagangan Selasa di level 13.557 per dolar AS. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
BI Rate Bertahan 7,5%, Tak Berubah dalam 9 Bulan

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI Rate di level 7,5 persen padaRrapat Dewan Gubernur (RDG) yang diadakan pada Kamis (15/10/2015). Dengan keputusan tersebut maka bank sentral telah menahan suku bunga acuan selama 9 bulan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menjelaskan, selain menahan BI Rate, RDG juga memutuskan untuk menahan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

"BI meyakini inflasi 2015 akan di bawah titik tengah 4 persen dan defisit transaksi berjalan lebih rendah, perkiraan 2 persen," jelasnya di Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Langkah BI menahan bunga acuan tersebut sesuai dengan perkiraan dari beberapa pengamat ekonomi. Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TWC Investment Budi Hikmat memperkirakan BI bakal mempertahankan suku bunga acuannya.

"BI Rate akan stay, peluang turun baru akan ada di November," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com.

Bukan tanpa alasan Budi memperkirakan peluang turun baru di bulan depan. Dia menganggap BI masih menunggu hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang digelar akhir bulan ini.

‎Menurutnya, keputusan mengenai suku bunga The Fed masih menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh BI meski nilai tukar rupiah mulai menguat dan suku bunga perbankan telah diturunkan.

‎"BI cenderung konservatif, tunggu setelah rapat The Fed akhir bulan ini, saya sih maunya turun‎," tegas Budi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh ekonom asal Universitas Atmajaya, A Prasetyantoko. Dia memperkirakan sebagai otoritas moneter, BI memiliki banyak instrumen untuk mempertahankan resiko kebijakan The Fed.

"Tetap (BI Rate), karena walapun sentimen mereda tapi resiko masih ada," ucapnya. (Amd/Ndw)

 
Source: liputan6.com
RI Cetak Surplus US$ 1,02 Miliar, IHSG Naik 39 Poin ke 4.522

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melanjutkan kenaikan selama sesi pertama perdagangan saham Kamis pekan ini. Hal itu juga didorong dari nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Kamis (15/10/2015), IHSG naik 39,36 poin atau 0,88 persen ke level 4.522,43. Indeks saham LQ45 menguat 1,24 persen ke level 772,54.

Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau pada sesi pertama hari ini.Ada sebanyak 132 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG. Sedangkan 98 saham melemah dan 103 saham lainnya diam di tempat. Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 4.551,94 dan terendah 4.513,27.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 145.839 kali dengan volume perdagangan saham 3,33 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,73 triliun.Secara sektoral, sepuluh sektor saham menghijau. Sektor saham aneka industri naik 4,33 persen, dan memimpin penguatan sektor saham.

Disusul sektor saham manufaktur naik 1,76 persen dan sektor saham industri dasar mendaki 1,19 persen.Meski IHSG menghijau, investor asing malah mencatatkan aksi jual di pasar saham. Tercatat aksi jual investor asing mencapai Rp 16 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli sekitar Rp 100 miliar.

Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham ASII naik 5,31 persen ke level Rp 6.450 per saham, saham KREN mendaki 3,23 persen ke level Rp 2.560 per saham, dan saham INTP menguat 2,85 persen ke level Rp 18.025 per saham.

Saham-saham yang tertekan antara lain saham BUMI turun 9,3 persen ke level Rp 68 per saham, saham ENRG melemah 3,85 persen ke level Rp 50 per saham, dan saham UNTR susut 2,8 persen ke level Rp 18.250 per saham.

Sementara itu, bursa saham Asia bergerak positif antara lain indeks saham Jepang Nikkei naik 1,3 persen ke level 18.129, indeks saham Hong Kong Hang Seng mendaki 2,16 persen ke level 22.925, dan indeks saham Singapura menguat 0,99 persen ke level 3.013. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di posisi 13.371. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Rupiah Perkasa Terhadap 4 Mata Uang Ini di Awal Oktober

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal Oktober menunjukkan penguatan. Ini menjadi tren positif dalam meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengungkapkan, penguatan rupiah di awal Oktober tidak hanya dengan mata uang AS, melainkan ke beberapa mata uang negara-negara besar di dunia.

"Terhadap Dolar Australia, Euro dan Yen rupiah juga mengalami penguatan‎, karena memang empat mata uang ini yang paling dominan di perdagangan Indonesia dan di dunia," kata Suryamin di kantornya, Kamis (15/10/2015).

Dalam catatannya, rupiah menguat 4,64 persen dengan dolar AS, untuk dolar Australia rupiah terkerek menguat sebesar 2,63 persen.

Sementara terhadap Euro penguatan rupiah sebesar 4,3 persen dan kepada Yen, penguatan rupiah mencapai 4,75 persen.

Namun begitu, Suryamin menjelaskan, penguatan rupiah yang terjadi belakangan ini belum langsung mempengaruhi daya beli masyarakat. Untuk melihat dampak penguatan ini, Suryamin menuturkan membutuhkan waktu paling cepat 3 bulan ke depan.

"Memang kalau dalam ekspor impor tidak langsung serta merta, karena ada perjanjian kontrak, biasanya tahunan, kalau terjadi perubahan, kita tunggu, setelah 1 triwulan pasti ada,"‎ papar Suryamin.

Sementara jika dilihat pada laporan September 2015, nilai tukar eceran rupiah mengalami pelemahan terhadap empat mata uang dominan di dunia tersebut. Dalam satu bulan, rupiah terdepresiasi 4,02 persen terhadap dolar AS, 2 persen terhadap dolar Australia‎, 4,13 persen terhadap Yen Jepang dan 2,16 persen terhadap Euro. (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
Bangun Makassar New Port, Pelindo IV Dapat Utang dari Mandiri

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk memberikan kredit Investasi kepada PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV sebesar ekuivalen Rp 3 triliun untuk pembangunan Makassar New Port dan modernisasi peralatan bongkar muat peti kemas serta pengembangan pelabuhan-pelabuhan di wilayah operasional Pelindo IV.

Senior Vice President Corporate Banking Bank Mandiri Indarto Pamoengkas menjelaskan, perjanjian kredit tersebut berjangka waktu 7,5 tahun. Kredit tersebut diberikan dalam dua denominasi, yaitu rupiah sebesar Rp 1,96 triliun dan valuta asing sebesar US$ 80 juta.

Di samping pinjaman, Bank Mandiri juga memberikan dukungan finansial lain, yakni fasilitas treasury line dengan limit US$ 80 juta dan bank garansi dengan limit Rp 40 miliar.

pemberian kredit ini bertujuan untuk mempercepat pengadaan infrastruktur nasional, khususnya di wilayah Indonesia Timur. “Bank Mandiri berkomitmen untuk terus memperkuat daya dukung infrastruktur nasional, terutama sektor kemaritiman yang salah satunya adalah pelabuhan melalui percepatan pelaksanaan Tol Laut, katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (15/10/2015). 

Ia melanjutkan, dengan infrastuktur yang baik, maka lalu lintas barang dan jasa akan semakin lancar dan terjangkau, sehingga pemberian kredit ini pada akhirnya untuk mendukung pertumbuhan perekonomian nasional, terutama Kawasan Indonesia Timur. 

Pembangunan Makassar New Port, merupakan langkah aktif Pelindo IV untuk memenuhi kebutuhan pelabuhan peti kemas Makassar dan menjadi penyambung (konektivitas) antar pulau serta mendukung sistem logistik nasional khususnya di wilayah Indonesia Timur.

Ccara ground breaking Makassar New Port telah dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2015 oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo. MakassarNew Port merupakan pengembangan konsep port create the trade atau mengikuti supply approach strategy.

Berdasarkan strategi tersebut, Makassar New Port nantinya akan terintegrasi dengan rencana proyek jalur kereta untuk barang di Sulawesi Selatan, sehingga mempermudah distribusi barang angkutan.

Diharapkan, pembangunan pelabuhan akan memancing pertumbuhan arus kapal yang didukung oleh pertumbuhan industri di Kawasan Timur Indonesia.

Bank Mandiri, lanjut Indarto, sampai dengan Juni 2015 telah mengucurkan kredit infrastruktur sebesar Rp 38,2 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 17,9 triliun diantaranya atau sekitar 47 persen diperuntukkan bagi sektor perhubungan darat, laut dan udara. (Gdn/Ndw)

 
Source: liputan6.com
BI Rate Turun Bakal Picu IHSG Melonjak

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan meroket jika tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) turun. Kebijakan tersebut sangat diharapkan pelaku pasar modal, di samping realisasi janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memacu penyerapan belanja pemerintah sampai 92 persen sampai akhir tahun ini.

Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengungkapkan, data-data ekonomi Indonesia saat ini menunjukkan perbaikan, termasuk kinerja 75 persen perusahaan terbuka (emiten) yang tercatat di BEI masih mendulang keuntungan.

"Saya percaya IHSG mulai Oktober ini akan creeping up selama spending pemerintah bagus seperti yang dijanjikan Jokowi 90-92 persen, pilkada aman dan hasil realisasi kinerja emiten masih bagus atau untung," terang dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Menurut Tito, dari hasil diskusi dengan para analis pasar modal, potensi IHSG menantikan kepercayaan dari investor terhadap pemerintah. Indeks saham diprediksi bakal terbang jika otoritas moneter mau menurunkan BI Rate.

"Apalagi kata BI turunkan suku bunga acuan, maka IHSG makin creeping up. Karena gap antara BI Rate 7,5 persen dengan inflasi 4-4,7 persen saat ini sebesar 3 persen terlampau besar. Negara lain saja gapnya negatif. Kalau BI Rate diturunkan, bursa senang sekali," jelas dia.

Saat ditanyakan mengenai level optimistis IHSG di akhir tahun, Tito enggan memprediksinya. "BEI tidak boleh memprediksi. Kalau saya tahu mau ke level berapa, saya bisa jadi orang paling kaya," pungkas Tito. 

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI Rate di level 7,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diadakan pada Kamis 15 Oktober 2015. Suku bunga tetap 7,5 persen itu telah berlangsung selama sembilan bulan.

Secara year to date (Ytd), IHSG turun 13,77 persen ke level 4.507,20 pada penutupan perdagangan saham Kamis 15 Oktober 2015. Sepuluh sektor saham tertekan pada 2015. Sektor saham tambang dan industri dasar kimia mencatatkan penurunan terbesar masing-masing 27,69 persen dan 30,65 persen. Investor asing telah melakukan aksi jual sekitar Rp 11 triliun. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Ditutup Menguat ke 13.418 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdangan Kamis (15/10/2015). Penguatan rupiah itu terjadi di tengah tanda-tanda bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga pada tahun ini. Sementara itu, pemerintah merilis paket kebijakan ekonomi jilid IV dengan tujuan memperkokoh ekonomi nasional.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 198 poin di level 13.418 per dolar AS, dibanding penutupan harga pada Selasa 13 Oktober 2015 di kisaran 13.616 per dolar AS. Sepanjang Kamis pekan ini, rupiah diperdagangkan pada kisaran 13.230 per dolar AS hingga 13.475 per dolar AS.

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga menyentuh level 13.288 per dolar AS pada 15 Oktober 2015 dari posisi 13 Oktober 2015 di kisaran 13.557 per dolar AS.

Analis Pasar Uang PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Trian Fatria menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah disebabkan  ekspektasi pasar yang berubah. Dari sebelumnya The Fed akan menaikkan suku bunga AS pada tahun ini, berubah menjadi tahun depan. Perubahan ekspektasi pasar tersebut mampu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah Indonesia untuk memperkuat ekonomi.

"Ekspektasi pasar atas kenaikan suku bungaTthe Fed berubah, dari sebelumnya tahun ini menjadi tahun depan. Nah, perubahan ekspektasi ini dimanfaatkan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan beberapa kebijakan baru," kata Trian.

"Situasi ini memberi Indonesia lebih banyak ruang untuk melaksanakan paket kebijakan, di mana pemerintah telah berencana untuk mempersiapkan perekonomian dan membuatnya lebih kebal sebelum Fed menaikkan suku bunganya," tambah Trian.

Trian memperkirakan, nilai tukar rupiah dapat menyentuh level 13.100 per dolar AS dalam beberapa minggu ke depan.

Pergerakan rupiah oleh keputusan Bank Indonesia (BI) soal suku bunga acuan. BI memutuskan suku bunga acuan atau BI Rate tetap di level 7,5 persen.

Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TWC Investment Budi Hikmat juga memperkirakan BI bakal mempertahankan suku bunga acuannya. "BI Rate akan stay, peluang turun baru akan ada di November," kata Budi.

Budi memperkirakan, BI masih menunggu hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang digelar akhir bulan ini. (Ilh/Ahm)


Source: liputan6.com