Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 13 Oktober 2015 |
IHSG Bakal Naik Terbatas, Amati Enam Saham |
Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menguat terbatas pada perdagangan Selasa pekan ini. Hal itu masih didukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan pelaku pasar menunggu hasil kinerja keuangan emiten kuartal III.
Analis PT HD Capital Tbk, Yuganur Widjanarko menuturkan, pembukaan IHSG pada awal pekan menjadi tanda secara teknikal IHSG mulai menguat jangka pendek. Hal itu sulit untuk terkoreksi jauh, namun ada upaya konsolidasi dengan rekomendasi bangun posisi beli untuk kenaikan berikutnya.
"IHSG akan bergerak di level support 4.605-4.480-4.390-4.273 dan resistance 4.725-4.821-4.925," kata Yuganur.
Sementara itu, Analis PT MNC Securities Sharlita Maliq mengatakan, IHSG dapat menguat terbatas pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Hal itu didukung nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diperkirakan masih menguat di kisaran 13.000. Bursa saham global cenderung bervariasi sehingga dapat mendukung IHSG ke zona hijau.
"IHSG dapat bergerak di kisaran 4.500-4.680 pada perdagangan saham Selasa pekan ini," kata Sharlita.
Ia menambahkan, pelaku pasar juga masih menunggu laporan kinerja keuangan kuartal III 2015 yang akan dirilis pada akhir Oktober 2015. "Kinerja emiten di kuartal III diperkirakan masih melambat, tetapi inline dengan semester I," kata Sharlita.
Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi mengatakan, IHSG masih akan bergerak variasi dengan kecenderungan tertahan. IHSG dapat bergerak di kisaran 4.580-4.655. "Diharapkan investor berhati-hati dan mulai melakukan realisasi keuntungan sedikit-sedikit dihargai tinggi," kata Lanjar.
Rekomendasi Saham
Sharlita mengatakan, untuk akumulasi saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT PP Tbk pada Selasa pekan ini.
Sedangkan Yuganur memilih saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).
Rekomendasi Teknikal
Yuganur memilih saham PT Bank Tabungan Negara Tbk untuk akumulasi saham PT Bank Tabungan Negara Tbk untuk ikuti proses perbaikan dalam jangka pendek dan menengah. Hal itu untuk mengetes menembus level psikologis Rp 1.185.Yuganur merekomendasikan masuk di level pertama Rp 1.115, level kedua Rp 1.095, dan cut loss point Rp 1.075. (Ahm/Igw)
Source: liputan6.com
|
Kepercayaan Pasar Membaik Bakal Topang Penguatan Rupiah |
Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengklaim penguatan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama sepekan lebih ini karena tertolong paket kebijakan ekonomi dan upaya pemerintah memacu penyerapan anggaran.
Ketua Tim Ahli Wakil Presiden (Wapres), Sofjan Wanandi mengakui, apresiasi yang terjadi pada mata uang rupiah bukan disebabkan karena perbaikan fundamental Indonesia, melainkan rencana kenaikan tingkat bunga The Federal Reserve atau bank sentral AS mundur sehingga spekulasinya semakin memudar.
"Rupiah menguat bukan karena fundamental, tapi karena kenaikan suku bunga Bank Sentral AS tidak jadi dilakukan tahun ini. Jadi uang-uang yang mau balik ke AS, akhirnya kembali lagi ke kita," ucap dia di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, seperti ditulis Selasa (13/10/2015).
Penguatan nilai tukar rupiah, diakui Sofjan, disebabkan karena bangkitnya kepercayaan pelaku pasar atas upaya pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam merealisasikan paket kebijakan ekonomi, selain menggenjot penyerapan belanja pemerintah.
"Kita melakukan deregulasi sehingga ada kepercayaan baru. Pemerintah juga sudah menggelontorkan bujetnya sehingga penjualan semen, besi, baja sudah menggeliat. BI pun menjalankan tugasnya, jadi bukan karena ekspor membaik, tapi karena deregulasi agar kita bisa bersaing dengan barang impor," jelas Sofjan.
Dihubungi terpisah, Pengamat Valas Farial Anwar menilai, paket kebijakan I, II dan III belum berlangsung efektif. "Rupiah menguat bukan karena prestasi Jokowi, jangan membalikkan fakta. Paket kebijakan III keluar Rabu 7 Oktober 2015, sementara rupiah sudah menguat sebelum paket itu diluncurkan, jadi tidak ada kaitannya," papar dia.
Farial berharap, pemerintah dapat sungguh-sungguh merealisasikan secara konkret paket kebijakan sampai jilid III supaya terlihat hasilnya. Begitupula dengan upaya dari pemerintah daerah yang diakuinya sangat ditunggu-tunggu para investor.
Menurut Farial, penguatan rupiah dan mata uang negara berkembang lain ditopang karena spekulasi penyesuaian Fed Fund Rate berangsur-angsur surut. Dia memperkirakan The Federal Reserve (The Fed) akan menunda realisasi kebijakan ini mengingat realisasi data pengangguran AS yang tidak sesuai ekspektasi.
"Penguatan rupiah didominasi faktor eksternal, terutama spekulasi The Fed mereda. Data pengangguran AS 220 ribu orang, tapi yang terserap hanya 142 ribu orang, sehingga menunjukkan bahwa ekonomi AS belum sepenuhnya membaik. Di tengah devaluasi Yuan, perkiraan kenaikan suku bunga AS kemungkinan tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat," paparnya.
Kendati demikian, dia bilang, Indonesia masih akan menghadapi kondisi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini, terutama maju mundurnya kenaikan Fed Fund Rate.
"The Fed seperti main tebak-tebakkan. Kita bisa jungkir balik karena kebijakan AS tersebut, ini konyol, masa setiap menjelang pertemuan FOMC, kita terombang ambing terus. Jadi pemerintah dan BI harus menjaga momentum penguatan ini," harap Farial. (Fik/Ahm)
Source: liputan6.com
|
IHSG Turun Tipis ke 4.621 Terkena Sentimen Negatif Bursa Asia |
Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia melemah menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke zona merah pada perdagangan saham Selasa pekan ini.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Selasa (13/10/2015), IHSG turun tipis 8,8 poin atau 0,19 persen ke level 4.621,88. Indeks saham LQ45 melemah 0,28 persen ke level 794,61.
Sebagian besar indeks saham acuan melemah kecuali indeks saham DBX naik 0,10 persen ke level 678,76.Pelemahan IHSG terus berlanjut pada pukul 09.00 WIB. IHSG turun 20,53 poin (0,44 persen) ke level 4.610,16. Indeks saham LQ45 susut 0,69 persen ke level 791.
Ada sebanyak 66 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 55 saham menghijau dan 54 saham lainnya diam di tempat. Pada pagi ini, IHSG sempat di level tertinggi 4.622,10 dan terendah 4.607,54. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 10.422 kali dengan volume perdagangan saham 274,33 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 280,01 miliar.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham perkebunan naik 0,39 persen. Sektor saham aneka industri turun 1,21 persen, dan memimpin penurunan sektor saham. Sektor saham manufaktur melemah 0,87 persen dan sektor saham industri dasar susut 0,72 persen.
Berdasarkan data RTI, investor asing masih mencatatkan aksi belinya di pasar modal Indonesia. Investor asing melakukan aksi beli Rp 22 miliar pada pagi ini. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi jual sekitar Rp 24 miliar.
Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham JPFA naik 3,24 persen ke level Rp 510 per saham, saham MCOR mendaki 3,17 persen ke level Rp 325 per saham, dan saham ANTM menguat 2,88 persen ke level Rp 535 per saham.
Saham-saham berkapitalisasi besar cenderung tertekan pada awal perdagangan saham. Saham ASII turun 1,87 persen ke level Rp 6.575 per saham, saham PTBA susut 2,64 persen ke level Rp 6.450 per saham, dan saham ADRO melemah 2,14 persen ke level Rp 685 per saham.Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga ikut melemah.
Berdasarkan data RTI pukul 09.00 WIB, rupiah berada di kisaran 13.563 per dolar AS. Sementara itu, bursa saham Asia cenderung melemah. Indeks saham Jepang Nikkei turun 0,78 persen ke level 18.294. Diikuti indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,32 persen ke level 22.658 dan indeks saham Singapura susut 0,23 persen ke level 3.025.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak bervariasi dalam volume terbatas setelah enam hari perdagangan berturut-turut mencatatkan penguatan.IHSG berpeluang melanjutkan penguatan namun terbatas dengan kisaran 4.590-4.650.
Hal itu dipicu membaiknya risiko pasar terutama dipicu masuknya kembali dana asing di aset berdenominasi rupiah seiring rendahnya risiko aliran dana asing keluar. Namun, sentimen itu akan menghadapi tantangan kinerja kuartal III 2015 emiten sektoral dan prediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik. (Ahm/Igw)
Source: liputan6.com
|
Kecil Kemungkinan Nilai Tukar Rupiah Bisa Dimanipulasi |
Liputan6.com, Jakarta - Penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak pekan lalu lebih disebabkan karena faktor global dan tanggapan pelaku pasar yang positif terhadap paket kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Oleh sebab itu kecil kemungkinan ada manipulator yang mempermainkan nilai tukar rupiah.
Ekonom Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan, rupiah terus menguat sejak pekan lalu karena adanya persepsi pelaku pasar global bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) belum akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini. "Sehingga ada aliran dana ke beberapa negara berkembang," jelasnya kepada Liputan6.com, Selasa (13/10/2015).
Selain itu, penguatan rupiah juga disebabkan karena adanya sentimen positif dari pelaku pasar mengenai paket kebijakan ekonomi. "Upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi direspon positif oleh pasar," tambahnya.
Namun memang, berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut bukan kebijakan jangka pendek oleh karena itu, menurut Purbaya, pemerintah harus benar-benar merealisasikan apa yang ada di dalam paket kebijakan tersebut sehingga kepercayaan pelaku pasar tersebut tidak goyah kembali sehingga membuat nilai tukar rupiah kembali melemah.
Sedangkan mengenai adanya dugaan manipulator yang membuat rupiah mengalami pelemahan dan juga penguatan yang cukup besar dalam waktu singkat, Purbaya menyebutkan bahwa hal tersebut kecil kemungkinannya. "Cadangan devisa kita lebih dari US$ 100 miliar, kalau ada yang bermain sudah pasti justru akan dihajar oleh BI," katanya.
Sebelumnya, Ekonom Dradjad H.Wibowo meminta kepada Presiden RI Joko Widodo untuk melakukan penyelidikan terhadap oknum-oknum yang menyebabkan jungkir baliknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Periksa oknum di BI (Bank Indonesia), OJK (Otoritas JAsa Keuangan), bank-bank BUMN dan konglomerat, terkait jungkir-baliknya rupiah. Sudah beberapa bulan ini saya mencurigai terlalu besarnya depresiasi rupiah, kedua terjelek di Asia setelah ringgit. Padahal, Malaysia mengalami krisis politik, sementara politik Indonesia stabil. Saya yakin, pasti ada yang tidak wajar. Pasti ada yang memanipulasi rupiah," ujar Dradjad.
Dilanjutkannya, minggu lalu, bukti indikatif terhadap kecurigaan tersebut muncul. Secara mengejutkan rupiah menguat 8,3 persen terhadap dolar AS. Padahal selama 9 bulan, rupiah anjlok sekitar 17 persen. Namun dalam seminggu, setengah dari anjloknya rupiah tersebut pulih kembali.
Dijelaskan Dradjad, secara global, memang dolar AS sedikit melemah terhadap mata uang dunia. Penyebabnya, perbaikan ekonomi AS diyakini belum cukup kokoh, sehingga pelaku pasar berspekulasi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga. Namun dolar AS hanya melemah kurang dari 1 persen, bahkan sempat menguat sebentar terhadap euro.
"Kalau rupiah menguat 1 persen hingga 2 persen, mungkin masih wajar. Tapi lonjakan 8,3 persen? Sangat tidak masuk akal. Kalau hanya faktor fundamental dan kebijakan ekonomi, tidak akan sedrastis itu," kata dia. (Gdn/Ahm)
Source: liputan6.com
|
Penguatan Terhenti, Rupiah Melemah ke 13.638 per Dolar AS |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdangan selasa pagi ini. Penyebab pelemahan rupiah adalah aksi ambil untung (profit taking) investor mengantisipasi keluarnya data ketenagakerjaan AS di tengah menyusutnya cadangan devisa Bank Indonesia (BI).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada kisaran 13.572 per dolar AS pada pukul 10.32 WIB. Rupiah dibuka melemah di level 13.471 per dolar AS dibandingkan penutupan kemarin yang ada di angka 13.408 per dolar AS. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.471 per dolar AS hingga 13.638 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah 91 poin menjadi 13.557 per dolar AS pada Selasa dibanding dengan perdagangan sehari sebelumnya yang ada di level 13.446 per dolar AS.
Analis pasar uang PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk, Rully Nova menjelaskan, pelemahan rupiah pada hari ini dikarenakan aksi profit taking oleh para pelaku pasar, mengingat rupiah sudah menguat cukup tajam dalam beberapa terakhir. "Lebih ke teknikal, karena rupiah menguat cukup tajam sebelumnya" kata rully.
Menurut Rully, Aksi ambil untung tersebut dikarenakan para pelaku pasar mengantisipasi data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada hari Kamis. Berdasarkan konsensus para analis dan ekonom, data pengangguran di AS mengalami penurunan menjadi 269 ribu klaim dari bulan sebelumnya yang ada di 263 ribu klaim.
Pada hari kamis waktu setempat, Department of Labor Amerika akan merilis data klaim pengangguran.
Di sisi lain, cadangan devisa Bank Indonesia juga menurun. Dalam 2 minggu terakhir rupiah sempat menguat hingga 9,9 persen. melonjak dari level terlemah di 14.828 per dolar AS pada 29 September 2015 lalu, hingga menyentuh level terkuat 2 minggu ini di kisaran 13.348 per dolar AS.
Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2015 mengalami penurunan. Hal itu lantaran cadangan devisa digunakan untuk stabilisasi rupiah dan pembayaran utang luar negeri.
Direktur Kesekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menjelaskan tercatat cadangan devisa saat ini sebesar US$ 101,7 miliar. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan posisi cadangan devisa akhir Agustus 2015 sebesar US$105,3 miliar.
Tirta menambahkan, hal tersebut sejalan dengan komitmen Bank Indonesia yang telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya guna mendukung terjaganya stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. (Ilh/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Aksi Ambil Untung Bikin IHSG Jatuh 3% ke 4.490 |
Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak dapat melanjutkan kenaikannya pada perdagangan saham sesi pertama Selasa pekan ini. Pelaku pasar merealisasikan keuntungannya ditambah bursa saham regional tertekan.
Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Selasa (13/10/2015), IHSG turun 140,69 poin atau 3,04 persen ke level 4.490. Indeks saham LQ45 susut 4,03 persen ke level 764,79.
Seluruh indeks saham acuan kompak melemah pada hari ini.Ada sebanyak 215 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 48 saham berada di zona hijau dan 57 saham lainnya diam di tempat.Pada sesi pertama hari ini, IHSG sempat sentuh level tertinggi 4.622,10 dan terendah 4.489,75.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 157.779 kali dengan volume perdagangan 3,59 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 3,34 triliun.
Secara sektoral, sepuluh sektor saham melemah. Sektor saham aneka industri susut 7,52 persen, dan memimpin pelemahan sektor saham terbesar. Disusul sektor saham manufaktur turun 4,04 persen dan sektor saham industri dasar melemah 3,88 persen.
Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual mencapai Rp 100 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 200 miliar.Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham BWPT naik 14,42 persen ke level Rp 246 per saham, disusul sektor saham TAXI mendaki 8,48 persen ke level Rp 307 per saham, dan saham MCOR menguat 4,76 persen ke level Rp 330 per saham.
Saham-saham berkapitalisasi besar cenderung tertekan pada sesi pertama antara lain saham BBRI turun 6,02 persen ke level Rp 10.150 per saham, saham ASII tergelincir 8,96 persen ke level Rp 6.100 per saham, dan saham BUMI susut 9,64 persen ke level Rp 75 per saham.
Bursa saham Asia cenderung melemah pada hari ini. Indeks saham Jepang Nikkei turun 1,05 persen ke level 18.245, indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,50 persen ke level 22.618, dan indeks saham Singapura tergelincir 0,75 persen ke level 3.009,5.
Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah ke level 13.538.Dalam riset PT KDB Daewoo Securities menyebutkan kalau IHSG mulai kehilangan tenaga untuk melanjutkan penguatannya. IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4.540-4.650 pada perdagangan saham Selasa pekan ini. (Ahm/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Usai Reli, Harga Emas Kembali Susut ke US$ 1.154 |
Liputan6.com, Singapura - Harga emas turun hampir satu persen pada perdagangan Selasa pekan ini. Penurunan harga emas dipicu aksi ambil untung setelah reli dua hari yang didukung dari harapan bank sentral Amerika Serikat (AS) menunda kenaikan suku bunga pada 2015.
Harga emas di pasar spot turun 0,8 persen menjadi US$ 1.154,15 per ounce. Harga logam telah mencapai level tertinggi di kisaran US$ 1.169. Sedangkan harga emas berjangka AS melemah 1 persen menjadi US$ 1.152.
"Ini telah menjadi reli mengesankan sejak data penyerapan tenaga kerja di sektor non pertanian, namun sepertinya momentum sekarang mulai berkurang," ujar James Gardiner, Trader dari MKG Group seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (13/10/2015).
Ia mengatakan, harga minyak tertekan pada perdagangan kemarin juga membuat tekanan terhadap harga komoditas logam dan menawar dolar AS. Dengan dolar AS lebih kuat akan membuat emas mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Mengutip riset www.fortisasiafutures.com menyebutkan kalau pelaku pasar masih menunggu pertemuan berikut dari bank sentral Amerika Seriakt (AS) atau The Federal Reserve pada 27-28 Oktober 2015, sebelum bertemu untuk terakhir pada 15-16 Desember. Pada grafik harian, emas masih bergerak data namun masih bergulir di atas pergerakan rata-rata 20 harian dan 50 harian.
"Harga logam ini cenderung bergerak datar. Stochastic berada di area overbought. Resistance dan support berada di level harga 1.170,06-1.130," tulis riset tersebut.
Di pasar komoditas lainnya, harga minyak jenis Brent naik 29 sen menjadi US$ 50,15 per barel setelah turun US$ 2,79 ke level US$ 49,86. Sementara itu, harga minyak jenis acuan AS untuk pengiriman November naik 34 sen menjadi US$ 47,44 per barel.
"Kami melihat kalau harga minyak tetap terbatas untuk kembali menguat pada akhir 2015. Hal itu lantaran permintaan melemah dan penyesuaian untuk persediaan terbatas," tulis Barclays.
Sementara itu, riset fortisasiafutures menyebutkan kalau harga minyak masih terlihat bergerak turun namun masih bergulir di atas pergerakan rata-rata 20 dan 50 harian. "Komoditas ini kembali berpeluang bergerak data. Stochastic masih berada di area beli. Resistance dan support berada di harga US$ 51-US$ 44,80," tulis riset www.fortisasiafutures. (Ahm/Igw)
Source: liputan6.com
|
Aksi Jual Seret IHSG Turun 147 Poin ke 4.483 |
Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Hal itu dipicu aksi ambil untung oleh pelaku pasar dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali melemah ke level 13.557.
Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (13/10/2015), IHSG melemah 147,63 poin atau 3,19 persen ke level 4.483,07. Indeks saham LQ45 susut 4,24 persen ke level 763,11.
Seluruh indeks saham acuan kompak melemah pada perdagangan saham hari ini. Ada sebanyak 234 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 63 saham menghijau dan 61 saham lainnya diam di tempat.Pada hari ini, IHSG sempat sentuh level tertinggi 4.622,10 dan terendah 4.483,07.
Transaksi perdagangan saham pada hari ini cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 266.154 kali dengan volume perdagangan 6,84 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 6,15 triliun.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham kompak melemah kecuali sektor saham perkebunan naik 0,07 persen. Sektor saham aneka industri susut 7,24 persen, dan memimpin penurunan sektor saham, lalu disusul sektor saham industri dasar melemah 4,57 persen, serta sektor saham manufaktur tergelincir 4,11 persen.
Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 400 miliar. Pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 400 miliar.Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham TAXI naik 16,61 persen ke level Rp 330 per saham, saham BWPT mendaki 24,65 persen ke level Rp 268 per saham, dan saham ARTI menguat 5,5 persen ke level Rp 230 per saham, serta saham WIKA menanjak 1,67 persen ke level Rp 3.050 per saham.Saham-saham berkapitalisasi besar menyeret penurunan IHSG pada hari ini.
Saham ASII turun 8,58 persen ke level Rp 6.125 per saham, saham INTP tergelincir 9,66 persen ke level Rp 17.525 per saham, dan saham BMRI susut 7,18 persen ke level Rp 10.025 per saham.
Pada pukul 16.00 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung tertekan. Rupiah berada di kisaran 13.602 per dolar.Sementara itu, bursa saham Asia cenderung tertekan. Indeks saham Jepang Nikkei susut 1,1 persen ke level 18.234.
Diikuti indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,57 persen ke level 22.600 dan indeks saham Singapura merosot 1,4 persen ke level 2.989,72.
Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan, IHSG tertekan dipicu dari data perdagangan China melemah terutama soal ekspor impor September 2015. Ekspor China turun 3,7 persen dari periode sama tahun lalu sekitar 6,3 persen. Sementara itu, impor susut 20 persen Year on Year (YoY) pada September.
Hal itu ditopang dari harga komoditas melemah dan permintaan domestik melambat. Sentimen negatif juga didukung dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali tertekan. "Aksi ambil untung juga menekan IHSG pada hari ini," ujar Hans. (Ahm/Gdn)
Source: liputan6.com
|