Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 12 Oktober 2015
Terus Menguat, Rupiah Diprediksi Bidik Level 13.350 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih cenderung menguat pada Senin (12/10/2015). Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS didorong bursa saham Indonesia positif dan dolar AS melemah secara global.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 13.433 per dolar AS pada pukul 11.11 WIB. Rupiah dibuka sedikit melemah di level 13.432 per dolar AS dibandingkan penutupan pada Jumat pekan lalu di level 13.412 per dolar AS. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.348 per dolar AS hingga 13.505 per dolar AS. Rupiah sempat sentuh level 13.405 per dolar AS pada pukul 10.40 WIB.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 55 poin menjadi 14.065 per dolar AS pada Senin 12 Oktober 2015, dari perdagangan Jumat pekan lalu yang berada di level 13.521 per dolar AS.

"Rupiah masih cenderung menguat dalam perdagangan hari ini karena melemahnya dolar AS secara global, dan berlanjutnya penguatan di pasar ekuitas, seirama dengan penguatan di Wall Street," Kata Tony Mariano, Analis Pasar Uang PT Esandar Arthamas Berjangka.

Tony juga menambahkan, meningkatnya ekspetasi bank sentral AS atau The Federal Reserve akan menunda kenaikan suku bunga tahun ini juga ikut mendukung penguatan Rupiah.

Head of Research Archipelago Asset Management, AG Pahlevi mengatakan, harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sudah rendah juga mendorong investor asing untuk kembali berinvestasi di Indonesia.

"Valuasi saham di pasar modal Indonesia yang sangat murah, sehingga sedikit katalis positif akan mendorong aksi beli oleh investor asing, kata AG Pahlevi.

Di sisi lain, rilis pertemuan The Federal Reserve pada 16-17 September menunjukkan kalau pejabat bank sentral AS menahan diri untuk menahan kenaikan suku bunga. Hal itu mempertimbangkan prospek untuk pertumbuhan ekonomi dan inflasi, dan juga perkembangan ekonomi China. Bank sentral AS juga khawatir terhadap penguatan dolar AS.

Mengenai pergerakan nilai tukar rupiah hari ini, Tony memperkirakan rupiah bergerak pada kisaran 13.350 hingga 13.500 per dolar AS. (Ilh/Ahm)

 

 

 


Source: liputan6.com
7 Alasan Bikin Rupiah Dapat Tembus 12.500 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan menemukan titik keseimbangan baru di level 12.500 per dolar AS. Keseimbangan baru itu akan bertahan paling tidak hingga akhir tahun 2015.

Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Politik Universitas Nasional (Unas), Yuddy Chrisnandi menyampaikan hal tersebut. Ia mengatakan, ada tujuh faktor yang dapat menjadi dasar mengapa rupiah akan melanjutkan tren penguatannya.

Pertama, kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada kuartal III dan IV diperkirakan tertunda setelah beberapa indikator ekonomi AS belum sesuai sasaran.

"‎Yang paling signifikan, paket kebijakan ekonomi Indonesia yang pro pasar investasi," tegas Yuddy seperti ditulis, Senin (12/10/2015).

Kebijakan yang pro investasi tersebut menyebabkan investasi asing untuk menanamkan dananya di Indonesia semakin yakin, alhasil persediaan valuta asing (valas) dalam negeri meningkat. Tidak hanya itu, rencana pengumuman paket kebijakan jilid IV oleh pemerintah sendiri akan menjadi sentimen lanjutan penguatan rupiah.

Ketiga, ‎menurut Yuddy, sentimen positif pelaku dunia usaha terhadap kesungguhan kerja pemerintah, khususnya komitmen Jokowi dalam menjaga dan meningkatkan kegiatan ekonomi di dalam negeri. Hal itu juga terlihat langkah-langkah Jokowi dalam meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

Keempat, masa-masa kewajiban pemerintah dan swasta dalam membayarkan utang luar negeri mereka pada 2015 sudah ‎berlalu. Dengan begitu, sentimen ini akan mulai mereda hingga akhir tahun nanti.‎

"Jadi, relatif sudah mau tutup tahun buku, sehingga tidak diperlukan dolar Amerika Serikat dalam jumlah besar," tegas Yuddy.

Yuddy mengatakan, faktor ke lima yaitu ‎insentif pajak yang diberikan pemerintah kepada pelaku ekonomi itu membuat struktur modal untuk aktifitas ekonomi yang digerakkan industri mengalami penguatan.‎

Keenam, realisasi implementasi investasi pemerintah sudah berjalan. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya penyerapan anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah hingga awal Oktober 2015.

"Dan untuk yang ke tujuh, yang paling penting adalah modal utama pembangunan‎ stabilitas politik untuk saat ini sudah mantap, karena tanpa ada pengaruh politik, semua itu tidak akan berjalan mulus," terangnya. (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
Bursa Regional Positif, IHSG Menguat 41 Poin ke Level 4.630

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melanjutkan kenaikan pada perdagangan saham awal pekan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berada di kisaran 13.400 dan aksi beli investor asing mendukung penguatan IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (12/10/2015), IHSG naik 41,36 poin (0,90 persen) ke level 4.630,70. Indeks saham LQ45 naik 1 persen ke level 796,87. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.Ada sebanyak 183 saham menghijau sehingga IHSG bertahan di zona hijau. Sedangkan 122 saham melemah dan menahan penguatan IHSG. 83 saham lainnya diam di tempat.

Pada hari ini, IHSG sempat sentuh level tertinggi 4.639,94 dan terendah 4.595,94. Transaksi perdagangan saham hari ini cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 310.599 kali dengan volume perdagangan saham 11 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 6,61 triliun.

Secara sektoral, sepuluh sektor saham menghijau. Sektor saham tambang naik 3,05 persen, dan memimpin penguatan sektor saham. Disusul sektor saham perkebunan menguat 2,29 persen dan sektor saham industri dasar mendaki 1,45 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing masih melakukan aksi beli. Di awal pekan ini, investor asing melakukan aksi beli sekitar Rp 300 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi jual sekitar Rp 300 miliar.Saham-saham yang mencatatkan penguatan dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham BUMI naik 23,88 persen ke level Rp 83, saham ANTM mendaki 8,11 persen ke level Rp 520 per saham, dan saham INCO menguat 8,66 persen ke level Rp 2.510 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham BKSL turun 3,7 persen ke level Rp 78, saham TAXI turun 3,41 persen ke level Rp 283 per saham, dan saham LPPF tergelincir 3,75 persen ke level Rp 16.025 per saham.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan, IHSG menguat ditopang oleh aliran dana investor asing. Hal itu membuat IHSG terus melanjutkan kenaikan dalam jangka pendek. Penguatan tersebut didukung dari sentimen dalam negeri dan eksternal. Sentimen eksternal didukung dari penguatan bursa saham Asia dan harga minyak cenderung menguat. William menambahkan, dolar Amerika Serikat melemah juga mendorong penguatan rupiah sehingga berpengaruh ke IHSG.

"Saat ini pelaku pasar menunggu realisasi setelah pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi," kata William saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, transaksi perdagangan saham cukup ramai juga didukung dari keyakinan pelaku pasar terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal itu membuat pelaku pasar melakukan aksi beli di pasar saham.

Meski demikian, William mengingatkan agar tak terlena euforia. "Isu utama bank sentral Amerika Serikat untuk menaikkan suku bunga masih membayangi ditambah aksi pemerintah untuk merealisasikan paket kebijakan ekonominya," kata William.Pada hari ini, rupiah cenderung bergerak mendatar terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data RTI, rupiah berada di kisaran 13.412 per dolar AS pada pukul 16.00. Sedangkan bursa saham Asia cenderung positif. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,21 persen ke level 22.730, indek saham Singapura mendaki 1,1 persen ke level 3.031. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Sambut Awal Pekan, Rupiah Naik Tipis ke 13.408 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melanjutkan penguatan di awal pekan ini. Hal itu ditopang dari aliran dana investor asing masuk ke bursa saham dan dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah terhadap sejumlah mata uang.

Pada penutupan perdagangan, Senin (12/10/2015), mengutip data Bloomberg, rupiah menguat tipis 0,02 persen menjadi 13.408 per dolar AS dari penutupan Jumat 9 Oktober 2015 di level 13.412 per dolar AS.

Pada pagi ini, rupiah sempat dibuka melemah 20 poin menjadi 13.432 per dolar AS. Rupiah berada di kisaran 13.348-13.505 per dolar sepanjang awal pekan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menguat di kisaran 13.359 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 55 poin menjadi 13.466 per dolar AS pada Senin 12 Oktober 2015, dari perdagangan Jumat pekan lalu yang berada di level 13.521 per dolar AS.

"Rupiah masih cenderung menguat dalam perdagangan hari ini karena melemahnya dolar Amerika Serikat secara global, dan berlanjutnya penguatan di pasar ekuitas, seirama dengan penguatan di Wall Street," kata Tony Mariano, Analis Pasar Uang PT Esandar Arthamas Berjangka.

Tony juga menambahkan, meningkatnya ekspektasi bank sentral AS atau The Federal Reserve akan menunda kenaikan suku bunga tahun ini juga ikut mendukung penguatan rupiah.

Sementara itu, Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan ada sejumlah faktor mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS. Pertama, ada dana investor asing masuk ke Indonesia baik yang langsung ke pasar dan cukup besar dana investor asing untuk ambil rights issue atau penawaran umum terbatas PT HM Sampoerna Tbk. Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga intervensi di pasar untuk mengembalikan rupiah ke fundamentalnya.

"Faktor eksternal ada peluang kenaikan suku bunga bank sentral AS pada tahun depan akibat data-data Amerika Serikat yang turun akibat pelemahan ekonomi dunia dan periode super dolar AS," kata Hans.

Ia mengatakan, data penyerapan tenaga kerja non sektor pertanian di bawah harapan pasar menjadi 142 ribu dari target 200 ribu memberikan spekulasi untuk penundaan kenaikan suku bunga bank sentral AS. "Defisit AS melebar akibat super dolar dan perlambatan ekonomi dunia," tutur Hans. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Empat Lembaga Keuangan Rapat Bahas Penguatan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Empat lembaga tinggi negara di sektor keuangan menggelar rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) seiring penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Lembaga tersebut adalah Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Rapat FKSSK yang berlangsung pada Senin (12/10/2015) malam masih sebatas Eselon I. Deputi Gubernur BI, Erwin Rijanto mengungkapkan, rapat rutin tersebut selalu meng-update kondisi perekonomian terkini sekaligus realisasi paket kebijakan ekonomi jilid I, II dan III yang sudah dirilis pemerintah.

"Sekarang ini kita update saja. kami menunjukkan kalau FKSSK selalu melakukan pertemuan. Saat ini membahas pencapaian yang terjadi, paket I, II dan III sudah kelihatan menunjukkan hasilnya. Paket kebijakan IV masih dalam pembahasan," terang dia saat ditemui di kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (12/10/2015).

Lebih jauh dia berharap, empat lembaga keuangan tertinggi selalu berkoordinasi agar penguatan nilai tukar rupiah dapat bertahan atau tidak hanya bersifat temporer dengan dukungan dari kondisi global.

"Kita tidak diam, semua sama-sama melakukan tindakan, bagaimana caranya bukan hanya dari perspsi, tapi juga fundamentalnya mengalami perbaikan. Memang betul kalau ini salah satunya karena kondisi global yang sedang bagus untuk kita," pungkas Erwin.

Untuk diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melanjutkan penguatan di awal pekan ini. Hal itu ditopang dari aliran dana investor asing masuk ke bursa saham dan dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah terhadap sejumlah mata uang.

Pada penutupan perdagangan, Senin (12/10/2015), mengutip data Bloomberg, rupiah menguat tipis 0,02 persen menjadi 13.408 per dolar AS dari penutupan Jumat 9 Oktober 2015 di level 13.412 per dolar AS.

Pada pagi ini, rupiah sempat dibuka melemah 20 poin menjadi 13.432 per dolar AS. Rupiah berada di kisaran 13.348-13.505 per dolar sepanjang awal pekan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menguat di kisaran 13.359 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 55 poin menjadi 13.466 per dolar AS pada Senin 12 Oktober 2015, dari perdagangan Jumat pekan lalu yang berada di level 13.521 per dolar AS. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Bakal ke Level 13.000 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan berlanjut sampai akhir tahun ini. Kurs rupiah diramalkan akan stabil di kisaran 13.000 per dolar AS hingga 13.500 per dolar AS karena rencana kenaikan tingkat suku bunga AS molor ke tahun depan.

Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Fauzi Ichsan mengungkapkan, awalnya LPS memperkirakan apresiasi kurs rupiah berada pada level 13.800 per dolar AS, namun faktanya rupiah justru terangkat lebih jauh hingga menembus 13.400 per dolar AS.

"Dua bulan terakhir (November-Desember) rupiah akan rebound, karena prospek kenaikan suku bunga The Fed baru akan dilakukan semester I 2016. Nilai tukar rupiah bisa stabil di kisaran 13.000-13.500 per dolar AS," ucap dia di kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (12/10/2015).

Fauzi mengatakan, range nilai tukar rupiah 13.000-13.500 per dolar AS diyakini bisa tercapai hingga akhir tahun apabila perekonomian dan pasar keuagan dunia stabil. Harga komoditas pun, katanya, perlahan akan terangkat, sementara kenaikan suku bunga Bank Sentral AS diproyeksikan sekira 25 basis poin.

"Kalau pasar keuangan global stabil di dua bulan terakhir, sangat memungkinkan rupiah bisa lebih baik dan stabil," terang mantan Kepala Ekonom Standard Chartered Bank itu.

Ketika ditanyakan perihal peluang BI Rate turun, Anggota Dewan Komisioner LPS itu enggan memberikan jawabannya meskipun tingkat bunga LPS sudah mengalami penurunan.

"LPS Rate itu kan cerminan suku bunga pasar, sifatnya cerminan keadaan pasar saat ini. Kalau BI Rate itu, kebijakan moneter dan kita yakin BI sangat independen serta profesional dalam kebijakan moneter," pungkas Fauzi.

Untuk diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melanjutkan penguatan di awal pekan ini. Hal itu ditopang dari aliran dana investor asing masuk ke bursa saham dan dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah terhadap sejumlah mata uang.

Pada penutupan perdagangan, Senin (12/10/2015), mengutip data Bloomberg, rupiah menguat tipis 0,02 persen menjadi 13.408 per dolar AS dari penutupan Jumat 9 Oktober 2015 di level 13.412 per dolar AS.

Pada pagi ini, rupiah sempat dibuka melemah 20 poin menjadi 13.432 per dolar AS. Rupiah berada di kisaran 13.348-13.505 per dolar sepanjang awal pekan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menguat di kisaran 13.359 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 55 poin menjadi 13.466 per dolar AS pada Senin 12 Oktober 2015, dari perdagangan Jumat pekan lalu yang berada di level 13.521 per dolar AS. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com