Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Sabtu, 10 Oktober 2015
Dolar AS Melemah Bikin Harga Emas Melonjak

Liputan6.com, Chicago - Harga emas bergerak reli pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) seiring harapan pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) telah melemahkan dolar AS.

Hal itu mengangkat daya tarik investasi logam termasuk emas. Harga emas untuk pengiriman Desember naik 1 persen atau US$ 11,60 menjadi US$ 1.155,90 per ounce di divisi Comex, kenaikan ini tertinggi sejak 21 Agustus 2015. Pada pekan ini, harga emas naik 1,7 persen.

Pada Kamis waktu setempat, The Federal Open Market Committee (FOMC) telah merilis hasil pertemuan bank sentral AS pada pertengahan September 2015 yang menunjukkan kalau bank sentral AS mempertahankan suku bunga. Investor menafsirkan rilis hasil pertemuan bank sentral AS itu sebagai bukti lebih lanjut kalau suku bunga AS akan tetap menahan suku bunga hingga akhir tahun ini.

"Kekhawatiran inflasi ditambah ekonomi global melambat memberikan (The Fed) lebih banyak ruang untuk menahan suku bunga hingga akhir tahun," ujar Adam Koos, Presiden Direktur Libertas Wealth Management, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (10/10/2015).

Hal itu juga mendorong indeks dolar AS melemah pada Jumat pekan ini. Pelemahan dolar AS mendukung harga komoditas logam termasuk emas.Dengan suku bunga rendah membuat portofolio emas menjadi lebih menarik.

Selain itu, harga emas pun juga menjadi lebih murah dengan dolar AS sehingga dapat mendorong investor membeli dengan menggunakan mata uang kuat.

"Ada orang mencari, dan berpikir selama ketidakpastian dalam ekonomi global dan China maka akan membuat bank sentral AS harus menunda kenaikan suku bunga," ujar David Govett, Analis Marex Spectron.

Di divisi Comex, sejumlah harga komoditas logam menguat. Harga perak naik 0,3 persen menjadi US$ 15.818 per ounce, dan selama sepekan naik 3,6 persen. Harga tembaga naik 3 persen menjadi US$ 2,414 per ounce. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Menko Darmin: Rupiah Menguat, Semua Belum Bisa Dianggap Tenang

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan signifikan dalam sepekan. Bila berdasarkan kurs Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah telah menguat 8,07 persen dari posisi Rp 14.709 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2 Oktober 2015 menjadi Rp 13.521 per dolar AS pada Jumat 9 Oktober 2015, dan menjadi mata uang yang paling perkasa di kawasan Asia Pasifik.

Melihat fenomena ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku bukan berarti ekonomi Indonesia langsung membaik. Ia meminta semua pihak untuk tidak berpuas diri.

"Jadi ini jangan dilihat semua akan tetap positif, nanti akan ada rapat pada AS lagi apa akan berubah kebijakan di sana, semua akan berubah lagi. Jadi semua belum bisa dianggap tenang, tidak boleh begitu," kata Darmin seperti yang ditulis, Sabtu (10/10/2015).

Untuk itu, meski kurs mengalami perbaikan, pemerintah tetap harus bekerja untuk meningkatkan daya saing Indonesia dan membuat kebijakan yang konsisten untuk memudahkan investasi di Indonesia.

Ini menjadi salah satu alasan bagi pemerintah untuk tetap merencanakan peluncuran paket kebijakan jilid IV yang akan diumumkan minggu depan.

‎"Yang membaik baru kurs, yang kita perlukan kegiatan ekonomi meningkat supaya perlambatannya ekonomi tidak keterusan lagi. Lebih bagus lagi kalau bisa balik meningkat, jadi ini semua masih memerlukan perbaikan iklim usaha, penyederhanaan aturan‎," papar Darmin.

‎Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan rupiah menjadi mata uang yang paling perkasa di kawasan Asia Pasifik dilihat dari tingkat penguatannya.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengungkapkan selama sepekan ini, rupiah telah menguat 4,3-4,4 persen. Ini paling tinggi jika dibandingkan negara kawasan Asia.

"Ini kalau di lihat sampai Jumat ini, Ringgit Malaysia itu 3,4 persen, Korea 1,2 persen, Taiwan 1,2 persen dan Bath Thailand itu malah hanya 0,4 persen," kata Mirza.

Mirza mengatakan, penguatan rupiah itu memang dipengaruhi sentimen global. Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) mengindikasikan untuk menunda kenaikan suku bunganya mengingat data-data tenaga kerja AS yang belum sesuai harapan.

Namun demikian, kondisi itu lebih ditambahkan dengan aksi pemerintah Indonesia yang mengeluarkan berbagai paket kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan hingga jilid III. Paket kebijakan itu mempermudah investasi asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.‎ (Yas/Ahm)*


Source: liputan6.com
Menko Darmin: Rupiah Perkasa, Semua Belum Bisa Dianggap Tenang

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan signifikan dalam sepekan. Bila berdasarkan kurs Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah telah menguat 8,07 persen dari posisi 14.709 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2 Oktober 2015 menjadi 13.521 per dolar AS pada Jumat 9 Oktober 2015, dan menjadi mata uang yang paling perkasa di kawasan Asia Pasific.

Melihat fenomena ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku bukan berarti ekonomi Indonesia langsung membaik. Dirinya meminta semua pihak untuk tidak berpuas diri.

"Jadi ini jangan dilihat semua akan tetap positif, nanti akan ada rapat pada AS lagi apa akan berubah kebijakan di sana, semua akan berubah lagi, jadi semua belum bisa dianggap tenang, tidak boleh begitu," kata Darmin seperti yang ditulis, Sabtu (10/10/2015).

Untuk itu, meski kurs mengalami perbaikan, pemerintah tetap harus bekerja untuk meningkatkan daya saing Indonesia dan membuat kebijakan yang konsisten untuk memudahkan investasi di Indonesia.

Ini menjadi salah satu alasan bagi pemerintah untuk tetap merencanakan peluncuran paket kebijakan jilid IV yang akan diumumkan pada minggu depan.

‎"Yang membaik baru kurs, yang kita perlukan kegiatan ekonomi meningkat supaya perlambatannya ekonomi tidak keterusan lagi, lebih bagus lagi kalau bisa balik meningkat, jadi ini semua masih memerlukan perbaikan iklim usaha, penyederhanaan aturan‎," papar Darmin.

‎Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan rupiah menjadi mata uang yang paling perkasa di kawasan Asia Pasifik dilihat dari tingkat penguatannya.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengungkapkan selama sepekan ini, rupiah telah menguat 4,3-4,4 persen. Ini paling tinggi jika dibandingkan negara kawasan Asia.

"Ini kalau di lihat sampai Jumat ini, Ringgit Malaysia itu 3,4 persen, Korea 1,2 persen, Taiwan 1,2 persen dan Bath Thailand itu malah hanya 0,4 persen," kata Mirza.

Mirza mengatakan, penguatan rupiah itu memang dipengaruhi sentimen global. Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) mengindikasikan untuk menunda kenaikan suku bunganya mengingat data-data tenaga kerja AS yang belum sesuai harapan.

Namun demikian, kondisi itu lebih ditambahkan dengan aksi pemrintah Indonesia yang mengeluarkan berbagai paket kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan hingga jilid III. Paket kebijakan itu mempermudah investasi asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.‎ (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
Dana Investor Asing Masuk ke Bursa Capai Rp 2,3 Triliun

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatatkan penguatan sebesar 9,08 persen dari level 4.207,79 pada 2 Oktober 2015 menjadi 4.589,34 pada 9 Oktober 2015.

Dengan penguatan tersebut membuat pelemahan IHSG susut menjadi 12,2 persen secara year to date menjadi 4.589,34 pada Jumat pekan ini. Saham PT HM Sampoerna Tbk pun mencatatkan kapitalisasi pasar saham terbesar di pasar modal Indonesia. Total kapitalisasi pasar saham mencapai Rp 386 triliun atau 8,1 persen dari total kapitalisasi pasar saham Indonesia. Penguatan IHSG terbesar terjadi pada Senin 5 Oktober 2015 dengan naik 3,2 persen menjadi 4.343.

Penguatan IHSG ini juga didukung dari aliran investor asing yang masuk ke pasar modal Indonesia. Tercatat berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aliran dana investor asing yang masuk mencapai Rp 2,32 triliun dalam sepekan. Total dana asing keluar dari pasar modal Indonesia mencapai Rp 10,98 triliun sepanjang 2015.

Saham-saham berkapitalisasi besar menjadi penggerak terbesar IHSG pada pekan ini. Saham-saham itu antara lain PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Sedangkan saham-saham yang menjadi penahan penguatan IHSG yaitu saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Aastra Agro Lestari Tbk (AALI).

Berdasarkan riset PT Henan Putihrai, sejumlah sektor saham memperlihatkan tren pelemahan yaitu sektor saham pertambangan, pertanian dan properti. Diikuti sektor perdagangan dan sektor konsumsi. Sedangkan sektor keuangan dan aneka industri dinilai memperlihatkan tren menguat.

Mengutip laman Bloomberg, yang ditulis Sabtu (10/10/2015), bursa saham Indonesia diperkirakan reli hingga akhir tahun. Hal itu didorong dari pemerintah meningkatkan proyek infrastruktur dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah undervalue akan memikat kembali manajer investasi global.

"Titik rendah sudah lewat. Investor asing akan datang lagi," ujar Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn Masassya.

Ia mengatakan, pemerintah akan membangun infrastruktur mulai dari kereta api, bandara dan pelabuhan laut akan memberikan sentimen positif.

Ini dapat membangkitkan kembali kepercayaan investor asing untuk kembali masuk ke bursa saham.Selain faktor tersebut, spekulasi kalau bank sentral AS atau The Federal Reserve akan menunda kenaikan suku bunga hingga 2016 juga menjadi sentimen yang pengaruhi kenaikan IHSG.

"Valuasi saham murah, ditambah mata uang melemah, dan ada sinyal pemerintah mulai mengerjakan proyek infrastruktur mendorong investor global mulai memburu dan tawar menawar di Indonesia," ujar Joshua Crabb, Kepala Riset Old Mutual Plc seperti dikutip dari Bloomberg.

Meski demikian, dalam riset PT Henan Putihrai menyebutkan kalau situasi global masih belum pasti, dan risiko tetap tinggi di negara berkembang. Analis PT Henan Putihrai menyebutkan kalau kenaikan suku bunga bank sentral AS akan positif atau berdampak negatif kepada IHSG dan rupiah akan tergantung pada kekuatan data ekonomi Indonesia. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Realisasi Paket Kebijakan Ekonomi Perkuat Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat pekan ini. Bahkan kurs tengah Bank Indonesia berada di posisi 13.521 per dolar AS pada Jumat 9 Oktober 2015.

Namun hal ini diperkirakan tidak akan berlangsung lama jika pemerintah tidak segera merealisasikan tiga paket kebijakan yang telah dikeluarkan.

Pengamat Ekonomi Aviliani mengatakan, dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah. Hal itu mendorong rupiah alami penguatan signifikan pada pekan ini.

"Sekarang memang global sedang menguat. Jadi kebetulan dolarnya yang melemah," ujar dia di Jakarta, Sabtu (10/10/2015).

Aviliani mengungkapkan, rupiah bisa saja kembali melemah dalam beberapa hari ke depan jika pemerintah tidak berbuat apa-apa untuk mempertahankan penguatan kurs rupiah ini.

"Jadi jangan terlena dengan penguatan rupiah. kalau kita sendiri tidak membereskan bisa melemah lagi. Kalau kita selalu mengikuti global. Kalau global lemah ya ikut melemah, kalau kuat ya ikut menguat," lanjutnya.

Untuk mempertahankan penguatan rupiah, kata dia, pemerintah harus segera merealisasikan isi dari paket-paket kebijakan yang telah dikeluarkan. Salah satunya yaitu kebijakan terkait kelonggaran pajak deposito bagi devisa hasil ekspor (DHE) yang disimpan di bank nasional.

"Misalnya kebijakan DHI yang akan diberikan kelonggaran kalau dia diberi dalam bentuk deposito dalam 6 bulan, itu harus segera direalisasi supaya menguatnya bisa lebih jangka panjang. Jadi kalau kita tidak menjaga momentum ini bisa melemah lagi," tutur Aviliani.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, dolar AS sedang melemah terhadap mata uang termasuk rupiah. Dolar AS melemah itu dipicu dari rilis hasil pertemuan bank sentral AS atau The Federal Reserve pada 16-17 September 2015 menunjukkan kalau menunda suku bunga hingga awal 2016.

Bila berdasarkan kurs Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah telah menguat 8,07 persen dari posisi Rp 14.709 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2 Oktober 2015 menjadi Rp 13.521 per dolar AS pada Jumat 9 Oktober 2015, dan menjadi mata uang yang paling perkasa di kawasan Asia Pasifik.

Pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi jilid I hingga III untuk menggairahkan ekonomi dan industri di Indonesia termasuk juga untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sejumlah kebijakan yang dikeluarkan seperti deregulasi peraturan, mempercepat proyek strategis nasional, dan meningkatkan investasi di sektor properti untuk paket kebijakan ekonomi jilid I.

Sedangkan paket kebijakan ekonomi jilid II memuat soal percepatan izin investasi, menghapus PPh final bunga deposito dari devisa hasil ekspor, memberikan persetujuan tax allowance dalam 25 hari, bebas pajak pertambahan nilai (PPN) untuk galangan kapal, kereta api, pesawat termasuk suku cadangnya.

Untuk rilis paket kebijakan ekonomi jilid III, pemerintah memberikan sejumlah insentif kepada industri seperti diskon tarif listrik sekitar 30 persen, harga gas, solar dan avtur turun. Ditambah relaksasi penitipan usaha valuta asing.(Dny/Ahm)

 


Source: liputan6.com
Harga Solar Turun Untungkan Supir Angkutan Umum

Liputan6.com, Jakarta - Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar turun sebesar Rp 200 per liter pada Sabtu 10 Oktober 2015. Penurunan tersebut dinilai membawa keuntungan bagi para supir angkutan umum pengguna solar.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengatakan, harga solar turun akan memberikan pendapatan lebih bagi supir angkutan umum meski tidak terlalu besar. Hal ini didapat dari selisih harga solar sebelumnya dengan harga solar baru yang mulai berlaku hari ini.

"Ini membantu bagi para supir baik angkutan barang maupun angkutan orang. Bus kota misalnya, yang setiap hari habiskan 30 liter kalau dikalikan Rp 200 itu sudah ada tambahan pendapatan Rp 6.000. Kalau dia isinya 40 liter per hari, berarti ada tambahan Rp 8.000," ujar Shafruhan di Jakarta, Sabtu (10/10/2015).

Namun sayangnya, pengusaha dan pemiliki angkutan umum tersebut tidak ikut mendapatkan keuntungan dari penurunan harga solar ini. Terlebih lagi dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat pengusaha malah terbebani dengan biaya perawatan kendaraan.

"Tapi bagi pengusaha, penurunan itu tidak berpengaruh apa-apa. Pengusaha justru dengan fluktuasi rupiah terhada dolar ini semakin terbebani karena kan ada komponen yang masih harus impor," lanjut dia.

Bahkan untuk mendapatkan keuntungan lebih dari kenaikan tarif pun tidak bisa. Pasalnya tarif angkutan umum baru bisa dinaikan jika ada kenaikan BBM. Belum lagi tarif ini juga diatur oleh dinas perhubungan di daerah masing-masing.

"Pengusaha justru repotnya saat ingin melakukan adjustment tarif, karena harus menunggu BBM naik dulu. Masyarakat tidak pernah mau tahu soal ini," tutur Shafruhan. (Dny/Ahm)

 


Source: liputan6.com