Liputan6.com, Chicago - Harga emas bergerak reli pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) seiring harapan pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) telah melemahkan dolar AS.
Hal itu mengangkat daya tarik investasi logam termasuk emas. Harga emas untuk pengiriman Desember naik 1 persen atau US$ 11,60 menjadi US$ 1.155,90 per ounce di divisi Comex, kenaikan ini tertinggi sejak 21 Agustus 2015. Pada pekan ini, harga emas naik 1,7 persen.
Pada Kamis waktu setempat, The Federal Open Market Committee (FOMC) telah merilis hasil pertemuan bank sentral AS pada pertengahan September 2015 yang menunjukkan kalau bank sentral AS mempertahankan suku bunga. Investor menafsirkan rilis hasil pertemuan bank sentral AS itu sebagai bukti lebih lanjut kalau suku bunga AS akan tetap menahan suku bunga hingga akhir tahun ini.
"Kekhawatiran inflasi ditambah ekonomi global melambat memberikan (The Fed) lebih banyak ruang untuk menahan suku bunga hingga akhir tahun," ujar Adam Koos, Presiden Direktur Libertas Wealth Management, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (10/10/2015).
Hal itu juga mendorong indeks dolar AS melemah pada Jumat pekan ini. Pelemahan dolar AS mendukung harga komoditas logam termasuk emas.Dengan suku bunga rendah membuat portofolio emas menjadi lebih menarik.
Selain itu, harga emas pun juga menjadi lebih murah dengan dolar AS sehingga dapat mendorong investor membeli dengan menggunakan mata uang kuat.
"Ada orang mencari, dan berpikir selama ketidakpastian dalam ekonomi global dan China maka akan membuat bank sentral AS harus menunda kenaikan suku bunga," ujar David Govett, Analis Marex Spectron.
Di divisi Comex, sejumlah harga komoditas logam menguat. Harga perak naik 0,3 persen menjadi US$ 15.818 per ounce, dan selama sepekan naik 3,6 persen. Harga tembaga naik 3 persen menjadi US$ 2,414 per ounce. (Ahm/Igw)
Source: liputan6.com