Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 08 Oktober 2015
Sentimen Rupiah Masih Warnai IHSG, Amati Empat Saham Ini

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini didukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Analis PT HD Capital Tbk, Yuganur Widjanarko menuturkan penguatan rupiah dari level 14.850 per dolar AS hingga di bawah 14.000 memberikan angin segar ke bursa saham. Hal ini membuat IHSG berpotensi menguat dalam jangka pendek.

"IHSG akan bergerak di level support 4.390-4.290-4.173 dan resistance 4.570-4.670-4.725 pada perdagangan saham Kamis pekan ini," ujar Yuganur dalam ulasannya, Kamis (8/10/2015).

Sementara itu, Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi menuturkan, IHSG akan bergerak variasi dengan kecenderungan menguat terbatas. Hal itu lantaran dibayangi aksi ambil untung. "IHSG akan bergerak di kisaran 4.425-4.515," kata Lanjar.

Untuk rekomendasi saham, Yuganur hanya memilih empat saham untuk diperhatikan pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Rekomendasi Teknikal

Yuganur memilih saham PT Adhi Karya Tbk untuk dicermati pelaku pasar. Koreksi akibat perdagangan rights di emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah terseap ke dalam koreksi harga.

Rekomendasi akumulasi saham ADHI untuk mengantisipasi kenaikan berikutnya.Ia merekomendasikan saham PT Adhi Karya Tbk untuk masuk di level pertama Rp 1.935, level kedua Rp 1.905, dan cut loss point Rp 1.875. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Dua Risiko Ini Bayangi Penguatan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami apresiasi sejak awal Oktober lalu. Secara kumulatif sejak 1 Oktober 2015, rupiah sudah menguat lebih dari 6 persen dan kembali menembus level 13.000-an per dolar Amerika Serikat (AS).

Hanya saja pergerakan rupiah masih rentan terhadap dua masalah besar yang datang dari eksternal. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara mengatakan, masih ada dua risiko besar yang akan mempengaruhi nilai tukar mata uang di negara-negara berkembang.Pertama, kenaikan suku bunga The Federal Reserve dan kedua, pelemahan ekonomi China.

"Dua topik besar masih sama mempengaruhi kurs di negara berkembang. Pertama, data ekonomi AS akan berdampak pada kenaikan Fed Fund Rate. Kalau data ekonomi AS kuat, maka ekspektasi penyesuaian Fed Fund Rate akan datang lebih awal lagi," ujar dia di Jakarta, Kamis (8/10/2015).

Sementara penguatan rupiah di awal Oktober ini, kata Mirza, dipicu pelemahan data ekonomi AS sehingga spekulasi kenaikan tingkat bunga Bank Sentral AS bergeser dari prediksi di kuartal IV 2015 menjadi di kuartal II atau kuartal III 2016. "Jadi isu Fed Fund Rate masih dominan," tegasnya.

Topik kedua, sambung dia, jika perekonomian China menunjukkan pelemahan, maka akan mengganggu peluang ekspor negara lain, termasuk Indonesia ke negara Tirai Bambu itu sehingga berdampak pada kurs di negara berkembang.

"Jika sisi domestiknya kan membaik. Indonesia mencetak deflasi di September lalu dan dengan begitu, diperkirakan inflasi pada akhir tahun hanya 4,1 persen-4,2 persen. Ditambah ekspektasi masyarakat terhadap penyerapan belanja pemerintah di kuartal III dan IV akan lebih besar serta mendorong pertumbuhan ekonomi," tukas Mirza.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 13.934 per dolar AS pada pukul 09.55 WIB. Rupiah dibuka menguat di level 14.180 per dolar AS dibandingkan penutupan pada hari kemarin di level 14.241 per dolar AS.(Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Menguat 6,5% dalam 9 Hari Terakhir

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah berhasil bangkit dari tekanan dolar Amerika Serikat (AS) seiring memudarnya ekspektasi kenaikan pada akhir tahun ini.
suku bunga bank sentral AS
Mengutip Bloomberg pada Kamis (8/10/2015), nilai tukar rupiah kini berada pada kisaran level Rp 13.866 per dolar AS pada pukul 09.59 WIB. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran Rp 13.713-13.929 per dolar AS. Rupiah sempat menyentuh level terlemah dalam 17 tahun terakhir di kisaran Rp 14.828 pada 29 September 2015.

Selama 9 hari terakhir, nilai tukar rupiah menguat sekitar 6,5 persen terhadap mata uang Negeri Paman Sam tersebut. Mata uang rupiah sempat menembus Rp 14.828 pada 29 September 2015 menjadi Rp 13.866 pada perdagangan Kamis pekan ini.

Kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate  (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 256 poin menjadi Rp 13.809 per dolar AS pada Kamis, dari perdagangan Rabu 7 Oktober 2015 berada di level Rp 14.065 per dolar AS.

Rupiah menguat tajam karena data-data ekonomi di AS kurang baik, sehingga memudarkan ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS.

"Pada Jumat 2 Oktober 2015 kemarin, data ketenagakerjaan AS nonfarm payroll di bawah ekspektasi pasar. Selain itu laju pendapatan pekerja per jam atau average hour earning, tidak ada pertumbuhan. Selain itu data ISM Non-Manufacturing PMI yang  dirilis pada Senin juga di bawah ekspektasi pasar sehingga mendorong spekulasi baru kalau suku bunga bank sentral AS kemungkinan tidak akan naik tahun ini," papar Ariston Tjendra, Head of Reseach and Analysis Divison PT Monex Investindo Futures saat dihubungi Liputan6.com.

Ariston menilai, momentum ini dimanfaatkan betul oleh BI untuk melakukan intervensi lebih dalam sehingga rupiah menguat tajam terhadap dolar AS. "Penguatan ini juga diikuti oleh mata uang lainnya," tambah Ariston.

Hingga akhir pekan ini, menurut Ariston, rupiah memliki support di level Rp 13.980 dan resistance di kisaran Rp 13.700.

Data nonfarm payroll atau data penyerapan tenaga kerja AS di sektor nonpertanian dan pemerintah bertambah 142 ribu, lebih kecil dari ekpetasi pasar sebesar 201 ribu. Sementara itu, data Average Hourly Earnings AS tidak mengalami pertumbuhan, yang mana sebelumnya para pelaku pasar memperkirakan data tersebut tumbuh 0,2 persen. Data ISM Non-Manufacturing PMI AS melemah menjadi 56,9 di bawah ekspektasi pasar sebesar 58. (Ilh/Ahm)*

 

 

 

 

 


Source: liputan6.com
Ekonom Ini Nilai Penguatan Rupiah Hanya Sementara

Liputan6.com, Jakarta - Setelah terus berada pada tren pelemahan dalam beberapa bulan terakhir, kini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan sejak kemarin.

Pengamat ekonomi Insitute for Development for Economic and Finance (Indef), Dzulfian Syafrian menilai menguatnya nilai tukar rupiah ini hanya akan berlangsung sementara.

"Ini hanya sementara karena menguatnya bukan karena rupiah, tetapi karena dolar yang melemah. Yang menguat bukan hanya rupiah saja, tetapi mata uang negara lain juga," ujarnya di Jakarta, Kamis (8/10/2015).

Menurutnya, penguatan rupiah ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal, bukan internal sehingga sangat tergantung pada kondisi global.

"Kita belum bisa lihat pastinya. Kita lihat seminggu ke depan, apakah permanen? Tapi kita lihat ini karena faktor eksternal. Jadi masih tergantung langkah pemerintah. Masyarakat harus menunggu beberapa waktu ke depan untuk memastikan bahwa penguatan rupiah ini akan menunjukkan tren positif," kata dia.

Dzulfian menyatakan, masyarakat harus menunggu dalam beberapa waktu ke depan untuk memastikan bahwa penguatan rupiah ini akan menunjukan tren positif.

"Nanti tergantung, dalam waktu dekat akan ada data realisasi seperti di bidang otomotif. Kalau buruk maka akan berdampak buruk pada rupiah. Sekarang masyarakat masih wait and see apa yang akan terjadi ke depan," tandasnya. (Dny/Zul)*


Source: liputan6.com
Investor Realisasikan Keuntungan, IHSG Naik Tipis Ke 4.491

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menguat terbatas pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Hal itu dipengaruhi dari bursa saham Asia cenderung melemah dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pada penutupan perdagangan saham Kamis (8/10/2015), IHSG naik tipis 4,3 poin (0,10 persen) ke level 4.491,43. Di awal sesi perdagangan saham, IHSG sempat naik 15 poin ke level 4.502. Gerak IHSG pun fluktuaktif dengan kecenderungan melemah hingga akhirnya tetap di zona hijau.

IHSG sempat berada di level tertinggi 4.537,25 dan terendah 4.484,67 pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Ada sekitar 142 saham menghijau sehingga mampu membuat IHSG bertahan di zona hijau.

Sedangkan 138 saham melemah sehingga menyeret IHSG naik terbatas. 95 saham lainnya diam di tempat.Transaksi perdagangan saham pada hari ini cukup ramai.

Total frekuensi perdagangan saham sektiar 290.128 kali dengan volume perdagangan saham 5,67 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 5,46 triliun.Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham perkebunan turun 1,67 persen, disusul sektor saham industri dasar melemah 1,12 persen, sektor saham infrastruktur susut 0,88 persen dan sektor saham barang konsumsi turun 0,19 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing masih melanjutkan aksi beli. Investor asing melakukan aksi beli sekitar Rp 600 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 700 miliar.

Pada Kamis sore pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di posisi 13.875. Bursa saham Asia cenderung tertekan. Indeks saham Jepang Nikkei turun 0,99 persen ke level 18.141, indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,71 persen ke level 22.354,91 dan indeks saham Singapura susut 0,64 persen ke level 2.942,72.

Saham-saham yang menguat pada perdagangan saham hari ini antara lain saham GIAA naik 5,08 persen ke level Rp 331 per saham, saham ASII mendaki 3,27 persen ke level Rp 6.325 per saham, dan saham BSDE menanjak 3,49 persen ke level Rp 1.630 per saham.

Saham-saham yang tertekan antara lain saham KLBF turun 6,25 persen ke level Rp 1.500 per saham, saham TAXI melemah 9,72 persen ke level Rp 325 per saham, dan saham KIJA merosot 4,57 persen ke level Rp 188 per saham.

Analis Senior PT Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan, IHSG menguat terbatas seiring ada aksi ambil untung atau profit taking. Hal itu terjadi lantaran aksi ambil untung setelah IHSG menguat tajam dalam beberapa hari ini.Sentimen lainnya ditambah dari nilai tukar rupiah melemah terbatas. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tertahan di kisaran 13.800.

"Pelaku pasar mulai berpikir adanya rebound untuk dolar AS. Akan tetapi pelemahan rupiah ini hanya sesaat," kata Alfatih saat dihubungi Liputan6.com. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com