Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Selasa pekan ini mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS) yang melonjak. Penguatan bursa saham ini dipicu spekulasi kalau bank sentral global akan tetap akomodatif untuk mengatasi pertumbuhan ekonomi melemah.
Indeks saham MSCI Asia Pacific yang merupakan indeks saham acuan regional naik 0,8 persen menjadi 128,88 pada pukul 09.00 waktu Tokyo. Penguatan indeks saham ini memperpanjang penguatan dalam lima hari menjadi 6,4 persen.
Harapan pelaku pasar terhadap kebijakan bank sentral AS atau The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan 27-28 Oktober 2015 menjadi susut. Sementara itu, bank sentral Jepang juga diperkirakan menambah kebijakan lebih longgar pada akhir bulan ini.
"Pelaku pasar tetap percaya kalau data ekonomi yang lemah akan menekan bank sentral di Jepang dan Eropa untuk memberikan rangsangan stimulus lebih. Sementara itu, bank sentral AS juga akan menunda kenaikan suku bunganya," ujar Matthew Sherwood, Kepala Riset Perpetual Ltd, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (6/10/2015).
Penguatan indeks saham acuan regional itu juga didukung dari indeks saham Jepang Topix naik 1,4 persen setelah yen melemah 0,5 persen di awal pekan. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berupaya mendorong perubahan struktural untuk meningkatan ekonomi Jepang.
Pihaknya pun sebagai negosiator mencapai kesepakatan untuk fakta perdagangan Pasifik sehingga menciptakan zona perdagangan regional terbesar di dunia. Trans Pacific-Partnership sendiri masih perlu diratifikasi oleh anggota parlemen di 12 negara anggotanya.
Penguatan indeks saham acuan regional juga ditopang oleh indeks saham Australia/ASX 200 menguat 1,2 persen dan indeks saham Selandia Baru/NZX 50 naik 0,8 persen. Diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 1 persen.
Sementara itu, dolar AS cenderung bervariasi terhadap sejumlah mata uang utama. Dolar AS diperdagangkan di kisaran 120,48 terhadap yen. Sedangkan dolar terhadap euro menjadi US$ 1.1188. Di pasar komoditas, harga minyak untuk jenis Brent naik 2,3 persen menjadi US$ 49,22 per barel. (Ahm/Zul)
Source: liputan6.com