Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 06 Oktober 2015
Bursa Asia Naik Terkena Sentimen Positif Wall Street

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Selasa pekan ini mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS) yang melonjak. Penguatan bursa saham ini dipicu spekulasi kalau bank sentral global akan tetap akomodatif untuk mengatasi pertumbuhan ekonomi melemah.

Indeks saham MSCI Asia Pacific yang merupakan indeks saham acuan regional naik 0,8 persen menjadi 128,88 pada pukul 09.00 waktu Tokyo. Penguatan indeks saham ini memperpanjang penguatan dalam lima hari menjadi 6,4 persen.

Harapan pelaku pasar terhadap kebijakan bank sentral AS atau The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan 27-28 Oktober 2015 menjadi susut. Sementara itu, bank sentral Jepang juga diperkirakan menambah kebijakan lebih longgar pada akhir bulan ini.

"Pelaku pasar tetap percaya kalau data ekonomi yang lemah akan menekan bank sentral di Jepang dan Eropa untuk memberikan rangsangan stimulus lebih. Sementara itu, bank sentral AS juga akan menunda kenaikan suku bunganya," ujar Matthew Sherwood, Kepala Riset Perpetual Ltd, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (6/10/2015).

Penguatan indeks saham acuan regional itu juga didukung dari indeks saham Jepang Topix naik 1,4 persen setelah yen melemah 0,5 persen di awal pekan. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berupaya mendorong perubahan struktural untuk meningkatan ekonomi Jepang.

Pihaknya pun sebagai negosiator mencapai kesepakatan untuk fakta perdagangan Pasifik sehingga menciptakan zona perdagangan regional terbesar di dunia. Trans Pacific-Partnership sendiri masih perlu diratifikasi oleh anggota parlemen di 12 negara anggotanya.

Penguatan indeks saham acuan regional juga ditopang oleh indeks saham Australia/ASX 200 menguat 1,2 persen dan indeks saham Selandia Baru/NZX 50 naik 0,8 persen. Diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 1 persen.

Sementara itu, dolar AS cenderung bervariasi terhadap sejumlah mata uang utama. Dolar AS diperdagangkan di kisaran 120,48 terhadap yen. Sedangkan dolar terhadap euro menjadi US$ 1.1188. Di pasar komoditas, harga minyak untuk jenis Brent naik 2,3 persen menjadi US$ 49,22 per barel. (Ahm/Zul)


Source: liputan6.com
Rupiah Perkasa, IHSG Naik 37 Poin ke Level 4.381

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melanjutkan penguatan di awal sesi pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Gerak IHSG ini mengikuti bursa saham global dan Asia yang menguat seiring spekulasi kalau bank sentral Amerika Serikat (AS) belum akan menaikkan suku bunga pada 2015.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Selasa (6/10/2015), IHSG naik 37,57 poin atau 0,87 persen ke level 4.381,27. Indeks saham LQ45 naik 1,31 persen ke level 743,32.Penguatan IHSG ini juga berlanjut pada pembukaan pukul 09.00 WIB. IHSG dibuka naik 70,13 poin atau 1,61 persen ke level 4.413,83. Indeks saham LQ45 menguat 2,22 persen ke level 749,97.

Ada sebanyak 125 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG melanjutkan penguatannya. Sedangkan 14 saham melemah dan 38 saham diam di tempat. Di awal sesi perdagangan saham, IHSG sempat sentuh level tertinggi 4.416,30 dan terendah 4.381,27.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 14.702 kali dengan volume perdagangan 350,79 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 409,63 miliar.Secara sektoral, sepuluh sektor saham kompak menghijau.

Sektor saham aneka industri naik 3,74 persen, dan memimpin penguatan sektor saham. Lalu disusul sektor saham industri dasar naik 2,06 persen dan sektor saham manufaktur mendaki 1,89 persen.

Investor asing pun masih melanjutkan aksi beli di pasar modal Indonesia. Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 56 miliar. Pemodal lokal melakukan aksi jual sekitar Rp 56 miliar.

Saham-saham berkapitalisasi besar cenderung menguat dan sebagai penggerak indeks saham pada awal sesi perdagangan. Saham ASII naik 4,23 persen ke level Rp 5.550, saham ANTM melonjak 4,99 persen ke level Rp 505 per saham, dan saham BBCA naik 2,39 persen ke level Rp 12.850 per saham.

Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham DAJK turun 9,82 persen ke level Rp 294 per saham, saham DYAN susut 2,9 persen ke level Rp 67, dan saham BEST melemah 2,02 persen ke level Rp 291 per saham.

Di bursa saham Asia, indeks saham cenderung positif. Indeks saham Jepang Nikkei naik 1,28 persen ke level 18.236, diikuti indeks saham Singapura mendaki 1,02 persen ke level 2.880 dan indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 0,54 persen ke level 21.971,58.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) makin perkasa. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di ksiaran 14.243 pada pagi ini.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan kondisi pasar saham yang menguat akan mendorong IHSG kembali menguat. Rendahnya risiko aliran dana investor asing dan peluang penguatan lanjutan rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) akan menjadi penopang penguatan IHSG."

Dari domestik pasar juga akan mengantisipasi rencana pemerintah mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap III pada Kamis pekan ini. IHSG akan bergerak di kisaran support 4.310 dan resistance 4.370," kata David. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Rupiah Sempat Sentuh Level 14.200 Per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan penguatannya pada perdagangan Selasa (6/10/2015). Hal itu dipicu dari sentimen rilis data ekonomi AS tak sesuai harapan terutama rilis data tenaga kerja dan penantian pelaku pasar terhadap rilis paket kebijakan ekonomi jilid III.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat 22 poin menjadi ke level 14.481 pada Selasa 6 Oktober 2015 dari penutupan perdagangan Senin 5 Oktober 2015 di kisaran 14.503.

Pada pukul 09.10 waktu Jakarta, rupiah pun sempat sentuh ke level 14.200 per dolar AS. Sepanjang pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran 14.175-14.481.  Berdasarkan data RTI pun, rupiah berada di kisaran 14.243 per dolar AS.

Analis PT Bank Woori Saudara Tbk, Rully Nova menuturkan penguatan rupiah ini didukung sentimen eksternal dan internal. Dari eksternal, data tenaga kerja AS memburuk seiring penyerapan data tenaga kerja di sektor non pertanian dan pemerintah hanya 142 ribu pada September 2015 dari prediksi sekitar 200 ribu telah memberikan sentimen positif terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah.

Rully mengatakan, data tenaga kerja AS memburuk itu membuat harapan pelaku pasar kalau bank sentral AS atau The Federal Reserve belum akan menaikkan suku bunganya.

"Kemungkinan kenaikan suku bunga bank sentral AS mundur pada November atau Desember. Jadi masih ada ruang untuk penguatan rupiah," kata Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, kalau dari sentimen internal pelaku pasar menanti rilis paket kebijakan pemerintah jilid III. Diharapkan paket kebijakan ekonomi jilid III ini dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi. "Sentimen positif datang dari domestik dan eksternal sehingga mendorong penguatan rupiah," ujar Rully.

Rully memprediksi, penguatan rupiah ini hanya jangka pendek saja. Hal itu mengingat isu utama masih dari kapan kepastian kenaikan suku bunga bank sentral AS. "Kalau data ekonomi AS rupiah melemah, dan sebaliknya kalau data ekonomi AS negatif rupiah menguat. Data ekonomi seperti inflasi dan tenaga kerja jadi pertimbangan bank sentral AS," tutur Rully.

Rully menilai, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah menemukan titik equilibrum baru. Jadi kekhawatiran pelaku pasar terhadap nilai tukar rupiah akan menembus 15.000 per dolar AS menjadi susut. "Rupiah akan bergerak di kisaran 14.000-14.100 per dolar AS," kata Rully.

Kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan kalau rupiah telah melemah terhadap dolar AS sekitar 17,8 persen dari posisi 12.440 pada 31 Desember 2014 menjadi 14.696 pada 30 September 2015.

Rupiah Seharusnya Menguat

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro pernah mengatakan kalau saat ini terjadi kondisi anomali sehingga memicu pelemahan nilai tukar rupiah.Menurut Bambang, variabel indikator ekonomi makro Indonesia sudah menunjukkan perbaikan dari sisi defisit transaksi berjalan semakin menyempit, inflasi lebih terkendali dan neraca perdagangan mengalami surplus.

Dia menjelaskan, defisit transaksi berjalan Indonesia sudah menyentuh di bawah 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara inflasi, sambungnya, mengarah di bawah 7 persen secara tahunan (year on year) dan berada di kisaran 2,2 persen-2,3 persen (year to date).  Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus dengan realisasi penurunan impor.

"Indikator makronya sudah membaik, sebenarnya syarat untuk penguatan rupiah sudah ada. Tapi memang kondisi global dan isu sentimen domestik lain yang mengakibatkan (pelemahan kurs rupiah)," ujar Bambang. (Ilh/Ahm)


Source: liputan6.com
Simak Nilai Tukar Rupiah di 4 Bank Besar pada 6 Oktober Ini

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat bahkan sempat menyentuh level 14.200 per dolar AS pada perdagangan Selasa (6/10/2015). Level rupiah tersebut bangkit dari level terlemah 17 tahun di kisaran level 14.828 yang disentuh pada 29 September 2015.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat 22 poin menjadi ke level 14.481 pada Selasa 6 Oktober 2015 dari penutupan perdagangan Senin 5 Oktober 2015 di kisaran 14.503.

Pada pukul 09.10 waktu Jakarta, rupiah pun sempat sentuh ke level 14.200 per dolar AS. Sepanjang pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran 14.175-14.481. Berdasarkan data RTI pun rupiah berada di kisaran 14.243 per dolar AS

Bagaimana dengan kurs nilai tukar rupiah di beberapa bank besar?. Berikut ini adalah daftar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS untuk periode 6 Oktober 2015, seperti dikutip dalam situs resmi bank:

PT Bank Mandiri Tbk mematok kurs beli pada angka Rp 13.907 per dolar AS, sedangkan untuk jual di angka Rp 14.320 per dolar AS.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mematok kurs beli di angka Rp 14.155 per dolar AS, sedangkan untuk kurs jual di angka Rp 14.345 per dolar AS.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mematok kurs yang berbeda-beda. Untuk transaksi di e-rate atau transaksi melalui e-channel memasang kurs jual di Rp 14.265 per dolar AS dan kurs beli di Rp 14.245 per dolar AS.

Untuk transaksi di konter atau kantor cabang dipatok Rp 14.425 per dolar AS untuk jual dan beli Rp 14.125 per dolar AS. Adapun untuk transaksi bank note, BCA mematok Rp 14.425 per dolar AS untuk jual dan Rp 14.125 per dolar untuk beli.

Sementara itu, PT Bank Panin Tbk mematok jual di level 14.300 per dolar AS dan 14.225 per dolar AS untuk kurs beli.

Kurs jual adalah harga yang dipatok oleh bank jika nasabah ingin menukar rupiah ke dolar AS. Kurs beli adalah jika nasabah ingin menukar dolar AS ke rupiah.


Source: liputan6.com
Dana Asing Kembali, Rupiah Alami Penguatan Terbesar Sejak 2013

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) alami lonjakan terbesar sejak Mei 2012. Penguatan ini juga diikuti laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham Selasa pekan ini.

Hal ini dipicu ada sinyal kalau investor kembali ke aset investasi di Indonesia. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing telah melakukan aksi beli sekitar Rp 396,30 miliar sejak perdagangan saham 2 Oktober 2015.

Rupiah melonjak 1,8 persen menjadi 14.233 per dolar AS pada pukul 11.36 waktu Jakarta. Pada pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah naik 2,8 persen, dan mengikis pelemahan menjadi 13 persen.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pun menunjukkan rupiah menguat terhadap dolar AS. Rupiah menguat 222 poin menjadi 14.382 per dolar AS dibandingkan perdagangan Senin 5 Oktober 2015 di level 14.604 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah bergerak di kisaran 14.175-14.481 per dolar AS.

Penguatan rupiah ini memimpin reli di antara mata uang Asia pada perdagangan Selasa pekan ini. Spekulasi kalau bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve akan menunda kenaikan suku bunga hingga tahun depan berdampak positif ke rupiah."Ada sejumlah kesempatan di negara berkembang termasuk Indonesia menyusul aksi jual baru-baru ini," ujar Michael Hasenstab, Analis Franklin Templeton seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (6/10/2015).

Rencana rilis paket kebijakan ekonomi jilid III juga ditunggu pelaku pasar. Paket kebijakan ekonomi jilid III  yang akan lebih tepat sasaran menjadi angin segar bagi ekonomi Indonesia.  "Semua langkah-langkah pemerintah dan bank sentral menunjukkan ketekunannya untuk mendukung penguatan rupiah," ujar Kepala Riset Malayan Banking Bhd, Saktiandi Supaat.

Seperti diketahui, dana investor asing keluar dari pasar modal Indonesia mencapai US$ 1,2 miliar pada 2015 sedangkan dari obligasi pemerintah mencapai US$ 833 juta atau sekitar Rp 11,86 triliun pada kuartal II 2015. Aksi jual investor ini dipicu ekonomi China melambat dan rencana bank sentral AS atau The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunganya. Sementara itu, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik tipis menjadi 9,15 persen.

Sentimen "Menghidupkan"

Sejumlah analis menilai ada berbagai sentimen yang mendukung penguatan rupiah mulai dari internal dan eksternal. "Ada sentimen variasi antara investor lokal dan asing kembali ke pasar karena sentimen berubah menjadi lebih baik," ujar Ikhwani Fauzana, Kepala Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk.

Sedangkan Supaat memprediksi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat melemah ke level 15.000 pada akhir tahun. Akan tetapi, kebijakan bank sentral untuk menstabilkan rupiah dan tekad pemerintah menarik investasi dapat mendorong rupiah bergerak ke level 14.500 per dolar AS.

Dari eksternal, pengusaha AS hanya menambahkan sedikit tenaga kerja pada September dari perkiraan. Penyerapan tenaga kerja AS dari non sektor pertanian dan pemerintah bertambah menjadi 142 ribu pada September 2015 dari perkiraan sebelumnya 200 ribu. Rilis data ekonomi AS ini membuat spekulasi kalau bank sentral AS akan menahan suku bunganya.

"Tidak ada sesuatu mendasar terjadi. Setelah keluar angka data tenaga kerja AS sehingga menangkap posisi dolar AS dalam jangka panjang. Reli terjadi pada rupiah hanya sementara," ujar Sean Yokota, Kepala Riset Skandinaviska Enskilda Banken AB. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Investor Asing Kembali Masuk, IHSG Naik 2,35% ke 4.445

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu bertenaga hingga melanjutkan kenaikan pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan antisipasi pelaku pasar terhadap laporan keuangan emiten kuartal III dan paket kebijakan ekonomi jilid III menjadi sentimen positif.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (6/10/2015), IHSG menguat 102,08 poin (2,35 persen) ke level 4.445,78. Indeks saham LQ45 naik 3,49 persen ke level 759,31. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau kecuali indeks saham DBX turun 0,11 persen ke level 672,50.

Ada sebanyak 177 saham menguat sehingga mengantarkan IHSG ke zona hijau. Sedangkan 116 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. Adapun 87 saham lainnya diam di tempat.Pada perdagangan saham Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 4.464 dan terendah 4.381. Transaksi perdagangan saham hari ini cukup ramai.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 347.328 kali dengan volume perdagangan saham 6,55 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 7,2 triliun.

Secara sektoral, delapan sektor saham menghijau dari sepuluh sektor saham kecuali sektor saham perkebunan turun 1,09 persen dan sektor saham tambang susut 0,47 persen.Sektor saham aneka industri naik 8,9 persen, dan memimpin penguatan sektor saham, disusul sektor saham keuangan mendaki 3,42 persen, dan sektor saham manufaktur susut 3,07 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing cenderung melakukan aksi beli pada Selasa pekan ini. Investor asing mencatatkan aksi beli mencapai Rp 800 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi jual sekitar Rp 800 miliar.

Saham-saham berkapitalisasi besar cenderung menguat tajam dan jadi penggerak indeks saham. Saham ASII naik 11,27 persen ke level Rp 5.925 per saham, saham BMRI menguat 8,54 persen ke level Rp 8.900 per saham, dan saham KLBF mendaki 9,38 persen ke level Rp 1.575 per saham.Sedangkan saham-saham yang tertekan yaitu saham perkebunan dan tambang.

Saham-saham itu antara lain saham BWPT turun 3,1 persen ke level Rp 219 per saham, saham INCO melemah 6,64 persen ke level Rp 2.320 per saham, dan saham LSIP tergelincir 4,07 persen ke level Rp 1.415 per saham.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya mengatakan, efek penguatan rupiah telah mendongkrak IHSG di tengah menyongsong laporan keuangan emiten kuartal III. Ditambah bursa saham regional dan global positif. Penguatan bursa saham global ini didukung dari spekulasi kalau bank sentral Amerika Serikat (AS) masih menunda kenaikan suku bunganya.

"Aliran dana investor asing juga mulai kelihatan. Hari ini aliran dana investor asing cukup besar dibandingkan kemarin," kata William saat dihubungi Liputan6.com.

Saat ditanya mengenai sektor saham aneka industri yang menguat pada hari ini, William menilai hal itu karena valuasi saham sektor aneka industri sudah murah setelah turun tajam.

Berdasarkan data RTI, nilai tukar rupiah berada di posisi 14.232 per dolar AS. Di bursa saham Asia, indeks saham cenderung menguat. Indeks saham Jepang Nikkei naik 1 persen ke level 18.186 dan indeks saham Singapura mendaki 1,52 persen ke level 2.894. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com