Prev Oktober 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
27 28 29 30 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
01 02 03 04 05 06 07
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 05 Oktober 2015
Rilis Kinerja Emiten Bakal Jadi Beban IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih melanjutkan pelemahan pada perdagangan saham Senin pekan ini. IHSG dipengaruhi rilis laporan kinerja emiten kuartal III 2015.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menuturkan IHSG masih tertekan seiring sentimen laporan keuangan kuartal III 2015. Lantaran nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal III sehingga mempengaruhi kinerja emiten.

"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih sangat mempengaruhi sehingga berimbas ke kinerja emiten," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Senin (5/10/2015).

Alfred menuturkan, pelaku pasar menantikan kejutan sentimen positif dari dalam negeri. Hal itu terutama realisasi paket kebijakan ekonomi jilid III. "Diharapkan paket ekonomi jilid III lebih terarah dan meyentuh persoalan. September terjadi deflasi menunjukkan kalau pemerintah berhasil mengendalikan harga," ujar Alfred.

Sedangkan dari sentimen eksternal, Alfred menilai belum ada rilis data ekonomi signifikan yang mempengaruhi IHSG di awal pekan ini.

Melihat kondisi itu, Alfred menuturkan, IHSG akan bergerak di kisaran 4.133-4.300 pada perdagangan saham Senin pekan ini.

Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan IHSG mengalami konsolidasi usai kenaikan pada pekan lalu. IHSG masih berpotensi untuk menggapai level resistance 4.308 selama level support 4.120 dapat terjaga.

William menuturkan, IHSG juga masih akan dipengaruhi laporan kinerja emiten kuartal III 2015.

Untuk rekomendasi saham, Alfred memilih emiten berorientasi ekspor untuk dicermati pelaku pasar seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Selain itu, Alfred memilih saham sektor bank yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).

William memilih saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Pada penutupan perdagangan saham Jumat 2 Oktober 2015, IHSG melemah 47,07 poin (1,1 persen) ke level 4.207,79. Pada Jumat pekan lalu, investor melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 61 miliar. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
IHSG Sepekan Dibayangi Laporan Kinerja Emiten Kuartal III

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah pada perdagangan saham sepekan. Indeks saham tertekan oleh laporan keuangan kuartal III yang diperkirakan tidak sesuai ekspektasi pelaku pasar.

Analis PT Investa Saran, Mandiri Hans Kwee mengatakan buruknya laporan keuangan kuartal III imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Kuatal III  kurang baik karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, perlambatan ekonomi, komoditas rendah dan ekspor impor turun," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (5/10/2015).

Di samping itu, belum pulihnya perekonomian Amerika Serikat (AS) membuat The Federal Reserve (The Fed) masih menunda kenaikan suku bunga acuan. Hal tersebut menjadi kekhawatiran pelaku pasar.

"Data Jumat yang keluar, data pengangguran yang tetap, tetapi penyerapan tenaga kerja rendah dan kenaikan upah tetap di AS , plus data order pabrik yang turun membuat peluang penundaan kenaikan Fed rate," jelas Hans.

Selama sepekan, Hans mengatakan  IHSG akan bergerak pada level support 4.200-4.168. Kemudian resistance pada level 4.270-4.308.

Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan IHSG berpeluang menguat pada perdagangan saham sepekan. Penguatan indeks saham ditopang oleh aksi beli investor asing.

"Masih adanya aksi jual membuat IHSG masih berada di zona merahnya. Tren pelemahan pun di pekan kemarin masih berlanjut. Akan tetapi, di sisi lain adanya dorongan beli dari investor lainnya dapat membuat laju IHSG tertahan dari pelemahannya. Peluang kenaikan IHSG dapat muncul di pekan depan jika pelaku pasar dapat kembali melanjutkan aksi belinya," jelas dia dalam risetnya.

Dia menuturkan, indeks saham akan bergerak pada level support 4.000-4.012, kemudian resistance pada level 4.245-4.300.

Untuk pekan ini Hans merekomendasikan jual ketika menguat untuk saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Kemudian pembelian spekulatif untuk saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

.Pada penutupan Jumat, 2 Oktober 2015 indeks saham ditutup melemah 47,07 poin atau 1,11 persen ke level 4.207,79. Selama pekan lalu, investor asing mencatatkan aksi jual sekitar Rp 682,96 miliar. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Data Ekonomi AS Lesu, Bursa Saham Asia Sumringah

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia menguat di awal pekan setelah harapan terhadap prospek kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve susut setelah dana tenaga kerja lebih lemah dari perkiraan.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang naik 0,7 persen. Diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,6 persen dan indeks saham Australia mendaki 1,9 persen. Indeks saham Jepang Tokyo menanjak 1 persen. Indeks saham Jepang Nikkei menguat 1,5 persen dan indeks saham Selandia Baru/NZX menguat 1,2 persen.

Rilis data ekonomi AS menjadi fokus perhatian pelaku pada awal pekan ini. Pada Jumat pekan lalu, AS merilis data gaji non pertanian naik 142 ribu pada September 2015, angka ini jauh lebih rendah dari yang diharapkan pelaku pasar.

Laporan pekerjaan lesu ini mendorong keraguan kalau ekonomi AS itu cukup kuat untuk menahan kenaikan suku bunga AS sebelum akhir tahun. Sentimen tersebut pun juga memberikan sentimen positif pada bursa saham AS. Indeks saham Dow Jones dan S&P masing-masing naik lebih dari 1 persen.

"Rilis data ekonomi AS kemarin telah mengesampingkan sentimen untuk kenaikan suku bunga bank sentral AS, dan pasar juga menjadi ragu pada pertemuan bank sentral AS pada Desember," ujar Evan Lucas, Analis IG Ltd, seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (5/10/2015).

Di awal pekan ini, obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik setelah data pekerjaan AS lesu. Sementara itu, indeks dolar AS cenderung defensif terhadap sejumlah mata uang utama. Indeks dolar AS berada di kisaran 95,507.  Euro stabil di kisaran US$ 1,1217.

Harga minyak cenderung sedikit merosot di awal pekan. Harga minyak acuan AS turun 0,5 persen ke level US$ 45,31 setelah naik 1,8 persen pada Jumat pekan lalu.(Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Data Pekerja AS Lesu, Rupiah Sentuh Level 14.552 per Dolar

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat pada perdagangan Senin siang (5/10/2015) dipicu data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) tidak sesuai harapan pelaku pasar.

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka menguat tipis 9 poin ke level 14.637 per dolar AS dibandingkan penutupan pada Jumat pekan lalu di level 14.646 per dolar AS. Nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 14.563 per dolar AS pada pukul 11.37 WIB. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.545 per dolar AS-14.651 per dolar AS. Pada pukul 12.14 WIB, rupiah sentuh level 14.552 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 100 poin menjadi 14.604 per dolar AS pada Senin dari perdagangan Jumat pekan lalu yang berada di level 14.709 per dolar AS.

Analis Pasar Uang Esandar Arthamas Berjangka, Tony mariano mengatakan pengautan rupiah karena data tenaga kerja AS tidak sesuai harapan pasar.

"Mata uang rupiah menguat seirama dengan penguatan mata uang regional terhadap dolar Amerika Serikat akibat dari data ketenagakerjaan AS yang keluar lebih rendah dari perkiraan pasar," kata Tony.

Tony juga mengatakan, ketidakpastian mengenai waktu kenaikan suku bunga bank sentral AS atau The Federal Reserve, membuat para pelaku pasar tidak terlalu berani menjual dolar AS secara agresif sehingga membuat dolar AS masih dalam tren positif untuk jangka menengah.

Pada Jumat pekan lalu, AS merilis data non farm payroll atau data penyerapan tenaga kerja non sektor pertanian dan pemerintah. Data tenaga kerja tersebut naik 142 ribu pada September 2015, angka ini jauh lebih rendah dari yang diharapkan pelaku pasar sebesar 201 ribu.

Sepanjang tahun ini rupiah telah melemah sekitar 17,55 persen terhadap dolar AS, dikarenakan ekpektasi kenaikan suku bunga AS, dan devaluasi yuan atau pelemahan mata uang oleh China pada Agustus 2015. (Ilh/Ahm)

 

 


Source: liputan6.com
Data Tenaga Kerja AS Dorong Rupiah Menguat dalam Dua Minggu Ini

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) naik dalam dua minggu ini. Penguatan ini juga diikuti oleh obligasi pemerintah. Data tenaga kerja AS terutama sektor non pertanian dan pemerintah yang di bawah harapan pelaku pasar pada September 2015 telah memberikan sentimen positif.

Para pengusaha di AS ternyata hanya merekrut pegawai lebih sedikit pada September 2015. Dari data tenaga kerja yang dirilis penyerapan tenaga kerja mencapai 142 ribu dari perkiraan sekitar 201 ribu tenaga kerja.

Dengan sentimen tersebut mata uang dan bursa saham Asia reli di awal pekan ini. Sentimen rilis data ekonomi tenaga kerja AS itu mendorong harapan kalau bank sentral AS atau The Federal Reserve belum menaikkan suku bunga pada 2015. Ada pun Indonesia dinilai rentan terhadap kenaikan suku bunga lantaran hal itu dapat mengikis keuntungan imbal hasil obligasi. Padahal kepemilikan obligasi pemerintah Indonesia  oleh investor asing tertinggi di Asia Tenggara.

"Implikasi positif adalah kenaikan suku bunga tahun ini bisa tertunda hingga tahun depan. Pada saat sama ada pandangan kalau penyerapan data tenaga kerja melambat," ujar Sim Moh Siong, Analis Bank of Singapore Ltd seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (5/10/2015).

Rupiah telah menguat 0,5 persen, dan penguatan ini terbesar sejak 18 September 2015. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menguat ke level 14.568 pada pukul 10.58 WIB. Penguatan ini juga mengikis pelemahan rupiah menjadi 15 persen.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 100 poin menjadi 14.604 per dolar AS pada Senin dari perdagangan Jumat pekan lalu yang berada di level 14.709 per dolar AS.Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia yang jatuh tempo pada September 2026 turun 15 basis poin menjadi 9,23 persen. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com