Berita Kurs Dollar pada hari Sabtu, 30 Mei 2015 | |
Pemerintah Bakal Terbitkan Global Bond di Semester I | |
Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan penerbitan surat hutang berdenominasi valas (global bond) non rupiah akan dilakukan sebelum Juni 2015. "Kami sudah komit bahwa pengeluaran bond non rupiah itu akan dilakukan lebih cepat sebelum semester dua. Semua yang non rupiah pokoknya," kata Bambang, di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (19/3/2015). Kebijakan suku bunga The Federal Reserve juga menjadi perhatian pemerintah. Bambang mengakui masih ada ketidak pastian tentang keputusan waktu dan besaran The Fed untuk menaikan tingkat suku bunga. "Ya namanya juga semua menunggu kapan dan berapa besar. Palingnya sudah ada indikasi seberapa besar yang dibayangkan dana mungkin tidak secepat yang dibayangkan," tutur Bambang. Menurut Bambang, penguatan mata uang dolar AS terlalu cepat akan berdampak buruk pada perekonomian Amerika Serikat. Karena itu, negeri Paman Sam tersebut harus memperhitungkan kondisi dalam negerinya. "Tentunya ekonomi Amerika Serikat juga harus melihat kalau dolar AS menguat terlalu cepat akan merugikan ekonomi mereka. Mereka harus hitung bahwa penaikan tingkat bunga dolar harus memeprhatikan kondisi dalam negeri," tutupnya. (Pew/Ahm) Source: liputan6.com |
|
Awal Pekan, Rupiah Masih di Level 13.100 per Dolar AS | |
Liputan6.com, Jakarta - Rupiah tercatat memimpin pelemahan 1,2 persen di antara negara-negara Asia dan nyaris menembus level 13.200 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu. Hari ini, rupiah akhirnya menunjukkan penguatan, meski masih di kisaran 13.100 per dolar AS. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Senin (11/5/2015), menunjukkan rupiah menguat tipis dan masih berkutat di kisaran 13.100 per dolar AS. Pada perdagangan di awal pekan, rupiah berada di level 13.116 per dolar AS setelah akhir pekan lalu melemah cukup signifikan ke kisaran 13.177 per dolar AS. Data valuta asing Bloomberg, juga menunjukkan penguatan tipis nilai tukar rupiah sebesar 0,05 persen ke level 13.114 per dolar AS. Nilai tukar rupiah sebelumnya juga dibuka menguat di level 13.082 per dolar AS. Tak bergerak signifikan, nilai tukar rupiah tercatat masih berkutat di kisaran 13.077-13.130 per dolar AS. Analis Pasar Uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditopang dari sentimen eksternal. Rilis data ekonomi AS bervariasi membuat dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan kalau angka pengangguran turun ke level 5,4 persen. Sedangkan jumlah data penggajian non sektor pertanian atau disebut nonfarm payroll bertambah menjadi 223 ribu pekerja pada April 2015. "Sedangkan dari domestik, ada ketakutan pelaku pasar terhadap perlambatan ekonomi di kuartal I 2015. Akan tetapi, perlambatan ekonomi terjadi wajar karena belanja pemerintah belum maksimal," kata Rully saat dihubungi Liputan6.com. Ia menambahkan, realisasi belanja pemerintah mulai maksimal pada kuartal II 2015. Hal ini diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini hanya sementara. Lantaran rencana kenaikan suku bunga AS masih mewarnai laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Volatilitas rupiah masih akan cukup tinggi di kisaran 13.000 per dolar AS," ujar Rully. Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Dian Ayu Yustina menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah kali ini dipicu sentimen negatif dari dalam negeri. Adanya kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi salah satu penyebab melemahnya rupiah lebih jauh. Pekan lalu, Badan Pusat Statisitik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai 4,71 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau turun dibandingkan kuartal I 2014 sebesar 5,21 persen. Dalam data BPS, perlambatan pertumbuhan ekonomi RI dipengaruhi melemahnya perekonomian di China. Rupiah melemah setelah pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia menunjukkan adanya perbedaan kebijakan moneter. Dian melanjutkan, penyebab lain pelemahan rupiah adalah isu keinginan pemerintah untuk memangkas suku bunga. Jika Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI Rate, maka imbal hasil yang didapat oleh investor di instrumen pasar uang juga akan menurun. Hal tersebut mengakibatkan larinya dana-dana asing ke luar dari Indonesia (capital outflow). Sementara itu, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, dirinya akan menahan suku bunga tetap stagnan dalam beberapa waktu ke depan. Saat ini suku bunga acuan berada di kisaran 7,5 persen. (Sis/Ahm)
Source: liputan6.com |
|
Bank Mandiri Kucurkan Kredit Rp 3 Triliun buat Pelindo IV | |
Liputan6.com, Jakarta - Bank Mandiri mengucurkan kredit investasi Rp 3 triliun kepada PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV guna mendukung pembangunan Makassar New Port serta pengembangan peralatan, fasilitas pelabuhan dan modernisasi peralatan bongkar muat di berbagai wilayah kerja Pelindo IV. Kucuran kredit ini dalam upaya mendukung program infrastruktur pemerintah. Dalam pembangunannya, Pelindo IV yang tengah mengusung tagline menjadi Lokomotif Indonesia Timur mengembangkan konsep port create the trade atau mengikuti supply approach strategy. Diharapkan, pembangunan pelabuhan akan memancing pertumbuhan arus kapal yang didukung oleh pertumbuhan industri di Kawasan Timur Indonesia.(Nrm/Gdn) Source: liputan6.com |
|
Bank Mandiri Terbitkan NCD Perdana | |
Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk berencana untuk menerbitkan Negotiable Certificate of Deposit (NCD). Penerbitan NCD ini untuk pertama kalinya bagi Bank Mandiri. Source: liputan6.com |
|
Rupiah Kembali Melemah ke Kisaran 13.100 per Dolar AS | |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali ke kisaran 13.100 per dolar AS di awal pekan. Meski mayoritas data ekonomi Amerika Serikat (AS) kurang positif, tapi nilai tukar dolar AS masih menunjukkan penguatan tipis. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Senin (18/5/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah kembali melemah ke level 13.116 per dolar AS. Di akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah sempat menunjukkan penguatan di level 13.090 per dolar AS. Sementara itu, data valuta asing Bloomberg, mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,27 persen ke level 13.119 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:04 waktu Jakarta. Sebelumnya, rupiah masih di buka di kisaran 13 ribu per dolar AS. Di awal perdagangan hari ini, rupiah cenderung berfluktuasi melemah dan berkutat di kisaran 13.070 - 13.136 per dolar AS. Meski nilai tukar dolar AS menguat tipis, tapi tren penurunan masih sangat kuat terlihat. Itu lantaran belum ada data ekonomi AS yang sangat positif yang dapat menarik dolar AS keluar dari tren pelemahan. Sementara dari sentimen domestik, wacana kebijakan perekonomian pemerintah untuk mempercepat laju pertumbuhan masih belum terlalu meyakinkan. "Kondisi ini membuat para investor masih pesimistis. Rupiah secara umum masih berpeluang menguat, tapi pada perdagangan hari ini, dolar tampaknya masih lebih perkasa," ulas Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta. Pada perdagangan hari ini, tak hanya rupiah, dolar Singapura dan ringgit Malaysia juga menunjukkan pelemahan cukup tipis terhadap dolar AS. Sementara itu, Analis Pasar Uang PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Rahmat Wibisono mengatakan, ada sejumlah faktor membuat rupiah tertekan di awal pekan ini. Pertama, laju Indeks Harga Saham Gabunan (IHSG) masih fluktuaktif. Kedua, spekulan memanfaatkan spekulasi perubahan suku bunga acuan/BI Rate. Bank Indonesia (BI) akan menggelar rapat Dewan Gubernur pada 19 Mei 2015. Rahmat mengatakan, ada harapan BI Rate dapat kembali diturunkan mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif melambat pada kuartal I 2015. Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,7 persen. Karena itu, realisasi belanja pemerintah lewat proyek pembangunan infrastruktur dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Ada spekulasi perubahan suku bunga apakah bertahan dan turun. Kalau BI Rate dinaikkan maka risikonya ada biaya tinggi dan hambat pertumbuhan ekonomi. Peluangnya 50:50 untuk BI Rate," kata Rahmat saat dihubungi Liputan6.com. Meski demikian, Rahmat memperkirakan, BI Rate tetap di level 7,5 persen. BI tidak akan mengambil risiko untuk pertumbuhan ekonomi. Realisasi belanja pemerintah akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Selain itu, Rahmat menilai, potensi kenaikan suku bunga AS cukup kuat juga masih mempengaruhi laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Rupiah akan bergerak di kisaran 13.100-13.150 per dolar AS pada hari ini," tutur Rahmat. (Sis/Ahm) Source: liputan6.com |
|
Suku Bunga Acuan RI Tertinggi di ASEAN, Ini Kata Gubernur BI | |
Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tercatat memiliki tingkat suku bunga paling tinggi di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Source: liputan6.com |
|
Menkeu Dukung BI Turunkan DP Kredit Ketimbang Pangkas BI Rate | |
Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan level suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sebesar 7,5 persen. Hal ini dinilai baik bagi stabilisasi mata uang rupiah melalui kebijakan pengetatan moneter. "Kalau mau relaksasi, lebih baik di makroprudensial di LTV. Tidak harus dengan menurunkan BI Rate," pungkas Bambang. Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, rencana pelonggaran aturan LTV lebih ditujukan untuk menumbuhkan pembiayaan kredit untuk properti dan kendaraan bermotor. Source: liputan6.com |
|
Menperin Minta BI Rate Tak Dipatok Terlalu Tinggi | |
Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tercatat memiliki tingkat suku bunga paling tinggi di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Menteri Perindustrian Saleh Husin berharap suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang ditetapkan tak tinggi agar pengusaha lebih leluasa. Saleh mengatakan, jika suku bunga tidak terlalu tinggi akan berdampak baik untuk mengembangkan usaha. Sebab, mayoritas dana pengembangan usaha berasal dari pinjaman bank. Dengan suku bunga yang tinggi, lanjut dia, kalangan industri akan melakukan efisiensi agar bisa tetap produksi. Source: liputan6.com |
|
BI Rate Tetap, Rupiah Masih Loyo | |
Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menunjukkan komitmennya untuk membantu meningkatkan laju perekonomian dengan keputusan mempertahankan BI Rate di level 7,5 persen. Namun komitmen BI tersebut tak mampu membuat nilai tukar rupiah perkasa. Source: liputan6.com |
|
Beri Diskon Menginap di Hotel, Bank Mandiri Genjot Pendapatan | |
Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melakukan penandatanganan kerjasama bisnis dengan Accor. Accor sendiri merupakan operator hotel dengan brand seperti Sofitel, Pullman, MGallery, Grand Mercure, Novotel, Ibis. Kerjasama menyasar pemegang kartu debit dan kredit Bank Mandiri untuk memperoleh harga murah ketika menginap di hotel Accor. Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin menerangkan, kerjasama ini seperti pemberian diskon 10 persen saat menginap di jaringan Accor di Indonesia, Malaysia, dan Singapura hingga Desember 2015. Tak sekadar itu, pemilik kartu akan mendapat harga yang murah apabila menginap 3 hari cukup membayar 2 hari. "Salah satu bentuk kerjasama tersebut adalah joint marketing promo program sebagai langkah untuk memperkuat tingkat loyalitas nasabah pemegang kartu debit dan kredit Bank Mandiri," kata dia di Jakarta, Rabu (20/5/2015). Dia berkata, kerjasama ini akan menguntungkan kedua belah pihak. PT Bank Mandiri Tbk sendiri memiliki 3,6 juta pemegang kartu kredit dan lebih dari 12 juta pemegang kartu debit serta jumlah EDC terpasang sebanyak 285.947 unit di seluruh Indonesia. Pada periode Januari – Maret, total transaksi menggunakan EDC PT Bank Mandiri Tbk mencapai 37,3 Juta transaksi dengan volume sebesar Rp 32,2 triliun. Jumlah itu naik 22 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penyumbangnya, di antaranya dari transaksi travel, hotel dan airlines. Hingga saat ini 45 hotel dari 96 hotel Accor di Indonesia telah menggunakan EDC PT Bank Mandiri Tbk. "Kami akan terus bersinergi dengan merchant-merchant yang telah memiliki basis pelanggan yang kuat, untuk mengembangkan berbagai program promosi yang dapat memberikan nilai tambah bagi nasabah yang telah menempatkan dana dan bertransaksi di jaringan Bank Mandiri," ujar Budi. Sebagai tambahan, pada periode Januari - Maret 2015, total transaksi menggunakan kartu debit PT Bank Mandiri Tbk mencapai 16,4 Juta transaksi dengan volume sebesar Rp 12,1 triliun. Jumlah itu naik 49 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara transaksi menggunakan kartu kredit PT Bank Mandiri Tbk dalam tiga bulan pertama 2015 sebesar 8,4 juta dengan sales volume sebesar Rp 7,3 triliun atau naik 38 persen dibandingkan Januari - Maret 2014. (Amd/Ahm) Source: liputan6.com |
|
Putusan The Fed Bawa Rupiah Menguat Tipis | |
Liputan6.com, New York - Keputusan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) kini menjadi salah satu pernyataan yang paling dinanti para pelaku pasar dari Bank Sentral AS (The Fed). Hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada April menunjukkan The Fed tak akan menaikkan suku bunga pada Juni tampak membuat rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS. Data valuta asing Bloomberg, Kamis (21/5/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah menguat tipis 0,08 persen ke level 13.164 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:53 waktu Jakarta. Nilai tukar rupiah juga dibuka menguat di level 13.135 per dolar AS. Nilai tukar rupiah berfluktuasi menguat di kisaran 13.095-13.164 per dolar AS. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, juga mencatat penguatan tipis rupiah ke level 13.150 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Nilai tukar rupiah menguat 19 poin dari level 13.169 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya. Seperti yang telah diprediksi sebagian besar pelaku pasar, pertemuan FOMC menunjukkan The Fed enggan menaikkan suku bunga pada Juni. Tak hanya itu, The Fed juga mengungkapkan, kenaikkan suku bunga akan terjadi secara terencana menyusul panduan yang diberikan dari setiap pertemuan bulanan. Analis pasar uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan, hasil pertemuan FOMC pada April 2015 menjadi momentum untuk penguatan rupiah. Akan tetapi, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini hanya sementara. Mengingat belum ada sinyal untuk menaikkan suku bunga. Ia menambahkan, Bank Indonesia (BI) mengantisipasi di pasar valuta juga mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS. "Gerak nilai tukar rupiah masih volatile. Tren penguatan dolas AS masih berlangsung sampai ada kepastian suku bunga naik," kata Rully. Selain itu, pelaku pasar juga menanti data manufaktur China sehingga mempengaruhi gerak Rupiah. "Saat ini, para pelaku pasar masih menanti angka manufaktur China yang diprediksi membaik. Rupiah berpeluang menguat hari ini, khususnya jika data China membaik," kata ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta. Sebelumnya, rupiah tampak tertekan hingga perdagangan Rabu kemarin bersama dengan penguatan dolar AS di seluruh kawasan Asia. (Sis/Ahm) Source: liputan6.com |
|
Data Manufaktur AS Bikin Rupiah Menguat | |
Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan tipis pada data manufaktur Amerika Serikat tercatat menekan nilai tukar dolar AS pada perdagangan hari ini. Akibatnya, rupiah mampu menguat tipis meski masih berada di kisaran 13.100 per dolar AS. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Jumat, (22/5/2015) mencatat nilai tukar rupiah menguat tipis ke level 13.136 per dolar AS. Angka tersebut melanjutkan penguatan dari perdagangan sebelumnya di level 13.150 per dolar AS. Sementara itu, data valuta asing Bloomberg menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,07 persen saja ke level 13.131 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:32 waktu Jakarta. Sebelumnya, rupiah juga dibuka dengan pelemahan tipis dari perdagangan sebelumnya di level 13.126 per dolar AS. Rupiah tampak tak menunjukkan fluktuasi cukup signifikan dan masih berkutat di kisaran 13.120-13.146 per dolar AS. Ekonom BCA, David Sumual mengatakan, gerak rupiah didorong sentimen eksternal terutama rilis sejumlah data ekonomi Amerika Serikat (AS) mulai dari data penjualan rumah dan perdagangan. Dengan rilis itu memberikan sinyal kalau bank sentral AS/The Federal Reserve belum akan menaikkan suku bunga acuan pada Juni. "Pelaku pasar juga menanti rilis inflasi AS nanti malam," kata David saat dihubungi Liputan6.com. Data manufaktur dan menurunnya tingkat pembelian rumah di Amerika Serikat tampak menahan penguatan dolar sejak perdagangan kemarin. Alhasil, nilai tukar rupiah bersama mata uang Asia lain bergerak menguat meski tidak dengan pergerakan yang signifikan. "Penguatan rupiah terhadap dolar AS relatif masih minim dibandingkan mata uang lain bahkan setelah S&P mengumumkan revisi outlook rating ke positif," terang ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta. Menurut dia, rendahnya sinyal perbaikan kinerja pemerintah baik dalam realisasi pendapatan serta belanja membuat ekspektasi pertumbuhan ekonomi nasional ke depan tetap rendah. Rendahnya pertumbuhan akan menjaga daya tarik aset berdenominasi rupiah tetap minim dan menekan pasokan dolar AS di Tanah Air. (Sis/Ahm) Source: liputan6.com |
|
Spekulasi Kenaikan Suku Bunga AS Tekan Rupiah | |
Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat terhadap mata uang utama termasuk Euro dan Yen berdampak ke mata uang negara berkembang sehingga menekan nilai tukar rupiah di awal pekan ini. Penguatan dolar AS didorong dari sentimen kenaikan inflasi sehingga menimbulkan spekulasi kenaikan suku bunga AS tetap dilakukan pada 2015. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Senin (25/5/2015), mencatat nilai tukar rupiah melemah 50 poin menjadi 13.186 per dolar AS. Pada akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah berada di level 13.136 per dolar AS. Sementara itu, data valuta asing Bloomberg menunjukkan nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.178 per dolar AS pada pukul 11.24 waktu Jakarta. Sebelumnya, rupiah dibuka menguat tipis 8 poin ke level 13.150 dari penutupan akhir pekan lalu di level 12.158 per dolar AS. Rupiah cenderung bergerak di kisaran 13.148-13.190 per dolar AS. Ekonom BCA, David Sumual mengatakan, sentimen eksternal lebih kuat menekan nilai tukar rupiah. Pengaruh inflasi AS lebih tinggi pada April membuat harapan bank sentral AS/The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada September 2015. Selain itu, krisis Yunani juga belum selesai sehingga menekan mata uang Euro. Yunani harus membayar utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) pada akhir pekan ini. "Sentimen paling kuat masih dari esternal terutama perkembangan ekonomi dari AS," kata David, saat dihubungi Liputan6.com. Akan tetapi, pelemahan rupiah ini masih ditahan dari sentimen positif kenaikan peringkat Indonesia dari stabil menjadi positif oleh lembaga pemeringkat Standard and Poor`s (S&P). Hal itu berdampak terhadap penerbitan sukuk global yang mengalami kelebihan permintaan. Jadi ada kepercayaan investor asing terhadap aset rupiah. "Pemerintah juga akan melelang SUN pada Selasa pekan ini. Hasil lelang SUN juga akan melihat dampaknya seperti apa," tutur David. Analis pasar uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menuturkan, dolar menguat terhadap sejumlah mata uang utama termasuk Euro dan Yen. Hal ini terkait rilis data ekonomi AS pada Jumat pekan lalu. Ditambah rilis notulensi rapat bank sentral AS/The Fed yang menunjukkan belum akan menaikkan suku bunga AS dalam waktu dekat. "Selama belum ada kepastian soal kenaikan suku bunga AS maka volatilitas rupiah cenderung tinggi," tutur Rully. Meski demikian, Rully mengatakan, kenaikan prospek peringkat utang Indonesia dari stabil menjadi positif sehingga menahan pelemahan rupiah. Ada harapan peringkat utang Indonesia menjadi invesment grade sehingga berdampak positif ke rupiah. "Nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran 13.140-13.180 per dolar Amerika Serikat pada hari ini," kata Rully. (Ahm/) Source: liputan6.com |
|
Pengusaha Ingin BI Rate 6% | |
Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ingin agar Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) hingga ke level enam persen dari posisi saat ini yang berada di level 7,5 persen. Menurut Kadin, posisi BI Rate yang terlalu tinggi menyulitkan gerak para pengusaha dalam berekspansi. Source: liputan6.com |
|
Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga AS Bikin Rupiah Melemah | |
Liputan6.com, Jakarta - Rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil surat utang/obligasi pemerintah cenderung naik menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Selasa (26/5/2015), mencatat nilai tukar rupiah melemah tipis 6 poin menjadi 13.192 per dolar AS. Di awal pekan, nilai tukar rupiah berada di level 13.186 per dolar AS. Sementara itu, data valuta asing menunjukkan nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.191 per dolar AS pada pukul 12.14 waktu Jakarta. Sebelumnya rupiah dibuka menguat tipis 10 poin ke level 13.176 dari penutupan pada Senin 25 Mei 2015 di level 13.186 per dolar AS. Rupiah cenderung bergerak di kisaran 13.176-13.202 per dolar AS. Ekonom Standard Chartered Bank, Eric Alexander mengatakan, nilai tukar rupiah meski melemah tipis tetapi cenderung stabil. Komentar pimpinan bank sentral AS/The Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen yang akan menaikkan suku bunga The Fed pada 2015 masih mempengaruhi gerak nilai tukar rupiah. Selain itu, kekhawatiran pelaku pasar terhadap Yunani kemungkinan keluar dari zona Euro juga mempengaruhi nilai tukar euro terhadap dolar AS sehingga dolar AS cenderung menguat. "Euro melemah terhadap dolar AS berdampak ke mata uang emerging market termasuk rupiah," kata Eric. Eric menambahkan, nilai tukar rupiah tidak terlalu turun tajam ditopang dari Bank Indonesia (BI) menetapkan BI Rate/suku bunga acuan tetap di level 7,5 persen. Sedangkan Analis Pasar Uang PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Rachmat Wibisono mengatakan, investor menjual obligasi pemerintah Indonesia membuat imbal hasil obligasi meningkat. Hal itu menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Tekanan terhadap rupiah ini juga didorong dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap pendapatan ekspor cenderung meningkat. "Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap pendapatan ekspor yang meningkat dari 40 persen menjadi 56 persen membuat persepsi kalau kemampuan Indonesia membayar utang menurun. Hal ini membuat kebutuhan dolar AS meningkat sehingga rupiah cenderung depresiasi ke depan," kata Rachmat. Rachmat menuturkan, spekulasi kenaikan suku bunga AS juga masih membayangi nilai tukar rupiah. "Spekulasi kenaikan suku bunga AS mendorong pelaku pasar cenderung memegang aset pada dolar AS," tutur Rachmat. (Ahm/) Source: liputan6.com |
|
BI Rate Diramal Turun di Kuartal II 2015 | |
Liputan6.com, Jakarta - HSBC Global Research memperkirakan Bank Indonesia tidak akan menaikkan suku bunga acuannya atau BI Rate pada kuartal II 2015. Malah menurunkan sebesar 25 basis poin sampai akhir kuarta II 2015. Source: liputan6.com |
|
Di Industri Perbankan, Internet Bisa Gantikan Peran Kantor Cabang | |
Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi internet sudah merambah berbagai sektor, termasuk pada sektor perbankan. Buktinya, banyak layanan perbankan yang sudah dapat diakses melalui telepon genggam dengan sistem transaksi elektonik. Source: liputan6.com |
|
Bank Mandiri Genjot Bisnis Layanan Orang Kaya | |
Liputan6.com, Jakarta - Bank Mandiri terus mengembangkan bisnis segmen prioritas dan private untuk memperkuat bisnis wealth management. Hingga Maret 2015, dana kelolaan bank plat merah tersebut pada segmen ini mencapai Rp 141,6 triliun, tumbuh 21 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 117 triliun. Direktur Consumer Banking Bank Mandiri, Hery Gunardi mengatakan, Bank Mandiri terus memperkuat jaringan outlet Prioritas di berbagai wilayah Indonesia untuk meningkatkan penetrasi. Saat ini, jumlah outlet Prioritas Bank Mandiri mencapai 55 unit yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Bank Mandiri juga terus berinovasi mengembangkan layanan untuk memperkuat bisnis di segmen ini. Selain memperluas jaringan yang tahun ini diharapkan akan bertambah menjadi 62 unit, Bank Mandiri juga menerbitkan kartu debit prioritas dan private yang baru. Kartu tersebut dapat digunakan nasabah Prioritas dan Private untuk mendapatkan kemudahan layanan penarikan uang tunai dan transaksi di EDC. "Kami berusaha untuk terus melakukan inovasi untuk memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi nasabah. Melalui berbagai inovasi, termasuk pengenalan dua kartu ini, kami berharap bisnis dana kelolaan kami dapat tumbuh di atas 12 persen pada tahun ini," ujar Hery di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (27/5/2015). Kartu debit bagi nasabah prioritas dan private tersebut, lanjut Hery, juga dapat digunakan untuk memanfaatkan layanan executive lounge, airport handling, golf clinic, safe deposit box, free annual fee kartu kredit, SMS market updated, hingga berbagai undangan seminar tentang market update, keuangan serta kegiatan eksklusif yang dapat menunjang kemajuan bisnis nasabah. "Kami terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan nasabah-nasabah prioritas dan private, terutama untuk menunjang pengelolaan keuangan mereka," kata Hery. Untuk itu, layanan Wealth Management Bank Mandiri juga dikembangkan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut, seperti produk investasi yang terdiri dari 49 produk Reksadana dari 7 Manajer Investasi terkemuka, produk Bancassurance dari AXA Mandiri Financial Services. Selain itu, terdapat pula produk obligasi baik yang dikeluarkan oleh korporasi dalam bentuk Medium Term Notes, maupun obligasi pemerintah seperti Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Sukuk Ritel (SR), dan Saving Bonds Retail. (Dny/Ahm) Source: liputan6.com |
|
Waspadai Penguatan Dolar AS Lebih Tajam | |
Liputan6.com, New York - Setelah dua bulan meredup, dolar Amerika Serikat (AS) tampak kembali melanjutkan penguatannya dan kali ini tampak lebih perkasa. Sejak pekan lalu, nilai tukar dolar AS telah menguat hingga hampir dua persen. Melansir laman CNBC, Kamis (28/5/2015), sejumlah pakar strategi valuta asing merasa, dolar AS akan berbalik dan mulai memimpin kembali didorong prospek kenaikan suku bunga AS. "Saya rasa pasar keuangan tengah tergesa-gesa memburu dolar kembali dan pasar valas akan mengejar isu suku bunga kembali," kata ahli strategi di BNP Paribas, Vassili Serebriakov. Penguatan dolar AS menjadi kekhawatiran lantaran penguatan dolar akan semakin tinggi dibandingkan yang sebelumnya pernah terjadi. Serebriakov dan pakar strategi lain mengatakan pergerakan dolar dapat ditentukan dalam beberapa hari ke depan dengan adanya berbagai kejadian penting. Tak lama lagi, pada 5 Juni, AS akan mengumumkan laporan tenaga kerja pada Mei. "Dolar AS sempat melemah selama dua bulan dan lihat apa yang terjadi sekarang. Euro melemah enam sen dalam tujuh sesi," kata Chief Currency Strategist di Brown Brothers Harriman, Marc Chandler. Dia mengatakan, berbagai alasan penguatan dolar AS termasuk keputusan Bank Sentral Eropa untuk meningkatkan dana stimulusnya. Ditambah pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen dan Vice Chairman The Fed Stanley Fischer tentang potensi kenaikan suku bunga AS. "Pekan depan akan menjadi induk dari berbagai pekan di pasar keuangan. Terdapat pertemuan pejabat Bank Sentral AS, laporan data tenaga kerja AS, pertemuan OPEC, dan rapat Bank Sentral Australia. Ada juga batas pembayaran utang Yunani," tutur Chandler. Dolar dapat menguat lebih perkasa dalam berbagai kegiatan tersebut seperti saat merespons data laporan tenaga kerja AS pekan depan. Jika laporan tenaga kerja cukup solid, dolar memang akan menguat lantaran para pedagang berspekulasi ekonomi AS sudah cukup kuat untuk menaikkan suku bunga. Managing Director Foreign Exchange Strategy di BK Asset Management Boris Shclossberg mengatakan, Yellen merupakan faktor utama pendorong penguatan dolar AS. "Dia satu-satunya yang penting. Pimpinan The Fed itu mengatakan, ya, mungkin kami akan menaikkan suku bunga sebelum akhir tahun. Tapi pada dasarnya dia mengatakan, ini hanya soal waktu demi melihat data yang positif, kami siap menaikkan suku bunga," ujar Shclossberg. (Sis/Ahm) Source: liputan6.com |
|
Rupiah Lesu Bayangi Realisasi Kinerja Emiten | |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah masih tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dinilai akan membebani kinerja emiten hingga akhir semester I 2015. Hal ini juga berdampak terhadap kinerja pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Untuk diketahui, sejak awal tahun hingga perdagangan kemarin (year to date/ytd), nilai tukar rupiah telah melemah 5,38 persen menjadi 13.220 per dolar AS pada Rabu 27 Mei 2015 dari awal tahun di kisaran 12.545 per dolar AS berdasarkan kurs valuta asing Bloomberg. Sejumlah analis menilai, tekanan rupiah ini akan berdampak terhadap kinerja emiten. Nilai tukar rupiah melemah akan menimbulkan potensi rugi kurs dan tambah biaya produksi. "Pelemahan rupiah tentu berdampak negatif pada kinerja emiten terutama pada peningkatan biaya bahan baku dan potensi selisih kurs," kata Reza saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (28/5/2015). Reza mengatakan, bila nilai tukar rupiah tidak ada perbaikan memang akan menjadi beban bagi emiten hingga kuartal II 2015. Hal senada dikatakan Analis PT First Asia Capital Tbk, David Sutyanto. Pelemahan rupiah yang terjadi akan menurunkan kinerja emiten akibat selisih kurs. David meramal, rupiah akan bergerak di kisaran 13.500 hingga akhir tahun 2015. Kinerja emiten menurun karena rupiah pun diprediksikan berdampak terhadap pertumbuhan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara ytd, IHSG hanya tumbuh 0,51 persen ke level 5.253,39 pada penutupan perdagangan saham Rabu 27 Mei 2015. Penguatan IHSG ini ditopang dari sejumlah sektor saham seperti sektor saham perdagangan, jasa dan investasi tumbuh 8,13 persen, sektor saham barang konsumen naik 7,85 persen menjadi 2.348,80, dan sektor keuangan naik 4,79 persen. IHSG sempat menguat ke level 5.313,21 saat lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor`s menaikkan prospek utang Indonesia dari stabil menjadi positif pada 21 Mei 2015. Akan tetapi, sentimen positif itu hanya sementara. Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su mengatakan, masih terlalu banyak sentimen negatif yang membayangi IHSG. Sentimen negatif tersebut mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), kucuran dana pemerintah yang lambat, dan kepastian kenaikan suku bunga bank sentral AS/The Federal Reserve. Melihat kondisi itu, Harry menuturkan target IHSG dari 5.900 menjadi 5.650 pada 2015. (Ahm/) Source: liputan6.com |
|
Akhir Pekan, Rupiah Masih Tertahan di 13.200 per Dolar AS | |
Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar mata uang di Asia melemah dalam dua pekan terakhir menghadapi kemungkinan kenaikkan suku bunga AS pada akhir tahun ini. Pelemahan tersebut juga terjadi pada rupiah. Bahkan selama sepekan terakhir, rupiah tak bisa keluar dari kisaran 13.200 per dolar AS. Sementara, data valuta asing Bloomberg, juta menunjukkan nilai tukar rupiah melemah ke level 13.221 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:10 waktu Jakarta. Rupiah sempat dibuka menguat di level 13.203 per dolar AS namun kemudian tertekan. Source: liputan6.com |
|
Pemerintah Klaim Tertibkan Puluhan Ribu Rekening Liar Uang Negara | |
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti kelemahan pusat data Indonesia sehingga rawan dengan berbagai penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan negara. Bahkan pemerintah mengklaim telah menertibkan puluhan ribu rekening liar sejak 10 tahun terakhir. "Dalam 10 tahun terakhir ini, progress penertiban oleh jajaran pemerintahan dan non pemerintahan sangat nyata. Misalnya pada awal 2007, saya minta data ke Menteri Keuangan soal aset negara dan isu rekening liar tapi data itu belum benar-benar siap," terang dia saat di acara Penandatangan Komitmen Bersama Peningkatan Akuntabilitas Keuangan Negara di Jakarta, Rabu (22/1/2014). Lebih jauh dia mengatakan, pada tahun itu pula, Presiden menginstruksikan kepada Menteri Keuangan untuk menertibkan rekening-rekening liar bersumber dari keuangan negara menjadi rekening sah. Sehingga dapat mengetahui bersama penyimpangan dan penyalahgunaan terjadi aset negara. "Pemerintah telah menertibkan 46.586 rekening liar dan setelah dicek sebanyak 9.224 rekening sudah ditutup. Saldo yang diserahkan ke kas negara mencapai Rp 7.178 triliun dan lebih dari US$ 11 juta atau setara dengan Rp 8 triliun," paparnya. Penertiban tersebut, menurut Presiden, merupakan rekening-rekening yang tak diketahui kepemilikannya, pengelolaan dan sebagainya. Ini bertujuan supaya Indonesia mempunyai basis data yang sahih dan valid mengenai aset-aset negara. Untuk itu, SBY memberikan apresiasi atas kinerja Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di mana selama sembilan tahun masa kepemimpinannya, lembaga tersebut memberikan peran nyata dalam peningkatan akuntabilitas keuangan negara. "Terima kasih kepada BPK atas inisiatif dan pemberlakukan sistem e-audit yang memungkinkan keuangan negara lebih baik dibanding masa sebelumnya," tandas dia. (Fik/Nrm) Baca juga: Negara Rugi Rp 12 Triliun, Pelaku Faktur Pajak Fiktif Ditangkap Cerita di Balik Pembobolan 40 Juta Kartu Kredit dan Debit di AS Cari Pengemplang Pajak, Ditjen Pajak Harus Mengais Data Bank Source: liputan6.com |