Prev Mei 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
26 27 28 29 30 01 02
03 04 05 06 07 08 09
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31 01 02 03 04 05 06
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 11 Mei 2015
Rupiah Terpuruk, Produsen Mobil Belum akan Naikkan Harga

Liputan6.com, Jakarta - Terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dinilai belum memberikan pengaruh terhadap penjualan kendaraan bermotor seperti mobil.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman MR mengatakan hal ini lantaran harga jual mobil pada umumnya tidak dipengaruhi nilai tukar.

"Belum terlihat (pengaruhnya), karena kemarin kan naik turun (nilai tukar rupiah). Jadi penjualan dan pembelian mobil saat ini kan tidak pengaruh karena harga mobil kan tidak naik, tetap ada diskon. Jadi tidak pengaruh," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Rabu (15/4/2015).

Meski demikian, jika rupiah terus melemah seperti saat ini, maka dikhawatirkan penjualan kendaraan jenis tertentu seperti truk akan mengalami penurunan. Sebab mayoritas pembeli truk merupakan perusahaan penghasil komoditas yang melakukan ekspor.

"Kalau dari hasil usahanya, dia bergantung pada komoditi-komoditi ekspor, yang terkait dengan itu, itu pengaruh," kata dia.

Para produsen otomotif sendiri, lanjut Sudirman, belum berencana untuk menaikan harga jual produknya akibat pelemahan rupiah ini. Di tengah pelemahan ini bahkan produsen masih bisa memberikan diskon untuk mendorong penjualan.

"Sekarang harga jual kita base on Rp 12.100 (per dolar AS), harusnya kan naik. Tapi bagaimana mau naikin, orang sekarang kita bisa berikan diskon kok. Tapi kalau Rp 13 ribu terus nanti berdampak," jelasnya.

Sementara itu, untuk meminimalisir dampak pelemahan rupiah ini, Sudirman menyatakan bahwa tiap produsen punya cara masing-masing, seperti melakukan efisiensi. Namun untuk komponen, produsen berupaya semaksimal mungkin untuk tidak melakukan perubahan agar kualitas kendaraan tetap terjaga.

"Bagi kami, yang namanya improvment selalu dilakukan, misalnya kalau karyawan lebih efisien, itu bisa mengurangi kerugian perusahaan akibat rupiah. Tapi komponen tidak dirubah karena buat kami kualitas itu nomor satu," tandasnya. (Dny/Nrm)


Source: liputan6.com
Pernyataan The Fed Bikin Rupiah Menguat Tipis

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah berhasil menguat tipis pada perdagangan hari ini setelah pernyataan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi sentimen negatif pada pergerakan dolar AS. The Fed menyatakan, pihaknya belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat lantaran data ekonomi AS yang dianggap belum terlalu mendukung.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Kamis (30/4/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah menguat 27 poin ke level 12.937 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, nilai tukar rupiah juga sempat menguat tipis ke level 12.964 per dolar AS.

Sementara data valuta asing Bloomberg, mencatat nilai tukar rupiah menguat 0,1 poin ke level 12.924 per dolar AS. Rupiah juga sempat menguat lebih jauh ke level 12.916 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:06 waktu Jakarta.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih aktif berfluktuatif di kisaran 12.916-12.950 per dolar AS.

Ekonom BCA, David Sumual mengatakan, penguatan rupiah ini hanya secara teknikal. Apalagi hanya menguat terbatas. Ada sejumlah sentimen negatif baik dari domestik dan global masih menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di bawah ekspektasi pasar dan rapat FOMC yang menahan suku bunga jadi sentimen di pasar," kata David saat dihubungi Liputan6.com.

David menambahkan, sentimen negatif utama datang domestik dengan adanya aksi jual investor asing di pasar saham dan obligasi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat membuat rata-rata kinerja emiten di kuartal I 2015 di bawah harapan pasar. Pertumbuhan ekonomi diprediksi di bawah lima persen pada kuartal I 2015 dengan inflasi April mencapai 0,4 persen.

"Rupiah akan di kisaran 12.960-13.020 pada hari ini," ujar David.

"The Fed masih yakin perekonomian AS akan kembali ke jalurnya dan membuka peluang kenaikkan suku bunga tahun ini. Sayangnya, pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen gagal mencegah pelemahan dolar lebih dalam," terang ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta.

Saat ini, BI masih tampak berusaha menjaga pasokan dolar. Meski di saat bersamaan, IHSG terus melanjutkan pelemahannya lantaran aksi jual asing yang semakin besar.

Dengan pelemahan yang melanda dolar AS, nilai tukar rupiah diprediksi menguat pada perdagangan hari ini. Pekan depan, tingkat inflasi Indonesia menjadi salah satu data yang dinanti para pelaku pasar. (Sis/Ahm)


Source: liputan6.com
Inflasi Tinggi, Rencana Penurunan BI Rate Terganjal

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Bank Indonesia (BI) masih melihat inflasi sebagai bahan pertimbangan untuk memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Sayangnya perolehan inflasi 0,36 persen dan inflasi komponen inti 5,04 persen di April ini diperkirakan akan membuat BI berpikir ulang untuk menurunkan BI Rate.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo menyebut, inflasi 0,36 persen (April), inflasi tahun ke tahun 6,79 persen (April 2015 terhadap April 2014), inflasi komponen inti 0,24 persen dan tingkat komponen inti tahun kalender (Januari-April) 1,49 persen serta tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (April 2015 terhadap April 2014) 5,04 persen dianggap masih tinggi.    

"Iya ini artinya bandel, inflasi inti (core inflation) susah berubah, belum cukup mendorong kembali di bawah 5 persen," ujar dia saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Jakarta, Senin (4/5/2015).

Kunci supaya inflasi inti turun, sambung Sasmito, menstabilkan nilai tukar rupiah dan menurunkan nilai valuta asing. Sebab inflasi yang tinggi akan sulit bagi BI untuk memangkas BI Rate.

"Syukur-syukur bisa di bawah 5 persen. Karena kalau inflasi inti tinggi, BI ragu-ragu turunkan BI Rate. Karena inflasi inti jadi bahan BI memangkas BI Rate," tegas dia.

Sasmito meminta pemerintah untuk mewaspadai inflasi pada yang berpotensi menanjak pada periode Juni dan Juli 2015. Pasalnya ada pengaruh dari puasa dan musim liburan sehingga trennya terjadi peningkatan inflasi.

"Waspadai inflasi di Juni dan Juli , kan ada puasa, liburan, biasanya kita kekurangan bahan pangan akibat permintaan yang melonjak," katanya.

Sementara untuk prediksi inflasi di Mei, dia mengaku, akan berada pada angka normal atau tidak berbeda jauh dengan kondisi April 2015 yang tercatat meraih inflasi 0,36 persen. Sasmito meramalkan, inflasi bulan kelima ini di bawah 0,5 persen.

"Tergantung harga beras nanti, mudah-mudahan enggak balik naik dari sekarang yang sudah turun. Dampak kenaikan harga BBM karena diharapkan pengusaha berhemat jangan naikkan tarif lagi karena sudah berkali-kali naikkan tarif. Juga tarif listrik yang naik," ujar dia.(Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Gandeng 3 Operator, Bank Mandiri Sasar Masyarakat `Unbanked`

Liputan6.com, Jakarta - Industri uang digital kembali mendapat perhatian lebih dari sektor telekomunikasi dan perbankan. Bank Mandiri menggandeng tiga operator besar, Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat untuk menggarap bisnis uang digital di Indonesia memakai skema branchless banking.

Kolaborasi perusahaan beda industri itu bertujuan mendongkrak transaksi non-tunai agar memberikan keuntungan kepada seluruh pihak. Mereka berharap bisa menggarap masyarakat unbanked alias masyarakat Indonesia yang belum tersentuh bank berjumlah 120 juta yang masih belum tergarap.

"Kalau kita garap dengan serius kolaborasi ini, kita bisa meraih tiga sampai lima juta pelanggan dalam setahun," kata Hery Gunardi, Direktur Consumer Bank Mandiri pada acara peluncuran `Rekening Hape` di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (27/4/2015).

Hery mengaku, penetrasi layanan keuangan masih sangat rendah‎ karena tingginya cost perbankan untuk membuka kantor cabang. Ia memaparkan untuk menyediakan satu kantor cabang kecil, pihaknya membutuhkan biaya Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar.

"Itu sebabnya perbankan yang hadir lebih dulu baru punya 60 juta. Sementara industri telekomunikasi yang baru sekitar 10 tahun lebih sudah setara dengan populasi penduduk. Itu sebabnya kolaborasi branchless banking sangat‎ potensial untuk digarap bersama," papar Hery.

Kerjasama antara Bank Mandiri dan ketiga operator seluler tersebut, salah satunya menggunakan konsep co-branding produk uang elektronik. Langkah itu diharapkan membuat pemasaran dan edukasi dapat lebih efektif dan efisien. Selain itu, masing-masing pihak juga turut mengoptimalkan jaringan dan infrastruktur yang dimiliki.

Pada tahap awal, kerjasama Bank Mandiri dan tiga raksasa telekomunikasi seluler Tanah Air telah dilakukan di tiga kota kabupaten di Jawa Barat yaitu Bandung, Garut, dan Tasikmalaya sejak akhir Maret hingga pertengahan April 2015.

Bank Mandiri mengklaim masyarakat memiliki antusiasme yang cukup tinggi terhadap kerjasama ini. Hal itu terlihat saat roadshow softlaunching produk Rekening Hape di Bandung, Garut, dan Tasikmalaya.

"Sampai dengan 24 April 2015, sekitar 41 agen dan 1.500 pengguna telah terdaftar dan menggunakan produk tersebut untuk bertransaksi," papar Hery.

(den/isk)


Source: liputan6.com