Prev Mei 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
26 27 28 29 30 01 02
03 04 05 06 07 08 09
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31 01 02 03 04 05 06
Berita Kurs Dollar pada hari Jumat, 08 Mei 2015
BI Rate Tetap di Level 7,5%

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan BI Rate di level 7,5 persen. Selain itu, BI juga memutuskan untuk menahan suku bunga Deposit Facility 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8,00 persen.

Direktur Eksekutif Departemen komunikasi BI, Tirta Segara menjelaskan, dewan gubernur memutuskan untuk menahan BI rate karena sejalan dengan upaya untuk mencapai sasaran inflasi di kisaran 4 persen pada 2015 dan 2016. "Serta mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2,5 persen hingga 3 persen terhadap PDB dalam jangka menengah," jelasnya di Jakarta, (14/4/2015).

Tirta melanjutkan, BI juga memperkuat langkah-langkah untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah. Bauran kebijakan tetap difokuskan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.

Dalam konteks ini, BI berkomitmen untuk memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, dan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan, serta mendorong percepatan reformasi struktural.

Dalam kaitan ini, BI mendukung langkah-langkah lanjutan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam melakukan reformasi struktural dalam rangka memperkuat neraca pembayaran.

"Kami akan memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah, bauran kebijakan untuk jaga stabilitas makro ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Serta Memperkuat bauran dan meningkatkan koordinasi dengan pemerintah untuk menekan defiti necara berjalan," tandasnya.

Selain itu, BI akan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan bahwa inflasi akan tetap rendah dan defisit transaksi berjalan terjaga pada tingkat yang lebih sehat.

Langkah yang dilakukan oleh BI tersebut sesuai dengan prediksi dari para ekonom. Direktur PT Bahana TWC Asset Management, Budi Hikmat‎ mengungkapkan BI tetap mempertahankan suku bunga karena defisit neraca transaksi berjalan yang masih belum membaik.

"‎BI rate kemungkinan tetap. BI masih fokus pengendalian defisit neraca berjalan," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com.

Budi menjelaskan, sebenarnya BI memiliki momentum untuk kembali menurunkan BI rate. Hanya saja dia memperkirakan hal itu baru dapat dilakukan setelah September yang memiliki laju inflasi cukup rendah.


Hal senada dikatakan pengamat ekonomi asal Universitas Gadjah Mada Tony Prasetyantono. Ia juga memprediksi BI rate masih bertahan di level 7,5 persen. Namun begitu, Toni mengaku alasan utama mempertahankan BI rate lebih dikarenakan untuk menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"‎Saya duga akan ditahan tetap 7,5 persen. Sekalipun inflasi terus melandai sejak Januari 2015 (sehingga mestinya BI rate berpeluang diturunkan), namun kondisi rupiah yang belum stabil membuat BI belum cukup pede untuk menurunkan BI rate," kata Tony. (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Melemah Dipicu Kekhawatiran Melambatnya Ekonomi RI

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah bergerak melemah pada perdagangan Selasa (28/4/2015) ini, dipicu adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi yang diprediksi dapat memangkas pertumbuhan pendapatan. Banyak perusahaan yang juga meyakini adanya perlambatan perekonomian di Tanah Air saat ini.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, menunjukkan nilai tukar rupiah terkoreksi 56 poin ke level 12.978 per dolar AS. Di awal pekan, rupiah sempat menguat ke level 12.922 per dolar AS.

Sementara itu, data valuta asing Bloomberg, menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,05 persen ke level 12.989 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:59 waktu Jakarta. Padahal nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat di level 12.957 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah bahkan sempat menyentuh level terendahnya pada perdagangan hari ini di level 12.999 per dolar AS. Nyaris menyentuh 13.000 per dolar AS.

Rupiah tampak terus berfluktuasi melemah hingga menjelang siang dan masih berkutat di kisaran 12.957 - 12.999 per dolar AS.

"Pendapatan korporasi dari beberapa perusahaan terbesar di Indonesia cukup mengkonfrimasi bahwa perekonomian Indonesia tengah melambat. Mungkin ada juga segelintir sentimen negatif dari rencana eksekusi mati sejumlah warga asing terkait kasus Narkoba yang belakangan ini terbilang sangat kontroversia," tutur pakar strategi investasi di Standard Chartered Bank, Singapura, Audrey Goh.

Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga 0,5 persen terhadap dolar. Pekan lalu, rupiah juga melemah 0,5 persen setelah Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, produk domestik bruto (PDB) akan meningkat 5,4 persen tahun ini.

Itu merupakan prediksi yang cukup rendah dari BI.(Sis/Nrm)


Source: liputan6.com