Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 31 Maret 2015 | |
Investor Asing Masih Yakin dengan Pasar Modal RI? | |
Liputan6.com, Jakarta - Investor asing dinilai masih percaya terhadap pasar modal Indonesia meski nilai tukar rupiah masih betah di kisaran 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Pengamat pasar modal, Alfred Nainggolan menuturkan, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS menjadi pendorong neraca perdagangan Indonesia untuk mencatatkan surplus. Hal itu menjadi sentimen positif bagi bursa saham. "Kalau nilai tukar rupiah di kisaran 12.900-13.000 per dolar AS dari transaksi dagang memberikan kompensansi ekspor," ujar Alfred, saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis Selasa (31/3/2015). Ia menambahkan, bila neraca perdagangan RI defisit maka itu dapat menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Meski demikian, Alfred optimistis, pasar modal Indonesia masih positif apalagi dana investor asing di pasar modal Indonesia masih surplus. Berdasarkan data BEI, dana investor asing tercatat Rp 4,51 triliun pada penutupan perdagangan saham 30 Maret 2015. Dana investor asing memang terus susut dari awal 2015 sempat di kisaran Rp 9 triliun. "Investor asing masih melakukan aksi jual pada pekan lalu tetapi secara bertahap masih surplus net buy di awal tahun. Investor asing masih cukup percaya diri masuk ke saham-saham Indonesia. Jadi rupiah belum berpengaruh ke animo pasar dalam jangka pendek," kata Alfred. Melihat kondisi tersebut, Alfred menuturkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di level 5.400 kendati rupiah menyentuh 13.000 per dolar AS. Meski demikian, arahnya akan berubah tergantung pada laporan kinerja keuangan pada kuartal I 2015. "Nanti yang berpengaruh proyeksi emiten terhadap target laba 2015 dan per kuartal laporan keuangan, yang keluar akhir April. Di situ pelaku pasar hitung-hitungan atau adjustment perombakan pada portofolio mereka," tandas dia. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah melemah menjadi 13.086 pada 30 Maret 2015 dari periode 27 Maret 2015 di level 13.064 per dolar AS. (Amd/Ahm) Source: liputan6.com |
|
Rilis Data Ekonomi AS Membaik, Rupiah Loyo | |
Liputan6.com, Jakarta - Aksi spekulasi beli dolar di pasar membuat nilai tukar rupiah kembali melemah tipis pada Selasa pekan ini. Selain itu, mata uang dolar Amerika Serikat (AS) juga cenderung menguat terhadap mata uang utama lainnya. Data valuta asing Bloomberg, Selasa (31/3/2015) menunjukkan rupiah berada di level 13.096 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pukul 11.13 waktu Jakarta. Rupiah dibuka melemah 5 poin ke level 13.080 pada perdagangan hari ini. Kemarin Senin 30 Maret 2015, nilai tukar rupiah ditutup di level 13.075 per dolar AS. Saat ini, rupiah bergerak di kisaran 13.079-13.104 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah menguat tipis ke level 13.084 dari periode Senin 30 Maret 2015 di level 13.086. Analis pasar uang PT BRI Syariah Tbk, Rahmat Wibisono menuturkan, laju rupiah cenderung bergerak tipis. Pergerakan rupiah cenderung dipengaruhi aksi spekulasi ketimbang fundamental. "Spekulasi memang mereda tetapi tekanan terhadap rupiah masih cukup kuat. Apalagi mata uang utama lainnya juga cenderung melemah terhadap dolar AS," ujar Rahmat saat dihubungi Liputan6.com. Untuk meredam spekulasi itu, Rahmat mengatakan, perlu ada pernyataan dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga kestabilan rupiah. Rahmat memperkirakan, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 12.990-13.120 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Dolar AS menguat terhadap sebagian mata uang utama setelah membukukan reli terbesar dalam satu hari terhadap yen dan dolar Australia. Trader menilai, penguatan dolar AS karena akhir bulan sehingga kebutuhan dolar meningkat dan arus dana di akhir kuartal I 2015. Penguatan dolar itu juga ditopang dari pernyataan pimpinan bank sentral AS Janet Yellen mengenai kenaikan suku bunga tetap dilakukan pada tahun ini. Selain itu, rilis data ekonomi AS membaik juga mendukung penguatan dolar AS. Data penjualan rumah AS naik, sementara itu, inflasi inti naik menjadi 1,4 persen hingga Februari. "Reli tampak mengesankan, dan ini memberikan tawaran menggoda terhadap dolar dengan yen. Akan tetapi, turnover tidak mengesankan," tulis laporan analis CitiFX, seperti dikutip dari Reuters. (Ahm/) Source: liputan6.com |