Prev Maret 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 16 Maret 2015
Purbaya: Level 13.200 Adalah Titik Terlemah Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Head of Economic Research PT Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, memandang pelemahan rupiah yang terjadi sejak awal tahun ini disebabkan persepsi yang salah dari para pelaku pasar bahwa seolah-olah pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menginginkan bahwa rupiah terus melemah.

Namun persepsi itu sepertinya tidak akan berlangsung terus menerus. Saat ini pemerintah dan Bank Indonesia telah memberikan sinyal bahwa mereka tak ingin rupiah terus tertekan.

Apa akibatnya jika rupiah terus melemah dan apa yang harus dilakukan pemerintah dan BI agar nilai tukar rupiah tidak terus melemah? Berikut penuturan Purbaya kepada Liputan6.com:


Source: liputan6.com
Ekonom: Pelemahan Rupiah Jangan Jadi Tren Permanen

Liputan6.com, Jakarta - Senior Economist Global Research  Standard Chartered, Eric Alexander Sugandi menjelaskan pelemahan rupiah karena pengaruh dari global yaitu membaiknya ekonomi di Amerika Serikat (AS) yang membuat ekspektasi bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga akan semakin kuat.

Namun Eric mengingatkan, sebaiknya pemerintah dan Bank Indonesia segera mengambil tindakan. "Jangan sampai ini menjadi tren permanen rupiah berturut-turut melemah," tuturnya saat ditemui oleh tim Liputan6.com.

Apa yang harus dilakukan pemerintah dan BI agar penurunan ini tidak terus terjadi? Berikut penuturan Eric:


Source: liputan6.com
Rupiah Melemah, Harga Handphone Terbaru Naik

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah disebut belum banyak mempengaruhi harga jual telepon seluler di dalam negeri meski sebagian besar berasal dari impor.

Ketua Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia, Hasan Aula mengatakan, hal ini karena pelemahan rupiah terjadi belum begitu lama sehingga belum mempengaruhi harga telepon seluler secara keseluruhan.

"Kalau rupiahnya tidak stabil seperti ini pasti pengaruh ya, tapi in the short term sih belum, tetapi in the long term pasti mempengaruhi harga handphone. Kalau turunnya terlalu jauh  dampak ke kenaikan harga, tapi kalau sedikit tidak terlalu berpengaruh," ujar Hasan saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (16/3/2015).

Meski demikian, Hasan mengakui sebagian merek telepon selular telah menaikkan harga jualnya. Akan tetapi yang mengalami kenaikan merupakan produk-produk terbaru dari merek tersebut.

"Saat ini belum signifikan, ada beberapa merek yang sudah naik, tapi kebanyakan masih belum," lanjutnya.

Dia menjelaskan, kenaikan harga ini memang harus dilakukan karena dalam menentukan harga, importir dan penjual berpatokan pada nilai tukar rupiah. Kenaikan harga ini dilakukan agar pelaku usaha tidak merugi.

"Mau tidak mau dari merek-merek itu harus di-adjust karena mereka menentukan harga berdasarkan currency berapa. Kalau nilai tukarnya naik mau tidak mau harus naik, supaya  tidak rugi banyak," tandasnya.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di kisaran 13.191 per dolar AS pada 13 Maret 2015. Level rupiah itu tertinggi sepanjang 2015. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
Pengamat Ramal Rupiah Bisa Tembus 14.000 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah semakin tak kuasa melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga harus tertekuk ke level Rp 13.237. Level ini disebut-sebut sudah jauh dari fundamental rupiah dan berpotensi jatuh lebih dalam sampai menembus Rp 14.000 per dolar AS.

Pengamat Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam, mengatakan, volatilitas kurs rupiah yang mencapai 6 persen lebih, seharusnya berada pada level fundamental di kisaran Rp 12.400-Rp 12.500 per dolar AS. Sementara pada tahun lalu, rupiah ada di angka Rp 11.800 per dolar AS.

"Tapi karena sentimen saat ini sulit diukur karena faktor internal dan global, maka bisa saja kurs rupiah mencapai level Rp 13.500 per dolar AS, bahkan Rp 14.000 per dolar AS," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (16/3/2015).

Lebih jauh menurut Latif, rapor merah pada defisit neraca transaksi berjalan 2,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sangat mengganggu ekonomi Indonesia. Inilah pekerjaan rumah pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang harus segera diselesaikan.

Faktor lain di luar domestik, lanjut dia, paling signifikan datang dari aksi lihat dan tunggu (wait and see) investor terhadap kebijakan The Federal Reserve yang akan menaikkan suku bunga acuan.

"Belum ada kejelasan kapan akan dinaikkan, ada yang bilang kuartal akhir dan pertengahan tahun ini, jadi tidak bisa dikontrol. Ini yang bikin volatilitas rupiah semakin tinggi," papar Latif.

Kebijakan Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen dianggap Latif, penuh ketidakpastian karena gaya kepemimpinan wanita ini yang kurang transparan. Dia menjelaskan, gaya kepemimpinan tersebut sangat berbeda dengan pendahulunya Ben Bernanke.

"Bernanke dalam setiap kebijakannya transparan. Kalau 3 bulan lagi akan dilakukan, maka diumumkan, jadi sudah pada price in. Sementara Yellen berbeda, sehingga menambah ketidakpastian dalam kebijakan kenaikan Fed Fund Rate dan normalisasi quantitative easing," tutur dia.

Latif menerangkan, persoalan penguatan dolar AS terletak pada ketidakpatuhan pelaku usaha dalam penggunaan mata uang rupiah di dalam negeri. Padahal sudah ada Undang-undang (UU) Mata Uang yang mengaturnya.

"Banyak hotel di Bali, pusat belanja elektronik dan barang lain, arisan yang pakai dolar AS di Indonesia. Karena jika ada penegakan hukum maka dampaknya bisa langsung untuk mengurangi volatilitas rupiah," pungkas Latif.

Seperti diketahui, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di level tertinggi 13.237 per dolar AS pada Senin pekan ini. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Mantan Gubernur BI Diangkat Jadi Komisaris Bank Mandiri

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk merombak jajaran komisaris dan pengesahan jajaran direksi melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang berlangsung pada Senin (16/3/2015) ini.

Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pada RUPST ini, pemegang saham menunjuk Darmin Nasution sebagai Komisaris Utama menggantikan Mahmuddin Yasin yang telah mengajukan pengunduran diri.

Selain itu, Bank Mandiri juga mengangkat Imam Apriyanto Putro sebagai Wakil Komisaris Utama, Suwhono dan Askolani sebagai Komisaris dan Aviliani, Goei Siauw Hong, Abdul Aziz, Bangun Sarwito Kusmuljono serta Cahaya Dwi Rembulan Sinaga sebagai Komidaris Independen.

"Bank Mandiri telah memiliki sistem pengelolaan organisasi yang baik, sehingga pergantian pengurus perseroan tidak akan mempengaruhi kinerja dan dapat terus melanjutkan transformasi," ujarnya di Plaza Mandiri, Jakarta.

Selain itu, pemegang saham juga mengesahkan jajaran direksi antara lain Budi Gunadi Sadikin sebagai Direktur Utama, Sulaiman Arif Arianto sebagai Wakil Direktur Utama. Sedangkan untuk jajaran direktur antara lain Sentot A Sentausa, Ogi Prastomiyono, Pahala Nugraha Mansury, Royke Tumilaar, Herry Gunardi, Tardi Ahmad Siddik Badruddin, Kartini Sally, dan Kartiko Wirjoatmodjo.

"Kalau perbankan dulu seperti Bapindo, BDM, sangat biasa muter-muter direksi. Dulu perputaran direksi antar bank negara sesuatu yang rutin. Tapi belakangan ini memang jarang terjadi. Tapi itu kebiasaan bagus untuk bisa muter jajaran direksinya," jelas dia.

Dengan kepengurusan baru ini, kata Budi, Bank Mandiri siap untuk terus memberikan nilai yang terbaik kepada seluruh stakeholders serta lebih siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. (Dny/Nrm)


Source: liputan6.com
Operator RS Tak Khawatir Meski Rupiah Tertekan

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk mengaku tak khawatir kendati penguatan dolar Amerika Serikat (AS) mendorong rupiah hingga tembus angka 13.200 per dolar AS.

Direktur Utama PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk, Rustiyan Oen menerangkan, memang sebagian alat medis didatangkan dari luar negeri. Meski demikian, itu hanya mengambil porsi kecil dari pengeluaran perseroan.

"Memang paling besar untuk pembelian alat medis seperti CT scan, tapi 5-10 persen," kata dia di Jakarta, Senin (16/3/2015).

Ia menambahkan, kalau kebutuhan lain seperti obat diperoleh dari dalam negeri sehingga tidak terpengaruh meski dolar AS menguat. "Obat belinya pabrik lokal dalam rupiah, komponen dolar tidak pengaruh. Yang pengaruh pabrik obatnya," ujar Rustiyan.

PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk juga menggelar penawaran saham perdana/initial public offering (IPO). Saham yang ditawarkan dalam rangka penawaran saham perdana/IPO itu ada sekitar 73,75 juta saham baru dan sekitar 189,15 juta saham biasa milik pemegang saham Lion Investments Partner B.V.

Dengan IPO, perseroan bakal menerima dana segar sekitar Rp 4,45 triliun yang terdiri dari Rp 1,23 triliun saham baru dan Rp 3,21 triliun saham divestasi milik Lion Investment Partners.



Penggunaan dana ini sebanyak 56 persen untuk rumah sakit 56 persen di Jabodetabek dan Surabaya, 20 persen untuk pembelian alat dan infrastruktur teknologi informasi, 16 persen untuk pembelian tanah, dan 8 persen ekpansi rumah sakit yang sudah ada.

Selain Kresna Graha Sekurindo, pihak Mitra Keluarga menunjuk juga PT Morgan Stanley Asia Indonesia, PT UBS Securities Indonesia, PT Deutche Securities Indonesia, dan PT CIMB Securities.

Seperti diketahui, pada perdagangan Senin ini rupiah kembali menyentuh angka 13.200 per dollar AS di tengah pelaku pasar menanti pertemuan Bank Sentral AS (The Fed).

Data valuta asing Bloomberg menunjukan pelemahan 0,29 persen ke level 13.243 per dollar AS. Sebelumnya, nilai tukar rupiah juga sempat menyentuh level terendah sejak 1998 di kisaran 13.249 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:42 waktu Jakarta. Di awal pekan ini, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 13.210 - 13.249 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level 13.237 per dolar AS. Angka tersebut melanjutkan pelemahan dari perdagangan pekan lalu. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Bank Mandiri Bagi Dividen Rp 212

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan membayar dividen 2014 sebesar 25 persen dari laba bersih 2014 yaitu sebesar Rp 4,96 triliun. Dividen yang dibagikan sebesar Rp 212.

Pembayaran dividen dilakukan pada 17 April 2015. Hal itu telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Senin (16/3/2015).

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemberian dividen ini merupakan bentuk apresiasi kepada para pemegang saham yang telah mendukung kinerja Bank Mandiri selama 2014.

"Langkah ini juga sejalan dengan komitmen kami memberikan total return yang baik kepada pemegang saham dan Bank Mandiri dapat terus tumbuh dengan baik di masa mendatang sesuai dengan rencana bisnis yang sudah ditetapkan" ujar Budi di Plaza Mandiri, Jakarta.

RUPST tersebut juga mengesahkan laporan keuangan perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2014 dengan aset mencapai Rp 855 triliun. Sedangkan pada akhir 2015, perseroan menargetkan capai aset sebesar Rp 1.000 triliun agar mampu melangkah lebih cepat di ASEAN.

Budi menjelaskan, selama 2014 perseroanmenunjukan kinerja yang positif. Pada akhir Desember 2014, laba bersih Bank Mandiri mencapai Rp 19,9 triliun dengan laju pertumbuhan kredit mencapai 12 persen, dari Rp 472,4 triliun pada 2013 menjadi Rp 530 triliun pada 2014.

Atas kinerja tersebut, lanjut Budi, aset Bank Mandiri mengalami pertumbuhan year on year sebesar 16,6 persen, menjadi Rp 855 triliun pada akhir Desember 2014.

"Total aset ini menjadikan Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia dan siap membidik pasar ASEAN," tandasnya. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
Bank Mandiri Bagi Dividen Rp 212 per Saham

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan membayar dividen 2014 sebesar 25 persen dari laba bersih 2014 yaitu sebesar Rp 4,96 triliun. Dividen yang dibagikan sebesar Rp 212 per saham.

Pembayaran dividen dilakukan pada 17 April 2015. Hal itu telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Senin (16/3/2015).

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemberian dividen ini merupakan bentuk apresiasi kepada para pemegang saham yang telah mendukung kinerja Bank Mandiri selama 2014.

"Langkah ini juga sejalan dengan komitmen kami memberikan total return yang baik kepada pemegang saham dan Bank Mandiri dapat terus tumbuh dengan baik di masa mendatang sesuai dengan rencana bisnis yang sudah ditetapkan" ujar Budi di Plaza Mandiri, Jakarta.

RUPST tersebut juga mengesahkan laporan keuangan perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2014 dengan aset mencapai Rp 855 triliun. Sedangkan pada akhir 2015, perseroan menargetkan capai aset sebesar Rp 1.000 triliun agar mampu melangkah lebih cepat di ASEAN.

Budi menjelaskan, selama 2014 perseroanmenunjukan kinerja yang positif. Pada akhir Desember 2014, laba bersih Bank Mandiri mencapai Rp 19,9 triliun dengan laju pertumbuhan kredit mencapai 12 persen, dari Rp 472,4 triliun pada 2013 menjadi Rp 530 triliun pada 2014.

Atas kinerja tersebut, lanjut Budi, aset Bank Mandiri mengalami pertumbuhan year on year sebesar 16,6 persen, menjadi Rp 855 triliun pada akhir Desember 2014.

"Total aset ini menjadikan Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia dan siap membidik pasar ASEAN," tandasnya. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
Dirut Mandiri Tolak Satukan ATM dengan Bank Asing

Liputan6.com, Jakarta - Anjuran Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar perbankan BUMN menyatukan Automatic Teller Machine (ATM) guna menurunkan tingkat suku kredit perbankan mendapat tanggapan dari Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin.

Budi mengatakan, sebenarnya wacana penyatuan ATM ini sudah lama bergulir dan sudah dilakukan antar perbankan BUMN melalui sistem Link.

"Sebenarnya ide itu sudah cukup lama dilontarkan. Dan sebenarnya sudah jalan di bank BUMN. Jadi kalau lihat bank BUMN sudah link oleh ATM Link. Jadi sudah gabung, nggak lewat private sector. Ada interchange fee-nya," ujarnya di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (16/3/2015).

Dia menjelaskan, dengan sistem Link ini saja sudah membawa keuntungan bagi perbankan BUMN, terutama bank yang belum memiliki banyak unit anjungan tunai mandiri tersebut.

"Dengan begitu bank BUMN yang ATM-nya sedikit itu bisa dapat akses ke Bank BUMN yang besar. Sebenarnya sudah ada sih itu," lanjutnya.

Namun menurut Budi, akan lebih baik jika penyatuan ATM ini hanya dilakukan antara perbankan plat merah. Atau bila ingin dengan perbankan swasta, bisa dengan bank pembangunan daerah (BPD).

"Kalau saya pribadi, saya lebih senang dengan BUMN, kalau private (swasta) ya dengan BPD-lah. Asing nggak usah," kata dia.

Dia menyatakan, penyebabnya tidak ingin melakukan penyatuan ATM dengan perbankan asing karena pengalaman Bank Mandiri yang ditolak saat ingin melakukan penyatuan dengan perbankan lokal di negara lain seperti di Singapura dan Malaysia.

"Kenapa, karena saya mau masuk ke Malaysia nggak boleh, Singapura nggak boleh tuh. Jadi kalau saya mau bank asing, mau masuk ke Singapura join dengan ATM bank-bank nya Singapura nggak dikasih. Kalau ke Malaysia, dikasih cuma mungkin annual fee-nya 5 kali lebih mahal, transaction fee-nya 6 kali lebih mahal, jadi kenapa kita mesti share. Saya juga mohon pemahaman teman-teman jangan kemduian kita yang didorong untuk buka. Padahal di negara lain nggak boleh masuk kita," tandas dia. (Dny/Nrm)


Source: liputan6.com