Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dinilai belum mempengaruhi omzet penjualan telepon seluler di dalam negeri meskipun sebagian besar telepon seluler yang dijual di Indonesia merupakan produk impor.
Ketua Asosiasi Pedagang dan Importir Telepon Genggam (ASPITEG), Alie Cendrawan mengatakan, belum terpengaruhnya penjualan telepon seluler di dalam negeri karena pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan ini dianggap masih dalam batas normal. Sejak awal tahun hingga Maret ini, pelemahan nilai tukar rupiah berada di kisaran 6 persen.
Menurut Alie, kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka gonta-ganti telepon seluler setiap ada model yang baru juga menjadi salah satu penyebab penjualan telepon seluler belum terlalu terganggu pelemahan rupiah. Menurutnya, untuk telepon seluler model baru, meski harganya naik akibat pelemahan rupiah, namun tetap banyak dicari oleh konsumen.
"Untuk produk baru, penjualan tidak pengaruh, karena orang tetap kan kejar, karena orang kan penasaran. Contohnya Iphone+, di luar negeri paling harganya SG$ 1.100 hingga SG$ 1.250, tapi pada saat launching bisa mencapai SG$ 2.500 hingga SG$ 3.000, tapi ada juga yang beli. Ini kan hukum dagang," jelasnya.
Bahkan Alie menyatakan Indonesia pernah mengalami pelemahan nilai tukar hingga level Rp 18 ribu per dolar AS. Saat itu pedagang telepon seluler di dalam negeri masih mampu bertahan. "Kita malah pernah kan mengalami sampai Rp 18 ribu. Malah pada saat itu stoknya banyak, jadi kami bisa kirim ke luar," tandasnya.
Meskipun pelemahan rupiah belum banyak berpengaruh ke sektor rill, Bank Indonesia (BI) tetap mencoba berbagai cara agar rupiah tidak tertekan terus menerus. BI mengaku telah menyiapkan beberapa kebijakan untuk menekan defisit transaksi berjalan dalam rangka stabilisasi makro ekonomi Indonesia. Kebijakan ini menyusul 8 paket kebijakan ekonomi yang dirumuskan pemerintah Joko Widodo (Jokowi).
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengaku, BI akan fokus menjaga stabilitas ekonomi makro Indonesia secara waspada (cautions) dan kebijakan bias ketat. "Kebijakan BI mengarah pada defisit transaksi berjalan lebih sehat ke level 2,5 persen sampai 3 persen. Secara moneter bias ketat untuk menjaga stabilitas ekonomi, inflasi supaya mencapai target tahun ini 4 plus minus 1 persen," kata dia.
Agus meyakinkan, BI akan menjaga stabilitas ekonomi makro Indonesia dengan cadangan devisa (cadev). Cadev Indonesia per Februari 2015 tercatat Rp 115,5 miliar atau 6,5 bulan impor yang menunjukkan ekonomi Indonesia dalam keadaan membaik. (Dny/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dinilai belum mempengaruhi penjualan telepon seluler di dalam negeri meskipun sebagian besar telepon seluler yang dijual di Indonesia merupakan produk impor.
Ketua Asosiasi Pedagang dan Importir Telepon Genggam (ASPITEG), Alie Cendrawan mengatakan, belum tertepngaruhnya penjualan telepon seluler di dalam negeri karena pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan ini dianggap masih dalam batas normal. Sejak awal tahun hingga Maret ini, pelemahan nilai tukar rupiah berada di kisaran 6 persen.
Menurut Alie, kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka gonta-ganti telepon seluler setiap ada model yang baru juga menjadi salah satu penyebab penjualan telepon seluler belum terlalu terganggu pelemahan rupiah. Menurutnya, untuk telepon seluler model baru, meski harganya naik akibat pelemahan rupiah, namun tetap banyak dicari oleh konsumen.
"Untuk produk baru, penjualan tidak pengaruh, karena orang tetap kan kejar, karena orang kan penasaran. Contohnya Iphone+, di luar negeri paling harganya SG$ 1.100 hingga SG$ 1.250, tapi pada saat launching bisa mencapai SG$ 2.500 hingga SG$ 3.000, tapi ada juga yang beli. Ini kan hukum dagang," jelasnya.
Bahkan Alie menyatakan Indonesia pernah mengalami pelemahan nilai tukar hingga level Rp 18 ribu per dolar AS. Saat itu pedagang telepon seluler di dalam negeri masih mampu bertahan. "Kita malah pernah kan mengalami sampai Rp 18 ribu. Malah pada saat itu stoknya banyak, jadi kami bisa kirim ke luar," tandasnya.
Meskipun pelemahan rupiah belum banyak berpengaruh ke sektor rill, Bank Indonesia (BI) tetap mencoba berbagai cara agar rupiah tidak tertekan terus menerus. BI mengaku telah menyiapkan beberapa kebijakan untuk menekan defisit transaksi berjalan dalam rangka stabilisasi makro ekonomi Indonesia. Kebijakan ini menyusul 8 paket kebijakan ekonomi yang dirumuskan pemerintah Joko Widodo (Jokowi).
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengaku, BI akan fokus menjaga stabilitas ekonomi makro Indonesia secara waspada (cautions) dan kebijakan bias ketat. "Kebijakan BI mengarah pada defisit transaksi berjalan lebih sehat ke level 2,5 persen sampai 3 persen. Secara moneter bias ketat untuk menjaga stabilitas ekonomi, inflasi supaya mencapai target tahun ini 4 plus minus 1 persen," kata dia.
Agus meyakinkan, BI akan menjaga stabilitas ekonomi makro Indonesia dengan cadangan devisa (cadev). Cadev Indonesia per Februari 2015 tercatat Rp 115,5 miliar atau 6,5 bulan impor yang menunjukkan ekonomi Indonesia dalam keadaan membaik. (Dny/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Liputan6.com, Jakarta - Program Wirausaha Muda Mandiri yang digelar oleh PT Bank Mandiri (Tbk) untuk mencari bakat wirausahawan muda berhasil menjaring potensi kaum muda dari seluruh nusantara yang memiliki gagasan dan ide wirausaha berbasis pengembangan potensi lokal. Salah satunya adalah Kelompok Usaha Bersama (KUB) Projo Mino dari Kabupaten Bantul yang mampu memenangi kategori perikanan dan pertanian.
Adalah Facrudin Al Rozi dan Samsudji Rokmad, dua pemuda nelayan yang menjadi motor KUB Projo Mino. di bawah dorongan kedua pemuda ini, KUB projo Mino mampu mewujudkan penerapan manajemen tangkap berbasis lingkungan di sektor hulu dan pengolahan hasil disektor hilir.
Tujuan dari penerapan medote manajemen tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan nelayan di pesisir pantai selatan Bantul dan memutus rantai ketergantungan terhadap para rentenir yang selama ini membelit nelayan.
Fachruin bercerita, Projo Mino berdiri pada tahun 2011 sebagai asosiasi kelompok pengolah dan pemasar ikan. Anggota kelompok tersebut adalah nelayan, pembudidaya ikan, pengolah hasil perikanan dan pemasar hasil perikanan.
"Melalui KUB Projo Mino, kami melakukan program pemberdayaan nelayan dan istri nelayan guna meningkatkan nilai tambah ekonomis dari profesi sebagai nelayan.” ungkap Fachruin dalam keterangannya Minggu (15/3/2015).
Samsudji Rokhmad menambahkan, dengan memenangkan kompetisi Wirausaha Mandiri tersebut akan menjadi semangat bagi para anggota projo Mino dan nelayan di pesisir Kabupaten Bantul untuk semakin meningkatkan kapasitas nelayan dalam memaksimalkan pengolahan hasil tangkapan sehingga kemandirian nelayan berujung pada peningkatan kesejahteraan nelayan yang selama ini terpinggirkan.
"Capaian ini juga menjadi pemantik buat kami untuk membuktikan bahwa masa depan bangsa Indonesia ada di sektor kelautan dan perikanan sesuai dengan visi-misi pemerintahan Jokowi–JK yang berkeinginan kuat mewujudkan kedaulatan maritim." jelasnya.
Untuk diketahui, dengan kemenangan tersebut, KUB Projo Mino mendapatkan hadiah sebesar Rp 50 Juta dan Bantuan Permodalan sebesar Rp 250 juta dari Bank Mandiri. (Gdn)
Source: liputan6.com
|