Prev Maret 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 12 Maret 2015
Rupiah Masih Jadi Sentimen Penggerak IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan pelemahan pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Pelaku pasar masih mencermati pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, IHSG masih berpeluang tertekan seiring nilai tukar rupiah melemah. Pelaku pasar akan mencermati pergerakan nilai tukar rupiah, dan langkah pemerintah untuk meredam pelemahan rupiah.

David menuturkan, bila rupiah terus tertekan maka pelaku pasar asing akan kembali melakukan aksi ambil untung. Selain itu, pelemahan rupiah juga berdampak terhadap kinerja emiten. Dengan melihat kondisi itu, David memperkirakan, IHSG akan bergerak di kisaran 5.360-5.450.

"Mudah-mudahan ada intervensi. Pemerintah saja sampai melakukan rapat dadakan," ujar David, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (12/3/2105).

Rupiah kembali melemah dan diperdagangkan di atas level psikologis 13.000 per dolar AS pada perdagangan Rabu pekan ini. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah melemah 105 poin terhadap dolar Amerika Serikat menjadi 13.164 pada Rabu pekan ini dari periode Selasa 10 Maret 2015 di kisaran 13.059 per dolar AS.

David mengharapkan, Bank Indonesia (BI) tidak hanya mengandalkan cadangan devisa untuk mengendalikan rupiah. Hal itu mengingat dolar AS masih akan cenderung menguat ke depan seiring ada kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS). "Jangan sampai BI dan pemerintah kehabisan peluru," kata David.

Hal senada disebutkan dalam riset PT Sinarmas Sekuritas. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditambah harapan pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed pada pertengahan tahun turut memberikan sentimen terhadap indeks saham. IHSG akan melemah di kisaran level 5.388-5.435.

Sedangkan Analis Teknikal PT BNI Securities, Andri Zakarias Siregar memprediksi, IHSG bergerak di 5.420-5.500 pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Hal itu melihat IHSG kembali terjebak dalam range 5.400-5.500 didukung ekspektasi kenaikan terbatas dan rawa aksi ambil untung lebih lanjut selama penutupan di bawah 5.472.

Untuk rekomendasi saham, Andri memilih sejumlah saham dapat diperhatikan pelaku pasar yaitu saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Sedangkan riset PT Sinarmas Sekuritas, saham-saham yang dapat diperhatikan yaitu saham ADES, PT Soechi Lines Tbk (SOCI), PT Mayora Tbk (MYOR), dan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). (Ahm/)


Source: liputan6.com
Pasar Uang RI Dipermainkan, Rupiah Bisa Bergerak Liar

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan Bank Indonesia (BI) bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menyentuh level Rp 13.000 sangat bagus untuk ekspor impor Indonesia menuai tanggapan negatif dari Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Lana Soelistianingsih. Dia berpendapat, dengan adanya pernyataan tersebut, investor atau pemegang dolar AS akan terus mempermainkan pasar uang Indonesia untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya.

"BI yang menganggap level rupiah ini aman, nyaman dan baik buat ekspor dan impor justru bikin pasar bermain-main di sana. Eksportir yang pegang dolar AS, tidak mau dijual," ujar dia, di Jakarta, Kamis (12/3/2015).

Menurut Lana, pelemahan rupiah memang tidak sendiri karena memang dolar AS terus menguat terhadap semua mata uang di Asia dan bahkan di dunia. Jika dilihat, mata uang enam negara di Asia mengalami pelemahan, baik itu Yen Jepang, Peso Filipina, Won Korea, dan Baht Thailand. Namun jika dilihat lebih dalam, pelemahan yang dialami oleh rupiah paling dalam jika dibanding dengan mata uang Asia lainnya. Depresiasi rupiah secara year to date mencapai 5,4 persen.

"Rupiah melemah paling dalam diantara negara tersebut, sehingga tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang stabil," tegasnya.

Atas dasar itu, dia mendesak BI harus segera intervensi di pasar valuta asing (valas) karena selama ini hanya intervensi di pasar rupiah. BI disarankannya untuk menerbitkan obligasi valas supaya suplai valas bertambah.

"BI dapat intervensi lebih agresif di pasar valas untuk mengantisipasi tren permintaan dolar AS yang tinggi di Juni guna pembayaran utang. Jika tidak, maka bulan keenam ini rupiah akan lari liar. Dan jika tidak diintervensi bisa dipermainkan spekulan," kata Lana. Sayangnya dia enggan memprediksi pergerakan rupiah jika BI lepas tangan mengitervensi pelemahan kurs.

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, nilai tukar rupiah yang saat ini berada di kisaran Rp 13.000 per dolar sangat bagus untuk perkembangan ekspor dan impor Indonesia. "Kalau mempertimbangkan faktor, kurs rupiah saat ini cukup oke untuk ekspor dan mengurangi laju impor terhadap barang-barang konsumtif," ujar dia.

Perry menjelaskan, Indonesia masih mencatatkan defisit transaksi berjalan yang diperkirakan masih berada di angka 3 persen pada tahun ini karena ada pembangunan infrastruktur yang membutuhkan impor bahan baku. "Kalau bisa ditekan impor bahan bakunya, level defisit transaksi berjalan di 2015 bisa berkurang 2,8 persen," terangnya.

Level defisit transaksi berjalan tahun ini, sambung dia, masih bagus untuk investor mengingat defisit transaksi berjalan saat ini lebih mengarah pada kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, bukan konsumsi.

"Kami akan terus memastikan nilai tukar bergerak stabil sesuai fundamentalnya. Kalaupun ada pelemahan, lebih tertata, gradual dan nggak menimbulkan kepanikan. Sebab kita nggak segan-segan melakukan intervensi di pasar valas apabila tekanan berlebihan," tutur Perry.

Data valuta asing Bloomberg, Rabu (11/3/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah masih berada di kisaran 13.200 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan, rupiah berada di level 13.196,30 per dolar AS. Rupiah pun bergerak fluktuaktif hingga sore di kisaran 13.145 per dolar AS hingga 13.245 per dolar AS. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Impor Jelang Puasa Bikin Rupiah Jebol ke 13.200 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Ada dua penyebab nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah hingga menembus level Rp 13.200 per dolar AS. Dua penyebab tersebut memang siklus tahunan namun di tahun ini pelemahan lebih dalam karena juga didukung oleh faktor eksternal.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih mengungkapkan, dua penyebab pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah antisipasi impor dan pembayaran Ongkos Naik Haji (ONH) Plus. "Rupiah melemah karena importir jauh-jauh hari sudah mengantisipasi kebutuhan menjelang puasa dan Idul Fitri," ujar dia di Jakarta, Kamis (12/3/2015). 

Bulan Ramadhan atau puasa akan jatuh pada Juni dan Idul Fitri di bulan Juli ini. Impor bahan baku dari negara lain mengerek permintaan dolar AS semakin besar.

Penyebab lain rupiah terkapar, kata Lana, antisipasi pembayaran ONH Plus ke Kementerian Agama dalam mata uang dolar AS yang harus lunas pada April ini. Padahal dalam Undang-undang (UU) No 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, segala kegiatan atau transaksi ekonomi di dalam negeri wajib menggunakan mata uang rupiah. "Harusnya pemerintah bisa mengatur waktu yang tepat untuk pembayaran ONH Plus," harap dia.

Untuk itu, Lana mendesak BI harus segera intervensi di pasar valuta asing (valas) karena selama ini hanya intervensi di pasar rupiah. BI disarankan untuk menerbitkan obligasi valas supaya suplai valas bertambah.

"BI dapat intervensi lebih agresif di pasar valas untuk mengantisipasi tren permintaan dolar AS yang tinggi di Juni guna pembayaran utang. Jika tidak, maka bulan keenam ini rupiah akan lari liar. Dan jika tidak diintervensi bisa dipermainkan spekulan," terang Lana.

Dia juga mengkritisi kebijakan pemerintah untuk mengangkat kembali kurs rupiah. Kebijakan tersebut dianggap baru akan terasa dalam jangka panjang.  "Kebijakan itu ad-hock, tapi untuk jangka panjang bagus karena tidak bisa langsung terasa. Contohnya saja tax allowance, prosesnya ribet dan pencairannya lama. Kalaupun perusahaan memperoleh fasilitas itu, dapatnya lama," tandas Lana.

Namun memang, selain dua faktor tersebut ada juga penyebab lain rupiah melemah cukup dalam yaitu penguatan dolar AS karena ada sentimen bahwa Bank Sentral Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. oleh sebab itu, pelemahan rupiah tidak sendiri. Mata uang Asia lainnya juga melemah.

Data valuta asing Bloomberg, Rabu (11/3/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah masih berada di kisaran 13.200 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan, rupiah berada di level 13.196,30 per dolar AS. Rupiah pun bergerak fluktuaktif hingga sore di kisaran 13.145 per dolar AS hingga 13.245 per dolar AS. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Ini Beda Risiko Pelemahan Rupiah di Era SBY dan Jokowi

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah dalam dua pekan ini masih bergerak di kisaran Rp 13.000 per dolar AS. Namun demikian ‎Bank Indonesia memastikan pelemahan tersebut masih yang terbaik jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

Tahukah Anda bahwa pelemahan rupiah kali ini berbeda situasinya dengan yang terjadi serupa di era kepemimpinan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono?

Bedanya, pelemahan rupiah kali ini tidak memiliki risiko terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Pemerintah (APBN). Namun pada tahun 2014 dan sebelumnya, pergerakan rupiah sangat mempengaruhi pembengkakan pembiayaan peemrintah. Pembiayaan pemerintah paling besar akibat masih besarnya subsidi pemerintah terutama di sektor Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Dari sisi pemerintah, kalau gejolak rupiah 2013-2014 maka jelas APBN kita dalam ancaman, apabila disertai kenaikan harga minyak, subsidi BBM akan menggelembung besar, current account deficits bisa melebihi 3 persen,"‎ kata Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro seperti ditulis, Kamis (12/3/2015).

Jika pelemahan rupiah terjadi dimana struktur APBN masih seperti yang lama, maka beberapa cara yang akan diambil pemerintah seperti menaikkan harga BBM bersubsidi atau dengan pemangkasan anggaran Kementerian atau Lembaga.

Berbanding terbalik dengan apa yang terjadi dengan postur belanja dalam APBN-P 2015. BBM untuk jenis Premium sudah dibebaskan dari subsidi. Maka dari itu Bambang mengaku APBN-P 2015 kali ini lebih sehat. "Jadi clear, pelemahan rupiah tidak ada pengaruhnya ke budget," tegasnya.

Pembebasan subsidi dan penciptaan ruang fiskal yang lebih lebar tersebut tidak terlepas dari kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada bulan November 2014.

Kebijakan positif kembali diperlihatkan pemerintah dengan kembali menurunkan sekaligus menghapus subsidi untuk BBM jenis Premium pada awal tahun 2015. Ha‎l itu juga diperkuat dengan disesuaikan harga Premium sesuai dengan mekanisme harga minyak dunia, dimana penyesuaian dilakukan satu bulan sekali.

Maka dari itu, Bambang meyakini dengan berbagai instrumen makro yang sudah ada saat ini, Indonesia bisa dibilang menjadi negara yang paling konsisten dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia.

Itu dibuktikan dengan pelemahan rupiah mulai dari Januari 2015 hingga Maret 2015‎ sudah sebesar 5,7 persen (year to date). Angka itu paling rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Brazil yang mata uangnya melemah 16,3 persen dan Turki 13 persen.

Tak hanya beberapa negara berkembang pelamahan rupiah terhadap dolar juga lebih minim jika dibandingkan Afrika Selatan, India, Malaysia dan Singapur‎a lebih buruk dari Indonesia.‎ (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com
Top 5 Bisnis: Rupiah Masih Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang hampir mencapai Rp 13.200 dinilai tidak membahayakan perekonomian Indonesia.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, pasalnya pelemahan rupiah ini merupakan imbas dari gejala perekonomian di dunia, bukan gejala yang terjadi di dalam negeri.

Pelemahan tak hanya dialami rupiah, tapi juga mata uang Malaysia, ringit. Bahkan Wapres JK menyebut, pelemahan rupiah tak separah ringgit.

Tak hanya itu, berita mengenai peluncuran Railbus Bathara Kresna atau Kereta Api Perintis jurusan Solo-Wonogiri serta curhatan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti soal protes dari negara tetangga juga banyak diburu pembaca.

Lengkapnya, berikut lima artikel paling populer di kanal bisnis Liputan6.com, Kamis (12/3/2015):

1. Wapres JK: Pelemahan Rupiah Tak Separah Ringgit Malaysia

Meski pelemahan rupiah kali ini menjadi yang paling tajam di antara mata uang negara lain, namun JK menilai bahwa hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan.

"Bukan soal wajar (atau tidak), tapi artinya kita bisa berjalan. Ada yang lebih tajam. Kita lebih baik dari Malaysia. Ya hari ini (paling tajam pelemahannya). Mungkin Orang lihat ada masalah-masalah," lanjutnya.

Untuk menjaga agar pelemahan tidak semakin parah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan terus mengeluarkan kebijakan yang diperlukan.

2. Menteri Jonan Luncurkan Kembali Railbus Solo - Wonogiri

PT KAI (Persero) Daop 6 Yogyakarta resmi meluncurkan kembali railbus Bathara Kresna atau Kereta Api Perintis jurusan Solo - Wonogiri. Peresmian peluncuran kembali railbus tersebut dilakukan langsung oleh Menteri Perhubungan Ignasiun Jonan di Stasiun Purwosari Solo, Rabu, 11 Maret 2015.

Kereta api perintis tersebut pertama kali diluncurkan empat tahun lalu saat Presiden Joko widodo masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Hanya saja, setelah itu, railbus tersebut sempat berhenti beroperasi. Nah, mulai hari Raibuls Bathara Kresna resmi diluncurkan kembali untuk melayani perjalanan Solo - Wonogiri.

3. Tangkap Pencuri Ikan, Menteri Susi Diserang Negara Tetangga

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku mendapat serangan bertubi-tubi dari negara tetangga, karena menegakkan hukum untuk kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia.

Susi mengatakan, menjaga kedaulatan laut dengan penegakan hukum yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk kapal asing yang mencuri ikan di perairan laut Indonesi telah memukul negara tetangga.

"Bagi negara tetangga kita yang selama ini mengeksploitasi laut kita, kebijakan ini sangat memukul bidang perikanan mereka," kata Susi.

4. Cara Bikin Uang Datang Tanpa Dicari

Sukses memiliki banyak uang sebenarnya dapat diraih dengan lebih dulu membenahi diri sendiri. Yang terpenting, Anda mampu memanfaatkan berbagai peluang yang tersedia mengingat itu merupakan salah satu elemen penting untuk menjadi kaya raya.

Semangat belajar memperkaya pengetahuan dan bekerja keras juga dapat menjadi langkah-langkah mencapai kesuksesan yang besar. Berikut enam cara sederhana yang dapat membuat uang menghampiri Anda dengan sendirinya


5. China Siapkan Duit Ribuan Triliun Buat Belanja Senjata

Sebagai salah satu negara importir senjata terbesar dunia, China tercatat naik dua peringkat ke posisi ke-3 sepanjang 2014. Anggaran pembelian senjata negara tersebut masih terus tumbuh dengan laju yang sangat cepat.

IHS mencatat anggaran pertahanan nasional China meningkat dua kali lipat sejak 2008. Awal bulan ini, pemerintah Beijing mengumumkan anggaran pertahanannya meningkat 10,1 persen menjadi 886,9 miliar yuan atau Rp 1.835,6 triliun(kurs: Rp 2.101/yuan) untuk 2015. (Ndw)

 


Source: liputan6.com
Meski Rupiah Ambruk, RI Tak Bakal Krisis

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil menegaskan, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi saat ini hanya bersifat temporal. Kendati telah menembus level Rp 13.200 per dollar AS atau level yang sama saat terjadi krisis ekonomi di tahun 1998, namun kondisi saat ini jauh berbeda dengan berbeda dengan krisis pada 17 tahun yang lalu.

"Jangan dibandingkan 1998 dengan sekarang, itu salah. Di 1998 Indonesia depresi dari Rp 2.400 per dolar AS ke level Rp 13.000 per dolar AS hingga Rp 14.000 per dolar AS. Itu kenaikannya sampai ratusan persen. Sekarang hanya 5 persen dan yang dialami Malaysia lebih tinggi, Euro lebih tinggi," kata dia seperti ditulis Kamis (12/3/2015).

Dia menerangkan, lemahnya rupiah dan mata uang lainnya terhadap dolar AS karena perekonomian negara tersebut telah mengalami perbaikan. Dengan perbaikan tersebut, Bank Sentral AS (The Fed) berencana untuk menaikkan suku bunga acuan di kisaran Juni nanti. "Kemungkinan The Fed akan ambil keputusan pada rapat pertengahan bulan ini. Jadi itu orang memperkirakan," lanjutnya.

Namun meskipun pelemahan rupiah karena faktor eksternal, pemerintah tidak akan tinggal diam. Para menteri di bidang ekonomi akan merumuskan paket kebijakan yang akan dirapatkan pada Jumat pekan ini. "Hari Jumat akan rakor untuk merumuskan policy respon dari pemerintah akan ada paket kebijakan di sektor ekonomi," ujarnya.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan dari 1 Januari 2015 hingga Maret 2015 rupiah telah melemah 5,7 persen. Namun angka tersebut masih lebih baik dibanding negara berkembang yang lain. Agus menyebut, mata uang Brazil telah melemah 16,7 persen pada periode yang sama. Sementara Turki melemah 13 persen.

"Jadi yang kami sampaikan di antara negara berkembang launnya, Indonesia paling disorot, memang ada depresiasi tapi tidak sebesar negara berkembang lainnya," tandasnya. (Amd/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Terus Merosot ke Level 13.213 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah memimpin penurunan mata uang di Asia dan mencapai pelemahan terparah dalam 16 tahun terakhir setelah Bank Indonesia memberikan sinyal bahwa rupiah baik-baik saja. Alhasil, keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) terus menghantam rupiah hingga ke atas level US$ 13.200 per dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, Kamis (12/3/2015) mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,16 persen ke level 13.213 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:01 waktu Jakarta. Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat di level 13.174 per dolar AS dibanding pada pembukaan sehari sebelumnya. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di level 13.134 per dolar AS hingga 13.214 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah ke level 13.176 per dolar AS. Pelemahan hari ini melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 13.164 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, rupiah bukan satu-satunya mata uang yang melemah di Asia. Artinya, pelemahan rupiah bukan disebabkan oleh faktor internal namun lebih karena sentimen dari luar yaitu penguatan dolar AS.

Ia pun menjelaskan, dari tahun ke tahun data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan perbaikan jika dibanding dengan saat krisis 2008 lalu. Angka penjualan ritel terus meningkat, data tenaga kerja yaitu angka pengangguran juga terus berkurang. Hal tersebut membuat ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS bakal segera menaikkan suku bunga acuan mencuat. ekspektasi itulah yang menyebabkan nilai tukar dolar AS terus menguat sehingga menekan nilai tukar negara lain termasuk euro.

Namun, Eric mengingatkan, agar pelemahan rupiah sebaiknya tidak terjadi dalam jangka panjang. "Kalau persepsi investor berubah karena rupiah melemah terlalu lama, para investor portfolio bisa meninggalkan Indonesia. Ini yang dikhawatirkan," terangnya.

Selama ini para pelaku pasar masih menganggap pelemahan rupiah sebagai upaya mengendalikan defisit transaksi berjalan. Hal itu yang menyebabkan para pelaku pasar dapat dengan cepat melakukan penyesuaian. (Sis/Gdn)


Source: liputan6.com
Bos Bank Mandiri Minta Mahasiswa Jadi Wirausaha Ketimbang Bankir

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk kembali menggelar Gerakan Kewirausahaan Nasional 2015 pada hari ini. Acara ini merupakan program perusahaan yang berjalan sejak 2007. Program ini bertujuan untuk menciptakan para wirausaha baru di Indonesia.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin pun berpesan di hadapan ribuan mahasiswa jika nantinya lulus dari meja kuliah, untuk lebih baik menjadi seorang wirausaha.

"Banyak mahasiswa ingin kerja menjadi bankir seperti saya, padahal itu hanya menyerap 1 tenaga kerja. Kalau wirausaha kecil bisa menyerap 1-5 tenaga kerja, kalau besar bisa 5-20 tenaga kerja. Buat adik-adik jangan berkeinginan seperti saya, lebih baik berkeinginan menjadi wirausaha kayak Pak Jokowi dulu saat muda," kata Budi di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, Kamis (12/3/2015).

Ia menjelaskan, Indonesia saat ini sangat membutuhkan wirausaha‎ mengingat jumlah wirasuaha saat ini masih sekitar 1,6 persen dari jumlah penduduk Indonesia mencapai 255 juta jiwa.

Untuk menjadi negara maju, setiap negara minimal harus memiliki jumlah wirausaha setidaknya 2 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Dengan meningkatkan wirasuaha tersebut, Budi menjelaskan juga akan menguntungkan dari perbankan. "Bank itu untung kalau semakin banyak yang nabung, bank semakin untung juga kalau semakin banyak yang meminjam dana," tegasnya.

Dalam Gerakan Kewirausahaan Nasional 2015 ini, Budi mengatakan telah diikuti sebanyak 9.000 peserta dan telah diseleksi sejak pertengahan 2014 hingga pada hari ini hanya menyisihkan 107 finalis.

Para pemenang Mandiri Young Entreneur ini nantinya akan mendapatkan pinjaman modal sebanyak Rp 25 juta dan bantuan pemasaran dari Bank‎ Mandiri. (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
Bos Bank CIMB Niaga Dihujani Pertanyaan Pelemahan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sudah tembus level di atas Rp 13.000 menjadi isu hangat dan topik pembicaraan masyarakat luas. Pemerintah dan Bankir pun diberondong pertanyaan soal anjloknya kurs rupiah di awal 2015.

Hal ini diakui Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk, Arwin Rasyid di ‎acara CIMB Niaga Economic Forum 2015 di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (12/3/2015).

"Pelemahan kurs rupiah masih lebih rendah. Dari Januari 2014 sampai Februari 2015 atau 14 bulan ini, kurs rupiah lemah 5,5 persen. Sedangkan Yen 13 persen, Euro 21 persen, Singapura Dolar 7 persen," tutur dia.

Mata uang Euro, Arwin mengatakan, mengalami depresiasi hingga 6 persen dalam kurun waktu satu bulan ini. Kurs Euro di Februari ini mencapai 1,14 per dolar AS dan semakin melemah menjadi 1,07 per dolar AS pada Maret ini.

"Bahkan perkiraannya Euro akan drop 1 berbanding 1, jadi jauh melampaui drop rupiah. Ini kondisi dunia, bukan masalah fundamental Indonesia karena dana masih mengalir ke Indonesia‎," terangnya.

Arwin mengaku, tingkat kepercayaan nasabah akibat pelemahan kurs rupiah tidak berkurang. Pertumbuhan dana terlihat meningkat kembali. Hal ini menurut Arwin, ditunjukkan dari pertumbuhan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 92 persen menjadi 89 persen.

"Bank kan bisnis, kami mendorong pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan yang sangat berpihak pada pelaku bisnis. Seperti pembangunan infrastruktur yang bisa menekan biaya logistik dan sebagainya," tukas dia.

Rupiah memimpin penurunan mata uang di Asia dan mencapai pelemahan terparah dalam 16 tahun terakhir setelah Bank Indonesia memberikan sinyal bahwa rupiah baik-baik saja. Alhasil, keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) terus menghantam rupiah hingga ke atas level US$ 13.200 per dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, Kamis pekan ini mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,16 persen ke level 13.213 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:01 waktu Jakarta.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat di level 13.174 per dolar AS dibanding pada pembukaan sehari sebelumnya. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di level 13.134 per dolar AS hingga 13.214 per dolar AS. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Bank Jual Dolar AS Di Atas Rp 13.200

Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) terus perkasa terhadap rupiah. Bahkan nilai tukar rupiah telah menembus level 13.200 per dolar AS.
Data valuta asing Bloomberg, Kamis (12/3/2015) mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,16 persen ke level 13.213 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:01 waktu Jakarta.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat di level 13.174 per dolar AS dibanding pada pembukaan sehari sebelumnya. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di level 13.134 per dolar AS hingga 13.214 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah ke level 13.176 per dolar AS. Pelemahan hari ini melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 13.164 per dolar AS.

Sementara itu, sejumlah bank telah menjual dolar AS di atas level Rp 13.200. Berikut kurs dolar seperti dikutip dari sejumlah situs bank.
Dari situs Bank Permata Tbk pukul 08.50 WIB, kurs dolar AS untuk jual di level Rp 13.315, kurs dolar AS untuk beli di kisaran 12.985.

Di situs PT Bank Mandiri Tbk pada pukul 09.38 WIB, kurs dolar AS untuk jual di level Rp 13.232, dan kurs dolar AS untuk beli di kisaran 13.068.

Sedangkan situs PT Bank Central Asia Tbk pada pukul 11.18 WIB menyebutkan, kurs dolar AS untuk jual di kisaran Rp 13.220, dan kurs dolar AS untuk beli di kisaran Rp 13.200.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, rupiah bukan satu-satunya mata uang yang melemah di Asia. Artinya, pelemahan rupiah bukan disebabkan oleh faktor internal namun lebih karena sentimen dari luar yaitu penguatan dolar AS.

Ia pun menjelaskan, dari tahun ke tahun data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan perbaikan jika dibanding dengan saat krisis 2008 lalu. Angka penjualan ritel terus meningkat, data tenaga kerja yaitu angka pengangguran juga terus berkurang.

Hal tersebut membuat ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS bakal segera menaikkan suku bunga acuan mencuat. ekspektasi itulah yang menyebabkan nilai tukar dolar AS terus menguat sehingga menekan nilai tukar negara lain termasuk euro.

Namun, Eric mengingatkan, agar pelemahan rupiah sebaiknya tidak terjadi dalam jangka panjang. "Kalau persepsi investor berubah karena rupiah melemah terlalu lama, para investor portfolio bisa meninggalkan Indonesia. Ini yang dikhawatirkan," terangnya. (Ahm/)


Source: liputan6.com
Rupiah Anjlok, Pengusaha Tak Khawatir Krisis

Liputan6.com, Jakarta - ‎Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga menyentuh level Rp 13.200 tidak membuat pengusaha khawatir terhadap perekonomian Indonesia. Bayangan krisis pun jauh dari pikiran pelaku usaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

"Tidak akan krisislah," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryo Bambang Sulisto di acara CIMB Niaga Economic Forum, Jakarta, Kamis (12/3/2015).

Dia membeberkan perbedaan kondisi saat ini dengan tahun 1998 silam di mana krisis keuangan melanda seluruh negara termasuk‎ Indonesia. Sehingga menyebabkan rupiah jatuh di level Rp 13.000 per dolar AS.

"Kalau sektor perbankan kita dulu nggak sehat, tidak seperti sekarang sehat, prudent dan fundamental ekonomi kita lebih baik," ujarnya.

Suryo mengaku, pengusaha tetap tertarik memegang kurs rupiah meski dilanda depresiasi cukup dalam bila dibandingkan negara lain dalam satu kawasan. ‎Namun terpenting bagi pengusaha, segala kebijakan pemerintah tidak mempersulit gerak bisnis mereka demi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

"Kita dukung semua kebijakan pemerintah, tapi yang penting nggak menyusahkan pengusaha, nggak mempersulit bisnis kami‎ karena kita ingin iklim dunia usaha kondusif," papar dia.

Bambang mengimbau agar pengusaha atau eksportir memarkir dananya di dalam negeri, mengingat pemerintah telah menjanjikan insentif bagi pengusaha yang mau melakukan reinvestasi di Indonesia.

"Insentif saja sebetulnya nggak cukup. Tingkat suku bunga juga harusnya diturunkan supaya lebih kompetitif dengan negara lain," tukasnya. (Fik/Ndw)


Source: liputan6.com
Rupiah Merosot, Indofarma Usulkan Harga Obat Generik Naik

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) telah menekan rupiah sehingga menembus level 13.200. Tekanan rupiah ini berdampak ke emiten farmasi yang banyak menggunakan bahan baku impor.

Hal itu disampaikan Sekretaris Perusahaan PT Indofarma Tbk (INAF), Yasser Arafat, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (12/3/2015).

"Industri farmasi memakai bahan baku impor semua. Kami membeli bahan baku dengan rupiah jadi rupiah melemah pasti terpengaruh," ujar Yasser.

Karena itu, pihaknya pun telah mengusulkan untuk menaikkan harga obat generik untuk menghadapi tekanan rupiah terhadap dolar. "Kami sudah usulkan kepada Kementerian Kesehatan menaikkan harga obat generik melihat kondisi rupiah sekarang," kata Yasser.

Melihat rupiah tertekan, pihaknya juga tidak hanya mengandalkan obat generik untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja. Yasser mengatakan, perseroan akan meluncurkan produk suplemen seperti makanan kesehatan. Diharapkan produk tersebut memberikan kontribusi kepada kinerja perseroan di kuartal III 2015.

"Ada beberapa produk yang diluncurkan, dan salah satunya produk suplemen. Saat ini kami sedang menunggu sertifikat halal," ujar Yasser.

Yasser mengatakan, pihaknya memprediksi rupiah akan berada di kisaran 12.500, tetapi rupiah semakin tertekan. Oleh karena itu, pihaknya berhati-hati untuk ekspansi.

Yasser menambahkan, tekanan rupiah tersebut memang lebih dipengaruhi faktor eksternal terutama ekonomi Amerika Serikat (AS) membaik . Sedangkan fundamental ekonomi Indonesia masih relatif baik.

Karena itu, ia mengharapkan, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dapat menjaga kestabilan rupiah, dan suku bunga acuan dapat kembali turun untuk menunjang bisnis farmasi ke depan.

PT Indofarma Tbk menargetkan pertumbuhan pendapatan menjadi Rp 1,7 triliun dan laba bersih sekitar Rp 33 miliar pada 2015. Yasser mengatakan, pertumbuhan kinerja ditopang dari kenaikan volume produksi dan peluncuran sejumlah produk baru.

Pada 2014, perseroan mencatatkan laba bersih Rp 1,16 miliar dari periode sama tajun sebelumnya rugi Rp 54,22 miliar. Penjualan bersih naik tipis 3,28 persen menjadi Rp 1,38 triliun pada 2014.

Data valuta asing Bloomberg, Kamis (12/3/2015) mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,16 persen ke level 13.213 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:01 waktu Jakarta.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat di level 13.174 per dolar AS dibanding pada pembukaan sehari sebelumnya. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di level 13.134 per dolar AS hingga 13.214 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah ke level 13.176 per dolar AS. Pelemahan hari ini melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 13.164 per dolar AS. (Ahm/)


Source: liputan6.com
Takut Inflasi Tinggi, BI Rate Belum Bakal Diturunkan Lagi

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia tidak berniat melakukan pelonggaran suku bunga acuan, meski bank sentral Eropa (EBC) menurunkan suku bunganya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, suku bunga yang dipatok Bank Indonesia saat ini sudah longgar, sehingga tidak perlu diturunkan lagi untuk menguatkan rupiah.

"Kita sudah termasuk longgar. Suku bunga sudah diturunin," kata Kalla, di Jakarta, Rabu (12/3/2015).

Kalla menambahkan, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan sentimen internal yang mempengaruhi rupiah didorong ekspor menurun. "Memang efek dari luar ke rupiah. Dalam negeri tentu ada ekspor turun karena harga turun. Tapi lebih karena efek menguatnya dollar AS," tutur Kalla.

Menurut Kalla, jika Bank Indonesia menurunkan suku bunganya, diperkirakan menciptakan inflasi, karena itu hal tersebut tidak dilakukan.

"Kalau dilonggarin lagi inflasi tinggi itu, lebih bahaya lagi," ujar JK.

Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50 persen pada 17 Februari 2015. Suku bunga Lending Facility tidak mengalami perubahan sehingga tetap di 8 persen. Sedangkan suku bunga Deposit Facility turun mengikuti BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen.

Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, Rapat Dewan Gubernur yang digelar pada hari ini memutuskan untuk menurunkan BI Rate karena tidak ada tekanan politik yang cukup tinggi yang akan mengganggu iklim ekonomi. Agus juga melihat bahwa level BI Rate setelah diturunkan masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran yang berada di kisaran 4 pada 2015 dan 2016. (Pew/Ahm)


Source: liputan6.com
Tanpa Paket Kebijakan Ekonomi, Rupiah Bisa Makin Tenggelam?

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sangat menghargai usaha pemerintah yang telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi dalam rangka stabilisasi rupiah. Langkah ini diharapkan dapat membantu penguatan rupiah dalam waktu dekat.

"Paket kebijakan itu sangat membantu dan sangat kami hargai supaya arus investasi tidak terganggu dan pertumbuhan ekonomi kita bisa berlari," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryo Bambang Sulisto di Jakarta, Kamis (12/3/2015).

Lebih jauh dia menjelaskan, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tetap harus waspada dan memiliki strategi tepat supaya rupiah tidak semakin terdepresiasi dalam. Salah satunya dengan menjaga iklim usaha di Indonesia demi kelancaran arus investasi langsung maupun tidak langsung.

"Ekspor kami genjot misalnya yang punya keunggulan khusus seperti hilirisasi industri smelter. Ini perlu cepat terealisasi karena bisa menciptakan nilai tambah yang sangat menguntungkan. Ekspor hasil laut, dan sebagainya," papar dia.

Suryo mengimbau kepada seluruh pengusaha di Indonesia untuk melakukan transaksi ekonomi dalam bentuk mata uang rupiah. Pengusaha memarkir hasil devisa ekspor di perbankan Tanah Air untuk menjaga suplai dolar AS.

"Kami harus membantu kondisi perekonomian pemerintah. Kalau punya hasil ekspor valas, parkir saja di Indonesia. Makanya perlu ada insentif yang bikin orang tertarik ke sini dan menanamkan modalnya di sini," jelas Suryo.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menegaskan, paket kebijakan ekonomi ini yang keluar Maret ini merupakan inisiatif pemerintah. Sedangkan Bank Indonesia akan menjaga volatilitas rupiah tidak terlalu tinggi.

"Besok kita akan diskusikan lebih detail. Ada sejumlah inisiatif, salah satunya tax insentif. Contohnya kalau ada yang melakukan repatriasi, kita akan berikan insentif," pungkas Sofyan.

Seperti diketahui, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah ke level 13.176 per dolar AS. Pelemahan hari ini melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 13.164 per dolar AS.(Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
OJK Yakin Sektor Bank Masih Aman Meski Rupiah 14.000 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menembus angka Rp 13.200 dinilai masih aman bagi sektor perbankan nasional.
Bahkan, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Irwan Lubis mengatakan, sektor perbankan masih aman hingga nilai tukar rupiah mencapai Rp 14 ribu per dolar AS.

"Di sini kita tidak gunakan satu variabel, karena tekanan pasti diikuti variabel lain. Mungkin second round efeknya bisa peningkatan NPL. Sampai Rp 14 ribu bank masih oke. Artinya modal profil risiko masih sesuai ketentuan," ujar Irwan di Kantor OJK, Kamis (12/3/2015).

Namun, jika rupiah sudah mencapai Rp 15 ribu per dolar AS, maka beberapa lembaga perbankan akan mengalami tekanan.
"Kalau 15 ribu ada 1-2 bank ter-hit (tertekan)," lanjutnya.

Meski demikian, dari uji krisis yang dilakukan oleh OJK, perbankan harus melakukan langkah antisipasi untuk menjaga permodalannya sambil berharap rupiah tidak terus terdepresiasi.

"Dari stress test ini kita sudah lakukan satu treasury, harus ada langkah jangan tunggu depresiasi makin jauh. Kalau tekanan makin kuat akan ada satu treasury untuk jaga permodalan bank. Jadi bukan hanya depresiasi rupiah yang dihitung, tapi ada variabel lain. Kita tidak harap ada depresiasi rupiah yang pengaruhi stabilitas makro kita," tandasnya.

Data valuta asing Bloomberg, Kamis pekan ini mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,16 persen ke level 13.213 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:01 waktu Jakarta.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat di level 13.174 per dolar AS dibanding pada pembukaan sehari sebelumnya. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di level 13.134 per dolar AS hingga 13.214 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah ke level 13.176 per dolar AS. Pelemahan hari ini melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 13.164 per dolar AS. Level 13.176 per dolar AS ini tertinggi di awal 2015. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Merosot, OJK Sebut Pasar Modal RI Masih Positif

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, pasar modal Indonesia masih aman kendati rupiah jeblok sampai di kisaran 13.200 per dolar AS.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida mengatakan, hal tersebut terlihat dari kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tidak merosot tajam.

"Kalau market terutama pasar modal, indeks saham  biasa. Kemarin naik ada penurunan ada. Jadi sebetulnya dari sisi transaksi pasar, harga dari indeks saham gabungan normal. Dari OJK memonitor secara tepat," kata dia, Jakarta, Kamis (12/3/2015).

Dia menambahkan, pergerakan indeks saham tidak hanya bergantung pada pelemahan nilai rupiah. Menurut dia, ada sentimen lain yang mampu menggerakan IHSG.

"Tidak hanya nilai tukar mungkin ada positif. Sentimen bisa  itu lokal positif, global juga," papar Nurhaida.

Sepanjang awal 2015, IHSG tumbuh 4,07 persen menjadi 5.439,83.  Pertumbuhan IHSG itu ditopang oleh sejumlah sektor saham antara lain sektor saham perdagangan yang menguat 11,54 persen, sektor saham keuangan naik 8,9 persen, dan sektor saham barang konsumen mendaki 7,44 persen. Investor asing pun melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 9,8 triliun di awal 2015.

Pada penutupan hari ini, IHSG ditutup menguat sebanyak 20,26 poin atau sebanyak 0,37 persen ke level 5.439,83. Indeks saham LQ45 naik sebanyak 0,38 persen ke level 945,05. Seluruh indeks acuan menguat pada hari ini.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 209.111 kali dengan volume perdagangan saham 5,67 miliar saham. Nilai transaksi saham sekitar Rp 5,22 triliun.

Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual Rp 100 miliar. Sementara pemodal lokal melakukan aksi beli bersih Rp 200 miliar. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Jangan Ragukan Kredibilitas BI Stabilkan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menegaskan akan selalu ada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah Kamis (12/3/2015) berhasil menguat meski masih berada di level lebih dari Rp 13.000 per dolar AS.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengaku, pihaknya melakukan intervensi valuta asing (valas) dalam jumlah besar. Rupiah pada perdagangan sore ini menguat ke Rp 13.182 per dolar AS.

"Kami sudah lakukan intervensi valas dalam jumlah besar. Kami juga membeli Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder, kami akan terus jaga stabilitas nilai tukar dan moneter Indonesia," terang dia di kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (12/3/2015).

Dengan kebijakan tersebut, Perry meminta kepada masyarakat agar tidak meragukan kredibilitas BI sebagai regulator. Lantaran BI tidak akan lepas tangan untuk stabilisasi rupiah.

"Jadi jangan ragu terhadap komitmen BI untuk melakukan stabilitas," tutur Perry.

Terkait pelemahan kurs rupiah akhir-akhir ini, Perry pelit bicara. "Komen apalagi, sudah cukup," cetus dia.  

Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp 13.176 per dolar AS. Posisi ini melemah 12 poin dibanding posisi penutupan hari sebelumnya di level Rp 13.164 per dolar AS.

Berdasarkan valuta asing Bloomberg, rupiah berada di kisaran 13.183 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan kemarin di kisaran 13.192 per dolar AS. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Efek Rupiah Melemah Terhadap Usaha Furnitur

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) mengungkapkan, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah memberi tiga efek berbeda pada usaha furnitur.

Ketua AMKRI, Soenoto menerangkan, pengusaha furnitur yang mengekspor dengan bahan baku utama 100 persen domestik maka rupiah melemah dianggap rezeki yang melimpah. Ketika krisis tahun 1998 pelemahan rupiah membuat Soenoto dapat keuntungan besar.

"Untuk eksportir yang 100 persen bahan baku dari lokal itu luar biasa berlimpah itu adalah rezeki luar biasa. Seperti 1998 itu dollar saya pernah ekspor dengan Rp 16.800 per dollar," kata dia, Jakarta, Kamis (12/3/2015).

Lalu kedua,  pengusaha yang mengekspor namun bahan bakunya sebagian diterima melalui impor, pelemahan rupiah tidak memberikan efek berarti. Hal demikian disebabkan transaksi ekspor maupun impor sama-sama menggunakan dolar AS.

Terakhir, bagi pengusaha yang 100 persen impor bahan baku tetapi menjualnya ke dalam negeri maka pelemahan rupiah merupakan beban berat. "Kalau misal barang  bakunya impor jualannya lokal itu celaka," ujar Soenoto.

Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp 13.176 per dolar AS. Posisi ini melemah 12 poin dibanding posisi penutupan hari sebelumnya di level Rp 13.164 per dolar AS.

Berdasarkan valuta asing Bloomberg, rupiah berada di kisaran 13.183 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan kemarin di kisaran 13.192 per dolar AS. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Menko Perekonomian Gelar Jumpa Pers Usai Rapat Nilai Tukar Rupiah

Source: liputan6.com