Prev Maret 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 11 Maret 2015
Kinerja Emiten dan Rupiah Bakal Warnai Laju IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih dapat melanjutkan penguatan pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Rilis data ekonomi China dan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan mempengaruhi laju IHSG.

Analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menuturkan,  IHSG masih ada peluang kembali menguat. Meski demikian, hal itu bergantung dari sejumlah sentimen. Menurut Reza, jika laju bursa saham global kembali melemah tentu akan menutup peluang kenaikan itu.

Ditambah pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan aksi jual investor asing juga akan berdampak ke IHSG. Oleh karena itu, Reza mengimbau pelaku pasar tetap cermati sentimen yang ada.

Laju IHSG mampu bertahan di area target resistance 5.458-5.490 dan sempat bergerak di bawah area target support di 5.420-5.432 pada perdagangan Selasa pekan ini. Dengan IHSG berakhir positif diharapkan dapat berlanjut.

"IHSG diperkirakan bergerak di kisaran support 5.395-5.400 dan resistance 5.468-5.478," tutur Reza, Rabu (11/3/2015).

Sementara itu, dalam riset PT Sinarmas Sekuritas menyebutkan, IHSG akan bergerak variatif di kisaran level 5.447-5.486 pada Rabu pekan ini.

Ada pun sentimen yang mempengaruhinya antara lain rilis laporan keuangan emiten. Selain itu, dari China akan merilis data industrial production yang diperkirakan ke level 7,5 persen year on year (YoY) dari sebelumnya di level 7,9 persen.

Untuk rekomendasi saham, Reza memilih saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA),  dan PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) untuk dicermati pelaku pasar. (Ahm/)


Source: liputan6.com
Strategi Emiten Hadapi Pelemahan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) membuat rupiah menembus level 13.000 per dolar AS. Sejumlah sentimen global mempengaruhi laju rupiah di awal 2015.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di level 13.059 per dolar AS pada Selasa 10 Maret 2015, dan melemah 12 poin dari periode Senin 9 Maret 2015 di kisaran 13.047. Level 13.059 ini merupakan level terendah rupiah pada awal 2015. Rupiah telah mengalami depresiasi sekitar 4,9 persen dari level 12.440 pada 31 Desember 2014 menjadi 13.059 pada 10 Maret 2015.

Bank Indonesia (BI) pun menyebut sejumlah pemicu depresiasi nilai tukar rupiah. Pertama, penguatan ekonomi AS dan penaikan suku bunga acuan The Federal Reserve yang diprediksi terjadi pada kuartal III dan IV 2015. Rencana kebijakan itu membuat hampir seluruh mata uang global melemah terhadap dolar AS.

Kedua, penggelontoran likuiditas dari bank sentral Eropa dan bank of Japan. Kebijakan itu bukan hanya menambah likuiditas, tapi juga membuat mata uang Euro dan Yen Jepang melemah.

Ketiga, faktor domestik Indonesia yang masih mencatatkan defisit neraca transaksi berjalan.

Volatilitas rupiah ini mempengaruhi kinerja emiten terutama memiliki kewajiban utang besar dalam dolar AS. Sejumlah langkah pun dipersiapkan oleh emiten hadapi pelemahan rupiah.

Investor Relation PT Indosat Tbk, Andromeda Tristanto menuturkan, pelemahan rupiah tentu akan meningkatkan kewajiban dolar perseroan jika dihitung dalam Rupiah. Akan tetapi, perseroan telah mengimplementasikan risiko manajemen.

"Salah satunya adalah menjaga cash level dalam dolar di jumlah tertentu dan masuk ke dalam kontrak lindung nilai," ujar Andromeda, saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Rabu (11/3/2015).

Ia menambahkan, perseroan memiliki level acuan rupiah untuk penyusunan anggara, namun lebih penting strategi menghadapi gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Sementara itu, Direktur PT Bumi Resources Tbk, Dileep Srivastava mengatakan, pelemahan rupiah tidak terlalu berdampak terhadap perseroan. Dalam laporan kinerja perseroan dan anggaran menggunakan dolar AS.

"Ini merupakan lindung nilai secara alami. Kami mendapatkan keuntungan sekitar 7 persen-8 persen dari rupiah," kata Dileep. (Ahm/)


Source: liputan6.com
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Dinilai Masih Terkendali

Liputan6.com, Jakarta - Usai menggelar kunjungan ke Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung memimpin rapat terbatas (ratas) guna membahas kondisi pelemahan rupiah yang menembus 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (10/3/2015).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan Presiden ingin mengetahui langsung kondisi terbaru mata uang rupiah dan pasar keuangan Indonesia secara umum.

"Presiden dari daerah ingin mendengarkan penjelasan rupiah yang dalam minggu ini melemah sekitar nomor lima,namun ada yang lebih parah pelemahannya. Selebih dari itu tidak ada yang menghawatirkan," jelas dia seperti dikutip Rabu (11/3/2015).

Para menteri dan Gubernur Bank Indonesia serta OJK menjelaskan jika kondisi pelemahan nilai tukar rupiah saat ini dinilai masih dalam kondisi terkendali.

Selain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, hadir pada pertemuan ini, Gubernur BI, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan lainnya.

Dari laporan, nilai tukar rupiah dinilai masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang yang lain. Terhadap euro misalnya rupiah bahkan menguat. Rupiah hanya melemah terhadap dolar AS.

"Jadi dalam posisi itu di mana letak rupiah sebenarnya oke saja," lanjut Sofyan.

Dia menuturkan, saat ini masalah pelemahan rupiah dipengaruhi kondisi ekonomi di Amerika Serikat yang bagus dan para pelaku pasar memperkirakan imbas dari ini, Bank Sentral AS (The Fed) segera menaikkan suku bunganya yang diprediksi terjadi pada Juni ini.

"Nah untuk diketahui bahwa sejak 2008 setelah krisis, Amerika menggelontorkan quantitive easing, menggelontorkan dolar begitu besar ke pasar, berapa triliun dolar, itu dalam rangka menstimulir ekonomi Amerika, dolar ini pergi ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia," tutur dia.

Hal ini yang dikatakan membuat rupiah sempat menguat sampai ke posisi Rp 9.000. Kini kondisinya, Amerika ingin menyerap dolar kembali dengan menaikkan suku bunga.

"Nah inilah kemudian dalam proses adjusment ini semua mata uang dunia melemah karena dolar kembali ke Amerika," kata dia. (Nrm)

 


Source: liputan6.com
Dihantam Data Ekonomi AS, Rupiah Hampir Sentuh 13.200 per Dolar

Liputan6.com, Jakarta - Keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) kembali menjadi hantaman besar yang membuat nilai tukar rupiah babak belur. Data-data ekonomi AS yang positif membentuk persepsi para pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) akan segera menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.

Dengan adanya persepsi dari para pelaku saham tersebut, nilai tukar dolar AS menguat tajam terhadap hampir seluruh mata uang di dunia. Bahkan, penguatan dolar AS terhadap uero mencapai level tertinggi dalam 12 tahun terakhir.

Data valuta asing Bloomberg, Rabu (11/3/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah dibuka melemah cukup parah ke level 13.196 per dolar AS. Nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,57 persen ke level 13.168 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:56 waktu Jakarta.

Masih di awal sesi perdagangan, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 13.145-13.198 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, data tenaga kerja AS pekan lalu yang melampaui ekspektasi memang menjadi sinyal baik bagi perekonomian AS dan mengirim dolar ke level yang lebih tinggi.

Bersama negara-negara berkembang lain, rupiah ikut terkena imbasnya. "Ini lebih karena faktor global, data ekonomi AS yang sangat positif. Bukan cuma rupiah saja yang melemah, tapi mata uang di negara berkembang lain juga ikut tertekan," terang Eric saat dihubungi Liputan6.com.

Eric mengingatkan, jika para pelaku pasar menangkap pelemahan rupiah sebagai usaha untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan, maka mereka akan segera melakukan penyesuaian saat rupiah berada di level 13.000 per dolar AS. Pasalnya pelemahan rupiah dapat membantu memulihkan ekspor manufaktur dari dalam mengeri.

"Jangan sampai ini menjadi tren jangka menengah. Kalau persepsi tentang upaya pengendalian defisit tidak dipahami, dikhawatirkan akan banyak investor portofolio yang meninggalkan Indonesia," tandasnya.

Sebenarnya secara fundamental sendiri perekonomian nasional sudah menunjukkan hal yang positif. Dalam dua bulan terakhir, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat telah terjadi deflasi. Selain itu, defisit neraca perdagangan juga terus mengalami penurunan. (Sis/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Terus Melemah, Ini Pembelaan Sofyan Djalil

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dituding tak bisa mengelola nilai tukar rupiah sehingga terus mengalami pelemahan. Tudingan tersebut langsung mendapat tanggapan dari oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil.

Sofyan mengungkapkan, bahwa meski semakin melemah, namun secara volume harian transaksi dolar ini dinilai masih tergolong aman. "Masih aman," ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Menurutnya, meski banyak utang jatuh tempo yang harus dibayar korporasi di dalam negeri, namun hal tersebut tidak perlu menjadi kekhawatiran akan terjadinya pembelian dolar dalam jumlah besar.

"Tidak. Mereka juga kan mengetahui, dalam kondisi seperti ini banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi hutang mereka. Saya pikir perusahaan juga berpikir mau beli dolar, misalnya mahal seperti ini. Jadi saya pikir, perusahaan melaksanakan transaksi hutangnya," jelasnya.

Sofyan mengungkapkan bahwa level nilai tukar rupiah seperti saat ini diyakini tidak akan bertahan lama dan diharapkan kembali membaik. "Saya pikir suatu angka yang manageable. Karena ini kan gejala internasional. Ini temporary saja," kata dia.

Sayangnya, Sofyan enggan memberikan komentar terkait kebijakan apa yang harus dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) untuk memperbaiki nilai tukar rupiah. "BI tentu melakukan tugasnya sesuai dengan yang ditugaskan. Jadi saya tidak bisa mengomentari apa yang dilakukan, yang jelas BI itu kan lembaga independent," tandasnya.

Data valuta asing Bloomberg, Rabu (11/3/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah dibuka melemah cukup parah ke level 13.196 per dolar AS. Nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,57 persen ke level 13.168 per dolar AS pada perdagangan pukul 08.56 waktu Jakarta. Masih di awal sesi perdagangan, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 13.145-13.198 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, data tenaga kerja AS pekan lalu yang melampaui ekspektasi memang menjadi sinyal baik bagi perekonomian AS dan mengirim dolar ke level yang lebih tinggi.

Bersama negara-negara berkembang lain, rupiah ikut terkena imbasnya. "Ini lebih karena faktor global, data ekonomi AS yang sangat positif. Bukan cuma rupiah saja yang melemah, tapi mata uang di negara berkembang lain juga ikut tertekan," terang Eric saat dihubungi Liputan6.com. (Dny/Gdn)


Source: liputan6.com
Ekonomi AS Bangkit dari Tidur Bikin Dolar Nyaris Rp 13.200

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah masih terlihat tenang saat kondisi dolar Amerika Serikat (AS) makin perkasa terhadap rupiah sehingga nyaris menembus 13.200. Kondisi ini dinilai hanya fenomena gejolak ekonomi dunia, bukan pertanda krisis.

"‎Tidak krisis, ini cuma fenomena dan masyarakat tidak perlu panik karena bukan hanya rupiah yang melemah tapi mata uang negara berkembang ikut tertekan," ujar Deputi I Bidang Fiskal dan Moneter Kemenko Bidang Perekonomian, Bobby Hamzar Rafinus di acara Microfinance Forum di Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Ia menjelaskan, dalam sepekan terakhir, lebih dari 20 mata uang negara lain mengalami depresiasi. Paling hebat keterpurukan terjadi pada mata uang Rubbel Rusia, Lira Turki dan mata uang Afrika Selatan. Sementara pelemahan rupiah berada di peringkat 6 dari 20 negara tersebut.

"‎Ini fenomena global  karena terjadi pembalikan arah dari beberapa tahun lalu. Ekonomi AS dalam kondisi baik sekali, pertumbuhan ekonominya diperkirakan akan mencapai target. AS adalah negara ekonomi raksasa yang sebelumnya sedang tidur, lalu kini bangun dan bergerak. Kalau raksasa bergerak, pasti ada goncangan di sana sini," tegas dia.

Namun pemerintah dan Bank Indonesia (BI), kata Bobby tidak akan tinggal diam dengan melakukan langkah-langkah untuk mengurangi volatilitas rupiah semakin tinggi. Caranya, lanjut dia, memperbaiki fundamental ekonomi Indonesia dengan menjaga inflasi, mengurangi defisit transaksi berjalan, dan kebijakan lain.

"Indikator makro kita baik, inflasi, defisit transaksi berjalan, defisit anggaran bergerak ke arah penurunan. Diharapkan, ini bisa memperbaiki kurs rupiah Indonesia," tandasnya. 

Data valuta asing Bloomberg, Rabu pekan ini menunjukkan nilai tukar rupiah dibuka melemah cukup parah ke level 13.196 per dolar AS. Nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,57 persen ke level 13.168 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:56 waktu Jakarta. Masih di awal sesi perdagangan, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 13.145-13.198 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, data tenaga kerja AS pekan lalu yang melampaui ekspektasi memang menjadi sinyal baik bagi perekonomian AS dan mengirim dolar ke level yang lebih tinggi.

Bersama negara-negara berkembang lain, rupiah ikut terkena imbasnya. "Ini lebih karena faktor global, data ekonomi AS yang sangat positif. Bukan cuma rupiah saja yang melemah, tapi mata uang di negara berkembang lain juga ikut tertekan," terang Eric. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Ambruk, Kredit Macet Bank Berpeluang Naik

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan berpengaruh kepada kredit perbankan. Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet bank berpeluang naik akibat kondisi tersebut.

Hal ini dikatakan Ketua Tim Gugus ketahanan Ekonomi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Destry Damayanti di acara Microfinance Forum, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

"Pengaruhnya ke kredit pasti ada karena mereka akan berhati-hati melihat risiko pasar yang akan ditanggung. Tapi secara keseluruhan, kredit perbankan dalam dolar AS masih manageable, di bawah 15 persen dari total portofolio," ujarnya.

Menurut mantan Kepala Ekonom Bank Mandiri itu, pelemahan kurs rupiah saat ini bukan fenomena yang bisa dilawan pemerintah maupun Bank Indonesia (BI). Karena ada faktor global yang memicu kondisi ini. Namun demikian, pemerintah dan BI perlu membenahi struktur ekonomi Indonesia, karena suplai dolar AS menjadi akar permasalahan di Tanah Air.

Sementara untuk kredit macet, sambung Destry, berpotensi mengalami kenaikan akibat keterpurukan kurs rupiah. Hanya saja, bank mempertimbangkan penanggungan apabila depresiasi nilai tukar rupiah masih terlalu kecil.

"‎Sampai level berapa dulu rupiahnya. Kalau depresiasi 5 persen, bank masih bisa cover NPL, tapi kalau tekanan di atas 10 persen akan berat. Kita lihat dulu besaran depresiasianya," papar dia.

Dirinya mengaku, ‎kegiatan usaha yang akan terpukul oleh pelemahan niali tukar rupiah bergerak di bidang manufaktur yang menyasar pasar domestik. Sebagai contoh, produksi produk elektronik, di mana perusahaan harus impor komponen namun pendapatan dari hasil penjualan di dalam negeri dalam bentuk mata uang rupiah.

"Nah ini yang akan kena depresiasi, produksinya untuk pasar domestik dengan pendapatan rupiah. Tapi harus impor bahan baku yang membutuhkan dolar AS atau mata uang asing," tukas Destry. (Fik/Ndw)


Source: liputan6.com
Menkeu: Pelemahan Rupiah Tak Bakal Perlebar Defisit

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tidak akan mengubah asumsi dasar makro yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P 2015) meski dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap rupiah sehingga nyaris tembus 13.200 per dolar AS.

"Asumsi itu sudah ditentukan dalam Undang-Undang (UU) APBN. Tidak bisa diubah. Dan asumsi itu diperlukan untuk membuat postur. Postur itu sudah terbentuk. Dan seperti yang saya sampaikan kemarin, tidak usah diulang," ujar Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Selain itu, nilai tukar rupiah melemah kali ini, lanjut Bambang, juga tidak akan menambah besar defisit keuangan negara. Lantaran pemerintah telah mengurangi bahkan menghapuskan subsidi pada beberapa sektor seperti bahan bakar minyak (BBM).

"Sekarang ini memang kalau ada pelemahan rupiah tidak seperti dulu. Kalau dulu itu  rupiahnya melemah, subsidinya naik defisitnya bisa lewat dari 3 persen misalnya. Nah sekarang tidak begitu lagi ceritanya. Jadi tidak ada dampak kepada pelebaran defisit," lanjutnya.

Selain itu, utang korporasi yang akan jatuh tempo juga dinilai tidak akan semakin membahayakan posisi rupiah. Menurut dia, utang korporasi di dalam negeri masih dalam kondisi aman dan sebagian telah memiliki kemampuan untuk membayar.

"Ya tentunya kami harus lihat juga, utang korporasi itu ada yang sebagian sebenarnya utang yang aman dan sudah di hedge, dan ada yang punya kemampuan untuk membayar utang tersebut BI (Bank Indonesia lah yang lebih tahu, karena data utang swasta ada di BI," tandasnya.

Seperti diketahui sejumlah postur anggaran yang disepakati dalam APBN-P 2015 antara lain untuk pendapatan negara dan hibah disepakati sebesar Rp 1.761,6 triliun, di  mana penerimaan pajak non-migas disepakati Rp 1.439,7 triliun. Target penerimaan perpajakan ini meningkat 11,5 persen dari APBN 2015.

Untuk penerimaan pajak migas tercatat sebesar sebesar Rp 139,3 triliun. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mineral dan batubara disepakati sebesar Rp 52,2 triliun, PNBP kehutanan sebesar Rp 4.7 triliun, PNBP perikanan sebesar Rp 578,8 miliar, PNBP Kementerin Hukum dan HAM sebesar Rp 4,28 triliun, dan Penerimaan Badan Layanan Umum (BLU) Rp 23,09 triliun.

Dividen BUMN ditargetkan sebesar Rp 36,9 triliun berasal dari Pertamina Rp 6,34 triliun, PLN Rp 5,4 triliun dan lainnya sebesar Rp 25,1 triliun.
Untuk subsidi energi disepakati Rp 137,8 triliun dimana untuk subsidi BBM, elpiji 3 kg dan LGV sebesar Rp 64,6 triliun. Untuk subsidi listrik Rp 73,1 triliun. Suntikan modal berupa Penyertaan Modal Negara untuk BUMN sebesar Rp 64,8 triliun.

Serta defisit dalam APBN-P 2015 disepakati sebesar Rp 224,1 triliun, atau 1,92 persen dari PDB.
Adapun asumsi makro antara lain:
- Pertumbuhan ekonomi 5,7 persen
- Inflasi 5 persen
- Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 6,2 persen
- Nilai tukar rupiah Rp 12.500 per dolar Amerika Serikat
- Harga minyak Indonesia (ICP) US$ 60 per barel
- Lifting minyak 825 ribu barel per hari
- Lifting gas 1,22 juta barel

 

(Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Melemah, Bank Mandiri Lakukan Audit Kreditur

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS masih terus berlanjut. Bahkan pada Rabu siang ini, telah menembus level 13.200 per dolar AS.

Melihat kondisi tersebut, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan telah memerintahkan stafnya untuk melakukan restresing kepada seluruh krediturnya.

"Jadi begitu naik tadi malam saya minta lakukan restresing kalau misalnya (nilai tukar rupiah) ke 14 ribu dan kalau ke 15 ribu kira-kira nasabah mana yang akan mengalami kesulitan sehingga kami bisa persiapkan dari sekarang," kata Budi di Mandiri Club, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Untuk menangani hal itu, dirinya menyebutkan beberapa cara dalam menyelamatkan nasabahnya mulai dari restrukturisasi hingga melakukan pendampingan dalam memperbaiki kondisi keuangan mereka.

Sementara itu, kapasitas nasabah yang akan dilakukan restresing tersebut adalah nasabah-nasabah yang memiliki utang dalam bentuk dolar sementara pendapatannya lebih banyak ke dalam rupiah.

Namun demikian, Budi mengungkapkan jumlah nasabah tersebut tidaklah banyak mengingat dalam manajemen risikonya, Bank Mandiri memprioritaskan nasabah yang memiliki pendapatan dolar AS jika ingin mendapatkan fasilitas kredit juga dalam bentuk dolar AS‎.

"Untungnya Mandiri di situ, kalau kami kasih kredit dalam mata uang dolar, itu harus income nasabah tersebut dolar juga, memang ada pengecualiaan BUMN, misalnya PLN, itu di back up negara, jadi kami merasa cukup," papar Budi.

Data valuta asing Bloomberg, Rabu pekan ini menunjukkan nilai tukar rupiah dibuka melemah cukup parah ke level 13.196 per dolar AS. Nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,57 persen ke level 13.168 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:56 waktu Jakarta. Masih di awal sesi perdagangan, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 13.145-13.198 per dolar AS.‎ (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
ATM Bank BUMN Bakal Disatukan, Ini Komentar Bos Bank Mandiri

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Seomarno‎ merencanakan untuk menggabungkan sistem pengoperasian Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik bank-bank BUMN.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan kalau hal itu mau disatukan maka ada beberapa hal yang harus diperjelas terutama terkait pelayanan.

"Memang yang mesti dijaga dari sisi customer service, kalau sekarang kan nasabah nyolok di ATM Mandiri ada masalah dia tau mesti komplain kemana, nanti kalau ini tidak jelas ini ATM-nya punya siapa nanti komplainnya kemana kan jadi tidak bingung," kata Budi di Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Dalam hal sistem, dijelaskan Budi sebenarnya Bank Mandiri sudah melakukan penggabungan dengan seluruh bank BUMN sejak tiga tahun lalu.

Network yang digunakan untuk menjadikan sistem ATM menjadi satu tersebut disebutkan Budi bernama Link dimana dalam pengoperasiannya bekerja sama dengan PT Telkom (Persero) sebagai penyedia satelit.

"Sekarang tinggal ditingkatkan misalnya brandingnya jadi satu, misalnya di satu mall ada BNI dan BRI juga, kan sebenarnya itu nasabah BNI, Mandiri, BRI dimanapun dia colok pasti bisa, bisa jadi tidak usah ada tiga," ungkap Budi.

Sebagai bankir, Budi mengaku siap mendukung segala kebijakan dari pemerintah. Hanya saja dalam segi kapasitas diharapkan untuk dapat lebih ditingkatkan mengingat tingginya transaksi menggunakan ATM.

Sebelumnya, Menteri BUMN, Rini Soemarno menginginkan sistem ATM bank BUMN disatukan. Menurutnya, industri perbankan di Indonesia sangat terkenal dengan bunga kredit yang cukup tinggi. Selama ini, salah satu penyebab tingginya bunga kredit tersebut adalah biaya operasional yang juga tinggi. Saat ini, Kementerian BUMN sedang mencoba berbagai cara untuk menurunkan biaya operasional yang tinggi tersebut, setidaknya bagi perbankan pelat merah.

Salah satu cara yang dipikirkan oleh kementerian BUMN untuk menurunkan biaya operasional adalah menyatukan pusat pelayanan teknologi terkait ATM.

‎"Kenapa bank-bank BUMN harus berinvestasi untuk ATM sendiri-sendiri, kenapa tidak bersama-sama, sehingga itu menurunkan cost, jadi dengan demikian, beliau (Presiden Jokowi) mengharapkan kalau cost itu turun, otomatis bunga pinjaman itu bisa turun," papar Rini.

Selain menurunkan biaya operasional, dengan penyatuan sistem teknologi informasi ATM‎ tersebut akan membuat pendanaan perbankan akan lebih efisien.

Digambarkannya jika hal itu terlaksana nantinya seluruh mesin ATM yang dimiliki oleh perbankan BUMN akan menjadi mesin ATM yang bisa digunakan oleh seluruh nasabah perbankan BUMN manapun. "Mungkin salah satu contohnya seperti ATM Bersama," tegas Rini. (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com
BPK: Pemerintah Tak Peduli Rupiah Tenggelam

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ikut prihatin dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang nyaris menyentuh Rp 13.200. Lembaga pimpinan Harry Azhar ini menilai pemerintah dan Bank Indonesia (BI) lepas tangan dalam kondisi ini.

"Itu urusan fiskal ya. Tapi kalau dibiarkan seperti ini (melemah terus), berarti pemerintah tidak terlalu care menurut saya," ujar Ketua BPK, Harry Azhar usai menemui pimpinan KPK, di kantornya, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

BPK, sambung dia, sedang memeriksa laporan ikhtisar keuangan di semester II 2014 atau periode Juni sampai Desember tahun lalu. Serta menyusun pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) untuk diserahkan ke parlemen dan Presiden. "Apa saja yang akan menjadi kelemahan dan temuannya," kata Harry.

Sebelumnya, Harry mengungkapkan, kedatangan para pimpinan KPK ke BPK, salah satunya untuk menyerahkan laporan keuangan tahun 2014. Laporan keuangan ini menjadi bagian dari hasil pemeriksaan BPK.

"Tim pemeriksa akan me-review laporan keuangan itu. Dan diharapkan laporan keuangan KPK tahun 2014 akan meraih Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)," ungkap dia.

Harry menambahkan, selama ini laporan keuangan KPK telah mencapai tingkat tertinggi, yakni WTP. Itu artinya, dia menyebut, KPK telah mengelola keuangan negara dengan sangat baik sehingga pantas meraih prestasi tersebut.

Data valuta asing Bloomberg, menunjukkan nilai tukar rupiah dibuka melemah cukup parah ke level 13.196 per dolar AS. Nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,57 persen ke level 13.168 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:56 waktu Jakarta. Masih di awal sesi perdagangan, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 13.145-13.198 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, data tenaga kerja AS pekan lalu yang melampaui ekspektasi memang menjadi sinyal baik bagi perekonomian AS dan mengirim dolar ke level yang lebih tinggi.

Bersama negara-negara berkembang lain, rupiah ikut terkena imbasnya. "Ini lebih karena faktor global, data ekonomi AS yang sangat positif. Bukan cuma rupiah saja yang melemah, tapi mata uang di negara berkembang lain juga ikut tertekan," terangnya. (Fik/Ndw)


Source: liputan6.com
Wapres JK: Pelemahan Rupiah Tak Separah Ringgit Malaysia

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang hampir mencapai Rp 13.200 dinilai tidak membahayakan perekonomian Indonesia.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, pasalnya pelemahan rupiah ini merupakan imbas dari gejala perekonomian di dunia, bukan gejala yang terjadi di dalam negeri.

"Begini rupiah hari ini Rp 13.000 itu tidak sama dengan rupiah 10 tahun lalu Rp 8.000. Jadi jangan bandingkan rupiah tahun dengan 10 tahun lalu," ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Meski pelemahan rupiah kali ini menjadi yang paling tajam di antara mata uang negara lain, namun JK menilai bahwa hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan.

"Bukan soal wajar (atau tidak), tapi artinya kita bisa berjalan. Ada yang lebih tajam. Kita lebih baik dari Malaysia. Ya hari ini (paling tajam pelemahannya). Mungkin Orang lihat ada masalah-masalah," lanjutnya.

Untuk menjaga agar pelemahan tidak semakin parah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan terus mengeluarkan kebijakan yang diperlukan.

"Selalu saja yang paling pokok, pemerintah akan tingkatkan ekspor tapi kan itu butuh waktu dan BI akan selalu menyediakan dolar bila dibutuhkan," katanya.

Yang paling penting menurut JK, adalah bagaimana agar pembangunan bangsa berjalan dan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen pada tahun ini bisa tercapai.

"Agresif dan kehati-hatian itu kan berbeda. Agresif juga harus tetap hati-hati. Langkah berikutnya ya biasa saja, bagaimana ekonomi berjalan, investasi ada, perbaikan infrastruktur, kesempatan berusaha, penerimaan negara lebih baik, pajak lebih banyak," tandasnya. (Dny/Ndw)


Source: liputan6.com
Rupiah Tertekan, Jokowi Pesan RI Harus Waspada

Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada seluruh pemangku kebijakan dalam Kabinet Kerja nya yang berkaitan dengan moneter untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi perkembangan ekonomi global.

Hal itu dibuktikan dengan adanya pelemahan rupiah yang sampai saat ini bergerak di atas level 13.000 per dolar AS‎. Sentimen faktor global lebih memiliki peran dalam pelemahan nilai tukar rupiah.

Jika tren pelemahan rupiah ini terus berlanjut, Jokowi mengkhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015.

"‎Kita semuanya harus optimis bahwa tahun ini ekonomi tumbuh lebih baik. Tapi kita juga harus hati-hati iya dan waspada iya,‎" kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo sore ini kembali mengumpulkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Gu‎bernur Bank Indonesia dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan untuk membahas mengenai nasib nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Pertemuan tersebut menjadi pertemuan yang kedua kalinya dalam kurun waktu kurang dari 24 jam setelah semalam pukul 19.00 WIB Jokowi juga mengadakan pertemuan yang sama.

"Saya ingin mendengar langsung situasinya seperti apa meski tadi malam kita sudah ketemu, tapi saya kira sore ini di ruangan ini akan lebih baik lagi," kata Jokowi.

Sementara itu data valuta asing Bloomberg, Rabu pekan ini menunjukkan nilai tukar rupiah dibuka melemah cukup parah ke level 13.196 per dolar AS. Nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,57 persen ke level 13.168 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:56 waktu Jakarta. Masih di awal sesi perdagangan, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 13.145-13.198 per dolar AS.‎ ‎ (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Melemah Untungkan Pemerintah?

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro membantah, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membawa keuntungan bagi pemerintah.

Dia mengatakan, meski nilai tukar rupiah melemah membuat surplus naik di APBN, namun hal tersebut bukan keuntungan bagi pemerintah.

"Saya hanya menyampaikan fakta, faktanya memang surplus bertambah. Jangan dibilang pemerintah cari untung. Pemerintah tidak cari untung dari pelemahan rupiah," ujar Bambang di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Menurut Bambang, pemerintah juga memperhatikan imbas dari pelemahan terhadap industri di dalam negeri, terutama yang bahan bakunya masih diimpor dari negara lain.

"Kami justru concern bahwa pelemahan rupiah ini tadi bisa mengganggu utang swasta. Bisa mengganggu sektor riil terutama perusahaan manufaktur yang impor kontennya masih tinggi. Jadi kami concern‬," lanjutnya.

Bambang jugâ menegaskan yang paling penting buat pemerintah yaitu stabilitas ekonomi makro. Dengan demikian, penerimaan negara bisa digenjot maksimal.

"Karena yang lebih kami pentingkan adalah stabilitas makro. Kalau stabilitas makro terjaga, pertumbuhan terjaga, penerimaan pajak lebih banyak lagi. Itu lebih berarti dari pada sekadar pelemahan rupiah yang menambah penerimaan migas," tandasnya.

Sementara itu data valuta asing Bloomberg, Rabu pekan ini menunjukkan nilai tukar rupiah dibuka melemah cukup parah ke level 13.196 per dolar AS. Nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,57 persen ke level 13.168 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:56 waktu Jakarta. Masih di awal sesi perdagangan, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 13.145-13.198 per dolar AS.‎ ‎ (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
BI Tegaskan Rupiah Tetap yang Terbaik Meski Depresiasi 5%

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memastikan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat menyentuh 13.200 per dolar AS masih tahap aman.

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengungkapkan sejak 1 Januari 2015 hingga Maret‎ 2015, rupiah telah melemah sebesar 5,7 persen. Namun demikian, angka tersebut menjadi yang terbaik jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

Agus menjelaskan, pelemahan nilai tukar mata uang Brazil dalam periode yang sama telah mencapai 16,7 persen. Sementara Turki, pelemahan mata uangnya sebesar 13 persen sejak awal 2015.

"Jadi yang kami sampaikan di antara negara berkembang lainnya, Indonesia paling di sorot, memang ada depresiasi tapi tidaklah sebesar depresiasi negara berkembang lainnya," kata Agus di Istana Kepresidenan, Rabu (11/3/2015).

Meski tidak menyebutkan angkanya, Agus juga memastikan, depresiasi nilai tukar mata uang Afrika Selatan, India, Malaysia dan Singapura‎ lebih buruk dari Indonesia.

Agus yakin Indonesia akan mampu menghadapi gejolak ekonomi dunia akibat sentimen The Fed yang akan menaikkan suku bunga dengan kondisi makro ekonomi Indonesia sekarang.

Hal itu dibuktikan dengan beberapa indikator makro ekonomi seperti inflasi yang mengarah ke angka sesuai target yaitu 4 persen. Selain itu juga ruang fiskal Indonesia sangat baik mengingat adanya kenaikan harga BBM pada akhir tahun 2014.

"Betul bahwa ada nilai tukar yang bervolatilitas, kami sampaikan bahwa secara umum kami melihat itu kondisi yang aman. Bank Indonesia akan selalu ada di pasar untuk menjaga agar volitilitas itu tidak tinggi," papar Agus.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo sore ini kembali‎ mengumpulkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Gu‎bernur Bank Indonesia dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan untuk membahas mengenai nasib nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Pertemuan tersebut menjadi pertemuan yang kedua kalinya dalam kurun waktu kurang dari 24 jam setelah semalam pukul 19.00 WIB Jokowi juga mengadakan pertemuan yang sama.‎ (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com