Prev Maret 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 09 Maret 2015
Rupiah Masih Nyaman di 13.000 per dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah kini diprediksi sebagai salah satu mata uang yang paling berisiko menghadapi keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Di tengah prediksi tersebut, rupiah juga tercatat masih nyaman berkutat di kisaran Rp 13.000 per dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, Senin (9/3/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,54 persen ke level 12.046 pukul 9:46 waktu Jakarta. Rupiah juga tercatat dibuka melemah di level 12.993 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 12.993 - 13.052 per dolar AS. Rupiah sempat mencatatkan pelemahan cukup signifikan ke level 13.048 dari level pembukaan di kisaran 12.900 per dolar AS tersebut.

Penguatan dolar AS telah terjadi sejak musim semi tahun lalu, dan mendorong mata uang tersebut ke level tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Meskipun terdapat sejumlah data ekonomi AS yang lemah, The Fed telah secara luas menyebarkan sinyal bahwa pihaknya akan menaikkan sukub bunga pada Juni dan Oktober.

Hasil analisa para ekonom di Societe General menunjukkan, rupiah kini berada di posisi teratas sebagai mata yang paling terancam bahaya.

"Aksi The Fed pada Juni nanti dapat menjadi hantaman besar lain bagi rupiah," kata pakar strategi pasar negara berkembang di Societe General Jason Dow seperti dilansir dari CNBC.

Kekhawatiran terhadap defisit transaksi berjalan merupakan salah satu faktor lain. Defisit yang terlalu lebar pernah membuat rupiah terkulai pada 2013 saat The Fed mengumumkan gagasan penarikkan dana stimulus untuk pertama kalinya.

Saat ini meski defisit telah berkurang, tapi jika The Fed benar-benar menaikkan suku bunganya, rupiah dapat terkena hantaman lagi yang tak kalah besar.

"Indonesia tercatat sebagai negara yang paling rentan terhadap aliran dana asing karena kini berada di tengah limpahan dana masuk," pungkasnya. (Sis/Nrm)


Source: liputan6.com
Jokowi: Pelemahan Rupiah Bukan Gambaran Fundamental Ekonomi RI

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa berdasarkan indikator-indikator yang ada, perekonomian nasional masih cukup kuat. Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal.

Menurut Jokowi, saat ini fundamental ekonomi Indonesia sangat baik, dari beberapa sisi seperti angka inflasi, neraca perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan pasar obligasi menunjukkan hal yang positif.

Pada Februari 2015 kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Februari 2015 terjadi deflasi sebesar 0,36 persen di mana secara year on year mencapai 0,61 persen. Sedangkan neraca perdagangan mencetak surplus sebesar US$ 710 juta. IHSG juga terus mencetak rekor tertinggi hingga menembus level 5.500.

"Sudah saya sampaikan fundamental ekonomi kita baik, inflasi sangat rendah bahkan Januari kemarin deflasi. Yang kedua, IHSG naik, yang ketiga pasar obligasi naik," kata Jokowi  saat meresmikan  terminal penerimaan dan regasifikasi Arun, Lhoksumawe, Aceh Utara, Senin (9/4/2015).

Ia mengaku, selama ini pemerintah sebagai pengampu kebijakan fiskal selalu berkordinasi dengan Gubernur Bank Indonesia yang menjadi pengampu kebijakan moneter. Menurutnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardodjo terus bekerja sama dengan Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro untuk mengantisipasi faktor global tersebut.

"Kami selalu bertemu dengan Gubernur BI untuk mengantisipasi ini, tapi ini faktor global, kami waspada tapi tetap tenang-tenang saja," ungkapnya.

Menurut Jokowi, pelemahan mata uang, tidak hanya dialami oleh Indonesia, hal tersebut disebabakan oleh faktor global. " Ini kan karena faktor global faktor eksternal dan semua negara mengalami," tutupnya.

Data valuta asing Bloomberg, Senin (9/3/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,54 persen ke level 12.046 pukul 9:46 waktu Jakarta. Rupiah juga tercatat dibuka melemah di level 12.993 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 12.993 - 13.052 per dolar AS. Rupiah sempat mencatatkan pelemahan cukup signifikan ke level 13.048 dari level pembukaan di kisaran 12.900 per dolar AS tersebut. (Pew/Gdn)


Source: liputan6.com
Mendag Sebut Rupiah Tertekan Momentum Dorong Ekspor

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menyatakan tak terlalu khawatir atas nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dengan rupiah cenderung tertekan justru menjadi momentum untuk mendorong ekspor.

"Kita harus bangun dari sekarang, rupiah melemah ini momentum sebenarnya. Harus dimanfaatin, apa saja kita dorong," kata dia, Jakarta, Senin (9/3/2015).

Dia mengungkapkan, Indonesia memiliki kekuatan khususnya di sektor kerajinan tangan atau handy craft. Hal itu juga ditambah dengan kekuatan sumber daya alam, khususnya potensi hasil laut.

"Paling tidak makanan, ikan hasil laut diperlukan negara lain. Harus kita kelola itu," paparnya.

Sementara, dengan kondisi rupiah saat ini diprediksi sebagai salah satu mata uang yang berisiko ketika The Fed menaikan suku bunga acuan. Rupiah masih berada tak jauh-jauh 12.900 sampai 13.000 per dollar AS.

Data valuasi asing Bloomberg, rupiah dibuka melemah di level 12.993 per dollar AS. Hingga siang, nilai tukar rupiah berkutat pada 12.993-13.052 per dollar AS. Hasil analisa para ekonom di Societe General menunjukan, rupiah kini berada di posisi teratas sebagai mata uang paling terancam.

"Aksi The Fed pada Juni nanti dapat menjadi hantaman besar lain bagu rupiah," kata pakar strategi pasar negara berkembang  Societe General, Jason Dow seperti dikutip CNBC. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Nilai Rupiah Terus Terpuruk

Source: liputan6.com