Prev Maret 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Minggu, 08 Maret 2015
Rupiah Merosot, Pengusaha Bimbang Naikkan Harga Produk Elektronik

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan dolar terhadap rupiah hingga menyentuh 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS) semakin memukul pengusaha ritel yang menjajakan produk elektronik impor. Pasalnya, pengusaha dihadapkan pada dilema untuk menaikkan harga barang merespons pelemahan kurs rupiah.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta‎ mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah tentu sangat berdampak bagi pengusaha yang selama ini memasok produk impor gelondongan seperti, ponsel, televisi dan lainnya yang tidak bisa diproduksi di Indonesia.

"Tapi pengusaha tidak bisa langsung menaikkan harga jual meski rupiah jatuh. Sebab mereka juga harus bersaing harga dengan pedagang lain. Itulah kebiasaannya," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Minggu (8/3/2015).

Menurut Tutum, para pedagang biasanya mematok harga jual dengan hitungan kurs yang lebih tinggi dari pasar. Dia mencontohkan, jika rupiah berada di level Rp 12.800 per dolar AS, maka pedagang akan memasang kurs lebih tinggi Rp 250-Rp 300 per dolar AS.

Sementara jika harga dolar saat ini Rp 13.000, Ia mengakui, pedagang akan melihat pergerakan angka tersebut selama sepekan paling cepat. Apabila tetap bertahan di level tersebut, maka pedagang baru akan menaikkan harga jual barang elektronik.

"Kalau sekarang mereka masih pakai patokan kurs sebelumnya, sehingga masih ada keuntungan kalau jual dengan harga lama. Nanti kalau mereka sudah mengambil produk dengan hitungan kurs baru, maka dijual dengan patokan harga baru," terang Tutum.

Dia menilai, pengusaha kesulitan menghitung biaya produksi maupun harga jual karena fluktuasi rupiah begitu hebat. Volatilitas sangat tinggi karena kurs rupiah dilepas ke pasar.

"Negara kita tidak punya stabilitas mata uang, dan ini sangat meresahkan pengusaha. Bagi kami stabilitas mata uang penting untuk proyeksi keuangan bisnis berjalan baik," tukasnya.

Berdasarkan  kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah menguat menjadi 12.983 per dolar AS pada Jumat 6 Maret 2015 dari periode Kamis 5 Maret 2015 di level 13.022. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Pengamat: BI dan Pemerintah Perlu Koordinasi Jaga Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Dolar cenderung menguat terhadap mata uang emerging market termasuk rupiah sehingga mendorong rupiah tembus level 13.000.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih menuturkan,  kondisi nilai tukar rupiah melemah sekarang memang berbeda dengan tahun 1998. Meski level rupiah tembus 13.000 per dolar AS, daya beli masyarakat Indonesia masih baik dibandingkan tahun 1998. Hal ini menunjukkan ekonomi Indonesia masih kuat.

Meski demikian, Lana mengingatkan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah perlu koordinasi untuk membuat gerak rupiah stabil. Koordinasi itu mulai dari mendorong penggunaan rupiah untuk transaksi pembayaran. Saat ini ada sejumlah pembayaran transaksi dalam negeri yang menggunakan dolar.

Lana mencontohkan, pembayaran ongkos naik haji (ONH) plus yang harus menggunakan dolar mendorong masyarakat memborong dolar di waktu tertentu.

Selain itu, masalah kredibilitas pemerintah. "Pemerintah harus tunjukkan kredibilitas termasuk uang. Kalau nilai suatu aset turun termasuk uang maka kecenderungannya orang jadi malas pegang aset itu," kata Lana, saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Minggu (8/3/2015).

Karena itu, Lana mengingatkan agar BI koordinasi dengan pemerintah soal lindung nilai atau hedging. Pemerintah perlu mendorong suatu tindakan tegas agar perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta lakukan hedging.

"Hedging itu sangat menolong. Memang kalau BUMN sudah ada kesepakatan untuk hedging tetapi swasta juga banyak utang luar negerinya. Ini perlu dukungan pemerintah juga," kata Lana.

Ia menambahkan, tekanan rupiah juga akan cenderung tinggi ke depan. Hal itu mengingat persiapan perusahaan untuk menyiapkan bahan baku saat Lebaran. "Puasa mulai sekitar Juni. Biasanya 3 bulan sebelumnya perusahaan sudah antisipasi, permintaan dolar akan lebih tinggi" kata Lana.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR),sejak akhir Desember 2014, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah depresiasi sekitar 4,3 persen. Rupiah sempat berada di kisaran 12.440 pada 31 Desember 2014. Level terendah rupiah di awal 2015 berada di kisaran 13.002 pada 5 Maret 2015. (Ahm/)


Source: liputan6.com