Berita Kurs Dollar pada hari Jumat, 06 Maret 2015 | |
Rupiah Tertekan Menambah Beban Pengusaha Angkutan Umum | |
Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap sejumlah mata uang negara berkembang termasuk rupiah semakin menambah beban pengusaha angkutan umum. Apalagi rupiah sempat tembus 13.000 terhadap dolar AS. Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Safruan Sinungan mengatakan, nilai tukar rupiah melemah ini akan membuat harga komponen kendaraan naik. "Kalau spare part itu banyak dipengaruhi oleh kurs. Meski sebagian diproduksi di dalam negeri, tetapi bahan bakunya dari luar, harus impor dan bayarnya pakai dolar," ujar Safruan saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Jumat (6/3/2015). Dia menjelaskan, jika kurs rupiah melemah dan harga komponen naik, maka pengusaha harus memutar otak agar kenaikan harga ini tidak terlalu membebani biaya operasional. "Tapi kami tetap tekan, berbagai macam cara kami lakukan untuk tekan biaya operasional. Misalnya kalau biasanya harga spare part original itu kami belinya yang Rp 10 ribu. Kalau kurs lagi tinggi kami terpaksa beli yang kelas duanya yang lebih murah, supaya bebannya tidak terlalu berat," jelas Safruan. Selain untuk menekan biaya operasional, pilihan untuk menggunakan komponen kelas dua ini juga ditujukan agar tarif angkutan umum tidak naik. "Kalau tidak disiasati seperti ini, tiap bulan kami naikan tarif hanya karena masalah ini, masyarakat yang ikut dikorbankan. Apalagi spare part kalau sudah naik jarang bisa turun lagi. Ini yang sering buat pengusaha angkutan kelabakan," kata dia. Meski demikian, Safruan menyatakan, nilai tukar rupiah melemah yang terjadi beberapa hari ini belum memberikan pengaruh kepada harga komponen. Lantaran harga komponen sudah mengalami kenaikan sejak satu bulan lalu. "Kurs rupiah ke dolar kan sekarang tinggi, tetapi spare part sudah naik duluan kemarin. Dari bulan lalu harga spare part sudah naik," lanjutnya. Safruan hanya berharap pemerintah bisa memperbaiki fondasi perekonomian di dalam negeri agar rupiah tidak selalu bergantung pada kondisi ekonomi negara lain dan harga barang-barang di dalam negeri bisa lebih stabil. "Kami berharap, fondasi perekonomian Indonesia bisa diperkuat supaya kestabilan harga-harga itu bisa lebih panjang jangka waktunya," ujar Safruan. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah menguat ke level 12.983 per dolar AS pada Jumat 6 Maret 2015 dari periode Kamis 5 Maret di level 13.022 per dolar AS. (Dny/Ahm) Source: liputan6.com |
|
Dolar Perkasa, Mendag Getol Ekspor Produk Ini | |
Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi angin segar bagi perkembangan ekspor Indonesia. Pemerintah ingin memanfaatkan momentum depresiasi kurs rupiah ini untuk menggenjot ekspor produk ke luar negeri. Source: liputan6.com |
|
Menanti Stimulus Bank Sentral Eropa, Rupiah Kembali Menguat | |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan rupiah itu menanti kepastian soal jumlah stimulus yang digelontorkan bank sentral Eropa pada April 2015. Data valuta asing Bloomberg, Jumat (6/3/2015), nilai tukar rupiah sempat dibuka melemah 13.007 terhadap dolar AS pada pukul 08.00 WIB. Akan tetapi, rupiah terus menguat hingga menyentuh ke level 12.937 per dolar AS pada pukul 08.24 WIB. Namun, gerak rupiah menjadi fluktuaktif. Pada pukul 08.49 WIB, rupiah kembali melemah ke level 12.992 per dolar AS. Lalu kembali menguat ke level 12.977 per dolar AS pada pukul 10.37 WIB. Dalam perdagangan hingga siang ini, rupiah bergerak di kisaran 12.968-13.009 per dolar AS. Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, rupiah menguat 39 poin ke level 12.983 per dolar AS pada Jumat 6 Maret 2015 dari periode Kamis 5 Maret 2015 di level 13.022 per dolar AS. Analis Pasar Uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menilai, gerak rupiah fluktuaktif ini cukup aneh mengingat rupiah sempat menguat di tengah mata uang emerging market melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Ia mengatakan, sentimen datang dari Amerika Serikat dengan data ekonomi AS cukup bagus. Data indeks jasa Amerika Serikat naik moderat dari 57 ke 57,1 pada Februari 2015. Saat ini, pelaku pasar menanti data payrolls yang diperkirakan bagus. Data ini akan keluar pada Jumat waktu setempat. Sentimen lain yang mempengaruhi gerak Rupiah, menanti kepastian bank sentral Eropa terkait stimulus yang mulai digelontorkan pada April. Sebelumnya pimpinan bank sentral Eropa Mario Draghi memberikan signal untuk kembali membeli obligasi. Hal ini seiring langkah bank sentral Eropa berhasil mengatasi deflasi. Dewan bank sentral Eropa berkomitmen untuk melakukan pembelian aset pertama. "Rupiah menguat hari ini didominasi sentimen eksternal. Penguatan ini ketika semua mata uang melemah terhadap dolar Amerika Serikat, tetapi kini kembali tertekan," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com. Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Rully mengatakan, saat ini belum ada sentimen positif yang mendominasi. Pelaku pasar cenderung menunggu rapat dewan gubernur (RDG BI) untuk memutuskan suku bunga acuan. "Diperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate lagi mengingat dua bulan terjadi deflasi," kata Rully. Rully memperkirakan, rupiah berada di kisaran 12.970-12.900 per dolar AS pada hari ini. (Ahm/) Source: liputan6.com |
|
Menanti Stimulus Bank Sentral Eropa, Rupiah Menguat | |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan rupiah itu menanti kepastian soal jumlah stimulus yang digelontorkan bank sentral Eropa pada April 2015. Data valuta asing Bloomberg, Jumat (6/3/2015), nilai tukar rupiah sempat dibuka melemah 13.007 terhadap dolar AS pada pukul 08.00 WIB. Akan tetapi, rupiah terus menguat hingga menyentuh ke level 12.937 per dolar AS pada pukul 08.24 WIB. Namun, gerak rupiah menjadi fluktuaktif. Pada pukul 08.49 WIB, rupiah kembali melemah ke level 12.992 per dolar AS. Lalu kembali menguat ke level 12.977 per dolar AS pada pukul 10.37 WIB. Dalam perdagangan hingga siang ini, rupiah bergerak di kisaran 12.968-13.009 per dolar AS. Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, rupiah menguat 39 poin ke level 12.983 per dolar AS pada Jumat 6 Maret 2015 dari periode Kamis 5 Maret 2015 di level 13.022 per dolar AS. Analis Pasar Uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menilai, gerak rupiah fluktuaktif ini cukup aneh mengingat rupiah sempat menguat di tengah mata uang emerging market melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Ia mengatakan, sentimen datang dari Amerika Serikat dengan data ekonomi AS cukup bagus. Data indeks jasa Amerika Serikat naik moderat dari 57 ke 57,1 pada Februari 2015. Saat ini, pelaku pasar menanti data payrolls yang diperkirakan bagus. Data ini akan keluar pada Jumat waktu setempat. Sentimen lain yang mempengaruhi gerak Rupiah, menanti kepastian bank sentral Eropa terkait stimulus yang mulai digelontorkan pada April. Sebelumnya pimpinan bank sentral Eropa Mario Draghi memberikan signal untuk kembali membeli obligasi. Hal ini seiring langkah bank sentral Eropa berhasil mengatasi deflasi. Dewan bank sentral Eropa berkomitmen untuk melakukan pembelian aset pertama. "Rupiah menguat hari ini didominasi sentimen eksternal. Penguatan ini ketika semua mata uang melemah terhadap dolar Amerika Serikat, tetapi kini kembali tertekan," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com. Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Rully mengatakan, saat ini belum ada sentimen positif yang mendominasi. Pelaku pasar cenderung menunggu rapat dewan gubernur (RDG BI) untuk memutuskan suku bunga acuan. "Diperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate lagi mengingat dua bulan terjadi deflasi," kata Rully. Rully memperkirakan, rupiah berada di kisaran 12.970-12.900 per dolar AS pada hari ini. Mengutip laman Reuters, dolar cenderung menguat jelang akhir pekan ini. Hal itu seiring menanti laporan data tenaga kerja Amerika Serikat yang diperkirakan membaik. Berdasarkan survei analis, data payrolls meningkat 240 ribu pada bulan. Tingkat pengangguran turun menjadi 5,6 persen. "Data pekerjaan AS akan memberikan keuntungan, dan ini akan memperkuat harapan kemungkinan suku bunga naik pada Juni 2015," ujar Edward Acton, Treasury Strategist RBS. (Ahm/) Source: liputan6.com |
|
BI Tetap Waspadai Keterpurukan Rupiah | |
Bank Indonesia (BI) mengatakan Indonesia harus tetap mewaspadai situasi ketidakpastian ekonomi global yang berpeluang menekan kurs rupiah lebih dalam. Pasalnya Indonesia masih dibayang-bayangi defisit transaksi berjalan dan inflasi cukup tinggi. Source: liputan6.com |
|
Rupiah Terjungkal, BI Tenangkan Pasar Lewat Data Makro Ekonomi | |
Bank Indonesia (BI) meminta pasar tenang menghadapi gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Imbauan ini merujuk pada data makro ekonomi Indonesia yang membaik. Source: liputan6.com |
|
Rupiah Anjlok Bukan karena Sengaja | |
Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah membantah bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini karena ada unsur kesengajaan. Bukan pula untuk mengekor beberapa negara yang secara sukarela melemahkan mata uangnya. Source: liputan6.com |
|
Gandeng 250 Entrepreneur, Bank Mandiri Gelar Expo Wirausaha | |
Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk kembali menggelar Expo wirausaha sekaligus Penghargaan dan Workshop Wirausaha Muda Mandiri (WMM), Mandiri Young Technopreneur (MYT) dan Wirausaha Sosial Mandiri (WSM) 2014. Expo yang akan berlangsung pada 12-15 Maret 2015 di Jakarta Convention Center itu akan diikuti 250 wirausahawan muda binaan Bank Mandiri. Source: liputan6.com |
|
Menkeu: Bikin Rupiah Perkasa Tak Bisa Instan | |
Pemerintah menyatakan upaya penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak bisa dilakukan dengan cara instan. Pasalnya masalah utama Indonesia adalah defisit transaksi berjalan. Source: liputan6.com |
|
Pengusaha Diminta Bantu Jaga Rupiah | |
Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo meminta kepada para pengusaha untuk turut aktif dalam menggunakan rupiah dalam setiap transaksi. Hal tersebut dilakukan agar nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa terjaga. Source: liputan6.com |
|
JK: Pemerintah Belum akan Intervensi Rupiah | |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah belum menunjukkan tanda-tanda penguatan. Terakhir, nilai tukar rupiah anjlok hingga Rp 13 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, ekspor yang diharapkan sebagai efek pelemahan ruiah juga belum menunjukkan peforma. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan efek penguatan ekspor tidak langsung seketika terjadi saat rupiah melemah. "Tidak bisa hari ini rupiah melemah besok ekspor langsung naik, biasanya ada waktunya, sebulan atau dua bulan," ungkap JK, di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (6/3/2015). Sampai saat ini, JK menegaskan pemerintah tidak akan melakukan intervensi untuk menguatkan nilai tukar rupiah. Itu karena kondisi saat ini, rupiah lebih banyak terpengaruh faktor eksternal. "Diintervensi apapun kalau terjadi penguatan dari faktor eksternal tidak akan mempan, eksternal. Tapi ndak apa-apa," imbuhnya. Menurut JK, langkah utama yang akan dilakukan pemerintah saat ini adalah memperbaiki neraca pembayaran. Ia juga mengingatkan adanya UU Mata Uang yang mengatur pemakaian rupiah untuk transaksi. "UU-nya ada untuk pemakaian rupiah, sebagian besar kita pakai rupiah walaupun tarifnya Dollar, tapi kan kita bayar dengan rupiah sebenarnya. Katakanlah hotel, ada hotel yang tarif dollar, tapi orang bayar dengan rupiah, kecuali orang asing," tandas JK. (Nrm) Source: liputan6.com |