Prev Maret 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Jumat, 06 Maret 2015
Rupiah Tertekan Menambah Beban Pengusaha Angkutan Umum

Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap sejumlah mata uang negara berkembang termasuk rupiah semakin menambah beban pengusaha angkutan umum. Apalagi rupiah sempat tembus 13.000 terhadap dolar AS.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Safruan Sinungan mengatakan, nilai tukar rupiah melemah ini akan membuat harga komponen kendaraan naik.

"Kalau spare part itu banyak dipengaruhi oleh kurs. Meski sebagian diproduksi di dalam negeri, tetapi bahan bakunya dari luar, harus impor dan bayarnya pakai dolar," ujar Safruan saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Jumat (6/3/2015).

Dia menjelaskan, jika kurs rupiah melemah dan harga komponen naik, maka pengusaha harus memutar otak agar kenaikan harga ini tidak terlalu membebani biaya operasional.

"Tapi kami tetap tekan, berbagai macam cara kami lakukan untuk tekan biaya operasional. Misalnya kalau biasanya harga spare part original itu kami belinya yang Rp 10 ribu. Kalau kurs lagi tinggi kami terpaksa beli yang kelas duanya yang lebih murah, supaya bebannya tidak terlalu berat," jelas Safruan.

Selain untuk menekan biaya operasional, pilihan untuk menggunakan komponen kelas dua ini juga ditujukan agar tarif angkutan umum tidak naik.

"Kalau tidak disiasati seperti ini, tiap bulan kami naikan tarif hanya karena masalah ini, masyarakat yang ikut dikorbankan. Apalagi spare part kalau sudah naik jarang bisa turun lagi. Ini yang sering buat pengusaha angkutan kelabakan," kata dia.

Meski demikian, Safruan menyatakan, nilai tukar rupiah melemah yang terjadi beberapa hari ini belum memberikan pengaruh kepada harga komponen. Lantaran harga komponen sudah mengalami kenaikan sejak satu bulan lalu.

"Kurs rupiah ke dolar kan sekarang tinggi, tetapi spare part sudah naik duluan kemarin. Dari bulan lalu harga spare part sudah naik," lanjutnya.

Safruan hanya berharap pemerintah bisa memperbaiki fondasi perekonomian di dalam negeri agar rupiah tidak selalu bergantung pada kondisi ekonomi negara lain dan harga barang-barang di dalam negeri bisa lebih stabil.

"Kami berharap, fondasi perekonomian Indonesia bisa diperkuat supaya kestabilan harga-harga itu bisa lebih panjang jangka waktunya," ujar Safruan.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah menguat ke level 12.983 per dolar AS pada Jumat 6 Maret 2015 dari periode Kamis 5 Maret di level 13.022 per dolar AS. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
Dolar Perkasa, Mendag Getol Ekspor Produk Ini

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi angin segar bagi perkembangan ekspor Indonesia.  Pemerintah ingin memanfaatkan momentum depresiasi kurs rupiah ini untuk menggenjot ekspor produk ke luar negeri.

Menteri Perdagangan (Mendag), Rachmat Gobel mengungkapkan, akan segera bertemu dengan sejumlah eksportir dalam rangka meningkatkan kinerja ekspor berbagai produk ke luar negeri di saat terjadi tekanan rupiah.

"Tentu harapannya ekspor bisa lebih baik dibanding sebelumnya. Saya akan melakukan diskusi dengan kawan-kawan pelaku ekspor," ujar dia saat berbincang dengan wartawan usai Rakor e-Commerce di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (6/3/2015).

Pengusaha Panasonic Indonesia ini menuturkan, produk-produk ekspor yang sangat bergairah dengan pelemahan nilai tukar rupiah adalah produk hortikultura, kerajinan tangan (handycraft) mebel, produk ban dan sebagainya.

"Produk-produk ini kita mau dorong ekspornya, makanya kita diskusikan dulu. Kita harus manfaatkan pelemahan rupiah untuk meningkatkan ekspor," tukas Gobel tanpa enggan menyebut data peningkatan ekspor paska pelemahan rupiah.  (Fik/Ndw)


Source: liputan6.com
Menanti Stimulus Bank Sentral Eropa, Rupiah Kembali Menguat

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan rupiah itu menanti kepastian soal jumlah stimulus yang digelontorkan bank sentral Eropa pada April 2015.

Data valuta asing Bloomberg, Jumat (6/3/2015), nilai tukar rupiah sempat dibuka melemah 13.007 terhadap dolar AS pada pukul 08.00 WIB. Akan tetapi, rupiah terus menguat hingga menyentuh ke level 12.937 per dolar AS pada pukul 08.24 WIB.

Namun, gerak rupiah menjadi fluktuaktif. Pada pukul 08.49 WIB, rupiah kembali melemah ke level 12.992 per dolar AS. Lalu kembali menguat ke level 12.977 per dolar AS pada pukul 10.37 WIB. Dalam perdagangan hingga siang ini, rupiah bergerak di kisaran 12.968-13.009 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, rupiah menguat 39 poin ke  level 12.983 per dolar AS pada Jumat 6 Maret 2015 dari periode Kamis 5 Maret 2015 di level 13.022 per dolar AS.

Analis Pasar Uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menilai, gerak rupiah fluktuaktif ini cukup aneh mengingat rupiah sempat menguat di tengah mata uang emerging market melemah terhadap dolar Amerika Serikat.

Ia mengatakan, sentimen datang dari Amerika Serikat dengan data ekonomi AS cukup bagus. Data indeks jasa Amerika Serikat naik moderat dari 57 ke 57,1 pada Februari 2015. Saat ini, pelaku pasar menanti data payrolls yang diperkirakan bagus. Data ini akan keluar pada Jumat waktu setempat.

Sentimen lain yang mempengaruhi gerak Rupiah, menanti kepastian bank sentral Eropa terkait stimulus yang mulai digelontorkan pada April. Sebelumnya pimpinan bank sentral Eropa Mario Draghi memberikan signal untuk kembali membeli obligasi. Hal ini seiring langkah bank sentral Eropa berhasil mengatasi deflasi. Dewan bank sentral Eropa berkomitmen untuk melakukan pembelian aset pertama.

"Rupiah menguat hari ini didominasi sentimen eksternal. Penguatan ini ketika semua mata uang melemah terhadap dolar Amerika Serikat, tetapi kini kembali tertekan," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Rully mengatakan, saat ini belum ada sentimen positif yang mendominasi. Pelaku pasar cenderung menunggu rapat dewan gubernur (RDG BI) untuk memutuskan suku bunga acuan. "Diperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate lagi mengingat dua bulan terjadi deflasi," kata Rully.

Rully memperkirakan, rupiah berada di kisaran 12.970-12.900 per dolar AS pada hari ini. (Ahm/)


Source: liputan6.com
Menanti Stimulus Bank Sentral Eropa, Rupiah Menguat

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan rupiah itu menanti kepastian soal jumlah stimulus yang digelontorkan bank sentral Eropa pada April 2015.

Data valuta asing Bloomberg, Jumat (6/3/2015), nilai tukar rupiah sempat dibuka melemah 13.007 terhadap dolar AS pada pukul 08.00 WIB. Akan tetapi, rupiah terus menguat hingga menyentuh ke level 12.937 per dolar AS pada pukul 08.24 WIB.

Namun, gerak rupiah menjadi fluktuaktif. Pada pukul 08.49 WIB, rupiah kembali melemah ke level 12.992 per dolar AS. Lalu kembali menguat ke level 12.977 per dolar AS pada pukul 10.37 WIB. Dalam perdagangan hingga siang ini, rupiah bergerak di kisaran 12.968-13.009 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, rupiah menguat 39 poin ke  level 12.983 per dolar AS pada Jumat 6 Maret 2015 dari periode Kamis 5 Maret 2015 di level 13.022 per dolar AS.

Analis Pasar Uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menilai, gerak rupiah fluktuaktif ini cukup aneh mengingat rupiah sempat menguat di tengah mata uang emerging market melemah terhadap dolar Amerika Serikat.

Ia mengatakan, sentimen datang dari Amerika Serikat dengan data ekonomi AS cukup bagus. Data indeks jasa Amerika Serikat naik moderat dari 57 ke 57,1 pada Februari 2015. Saat ini, pelaku pasar menanti data payrolls yang diperkirakan bagus. Data ini akan keluar pada Jumat waktu setempat.

Sentimen lain yang mempengaruhi gerak Rupiah, menanti kepastian bank sentral Eropa terkait stimulus yang mulai digelontorkan pada April. Sebelumnya pimpinan bank sentral Eropa Mario Draghi memberikan signal untuk kembali membeli obligasi. Hal ini seiring langkah bank sentral Eropa berhasil mengatasi deflasi. Dewan bank sentral Eropa berkomitmen untuk melakukan pembelian aset pertama.

"Rupiah menguat hari ini didominasi sentimen eksternal. Penguatan ini ketika semua mata uang melemah terhadap dolar Amerika Serikat, tetapi kini kembali tertekan," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Rully mengatakan, saat ini belum ada sentimen positif yang mendominasi. Pelaku pasar cenderung menunggu rapat dewan gubernur (RDG BI) untuk memutuskan suku bunga acuan. "Diperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate lagi mengingat dua bulan terjadi deflasi," kata Rully.

Rully memperkirakan, rupiah berada di kisaran 12.970-12.900 per dolar AS pada hari ini.

Mengutip laman Reuters, dolar cenderung menguat jelang akhir pekan ini. Hal itu seiring menanti laporan data tenaga kerja Amerika Serikat yang diperkirakan membaik. Berdasarkan survei analis, data payrolls meningkat 240 ribu pada bulan. Tingkat pengangguran turun menjadi 5,6 persen.

"Data pekerjaan AS akan memberikan keuntungan, dan ini akan memperkuat harapan kemungkinan suku bunga naik pada Juni 2015," ujar Edward Acton, Treasury Strategist RBS. (Ahm/)


Source: liputan6.com
BI Tetap Waspadai Keterpurukan Rupiah
Bank Indonesia (BI) mengatakan Indonesia harus tetap mewaspadai situasi ketidakpastian ekonomi global yang berpeluang menekan kurs rupiah lebih dalam. Pasalnya Indonesia masih dibayang-bayangi defisit transaksi berjalan dan inflasi cukup tinggi. 
Source: liputan6.com
Rupiah Terjungkal, BI Tenangkan Pasar Lewat Data Makro Ekonomi
Bank Indonesia (BI) meminta pasar tenang menghadapi gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Imbauan ini merujuk pada data makro ekonomi Indonesia yang membaik. 
Source: liputan6.com
Rupiah Anjlok Bukan karena Sengaja

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah membantah bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini karena ada unsur kesengajaan. Bukan pula untuk mengekor beberapa negara yang secara sukarela melemahkan mata uangnya.

Hal ini ditegaskan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (6/3/2015). Dia mengaku, tekanan rupiah datang karena penguatan dolar AS ke hampir seluruh mata uang dunia seiring membaiknya ekonomi Negeri Paman Sam itu.

"Pelemahan sekarang bukan by design. Itu karena ada penguatan dolar AS ke mata uang lain, pemotongan suku bunga di beberapa negara dan defisit transaksi berjalan kita masih di kisaran 3 persen," tutur dia.

Lebih jauh, dijelaskan Bambang, ada negara yang secara sukarela melemahkan kurs mata uangnya untuk meningkatkan daya saing. Lanjut dia, seperti Yen Jepang, Dolar Australia dan Euro yang agak melemah.

"Tapi rupiah tidak melemah ke semua mata uang, tapi juga ada penguatan terhadap mata uang lain," paparnya.

Dia mengaku, kondisi pelemahan rupiah berbeda dengan tahun 1998. Di mana kurs rupiah terjun bebas dari Rp 2.500 ke level Rp 13.000 per dolar AS. Depresiasinya mencapai ratusan persen.

"Sekarang ini ada pola kesimbangan baru, toh buktinya investor menyatakan Indonesia dan India sebagai negara dengan kinerja ekonomi baik. Memang depresiasi Rupee India tidak sefluktuatif rupiah karena defisit transaksi berjalannya sudah di bawah 2 persen," terang dia.  

Menurut Bambang, kurs rupiah masih under value atau berbeda dengan kondisi Peso Filipina yang tercatat over value. Sayangnya, negara Filipina bukan pengekspor barang, melainkan jasa.

"Kalau (rupiah) menguat bisa over value atau di atas nilai yang seharusnya. Jadi akan mengurangi daya saing untuk komoditas ekspor. Kita under value karena ekspor kita barang dan untuk menjaga daya saing," pungkas dia. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Gandeng 250 Entrepreneur, Bank Mandiri Gelar Expo Wirausaha

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk kembali menggelar Expo wirausaha sekaligus Penghargaan dan Workshop Wirausaha Muda Mandiri (WMM), Mandiri Young Technopreneur (MYT) dan Wirausaha Sosial Mandiri (WSM) 2014. Expo yang akan berlangsung pada 12-15 Maret 2015 di Jakarta Convention Center itu akan diikuti 250 wirausahawan muda binaan Bank Mandiri.

Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Pahala N Mansury mengatakan, program expo wirausaha tersebut merupakan salah satu upaya perseroan dalam menyebarkan virus kewirausahaan dan demam berinovasi di antara para mahasiswa.

“Dengan banyaknya generasi muda yang terjangkiti virus ini, artinya kami telah menyelamatkan mereka dari pengangguran serta membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Pahala dalam keterangan tertulis, Jumat (6/3/2015).

Dalam expo tersebut, Pahala menambahkan, diharapkan sekitar 50.000 pengunjung termasuk mahasiswa dan generasi muda dari Jakarta dan sekitarnya diharapkan dapat berkomunikasi dan memperoleh tips dari para peserta expo tentang bagaimana menggarap dan memanfaatkan setiap peluang usaha yang ada.

Selain dengan peserta expo, pengunjung juga dapat melakukan talkshow interaktif bersama  Hadi Wenas  yang merupakan CEO aCommerce Indonesia, Rian Gondokusumo, Founder Sribu.com, Aldi Haryo Pratomo, Founder & CEO Ruma Indonesia, Daniel Mananta  pemilik Damn I Love Indonesia dan Marcelino Lefrant  yang merupakan Komikus Bolt.

Khusus untuk mahasiswa peserta workshop, selain akan menyaksikan Penghargaan pemenang juga dapat bertukar pikiran secara langsung dengan para praktisi kewirausahaan seperti Bill Reichert dari Garage Ventures, Christian Sugiono, malesbanget.com, Fajrin Rasyid, bukalapak.com, Mira Lesmana, Miles Studio dan Dian Sastrowardoyo.

Menurut Pahala, ajang penghargaan WMM, MYT dan WSM 2014 juga menuai animo peserta yang sangat baik. Hal ini terlihat dari jumlah total peserta kompetisi kewirausahaan Mandiri pada 2014 yang mencapai total 3.979 peserta. Sebanyak 7.718 mahasiswa mengikuti kompetisi WMM. Dari jumlah tersebut sebanyak 55 peserta berhasil menjadi finalis, dimana 27 peserta berasal dari kategori mahasiswa dan 28 peserta untuk kategori alumni dan pascasarjana.

Pada kompetisi Penghargaan WMM, para peserta akan beradu inovasi di tiga kategori yaitu Industri, Perdagangan & Jasa, Boga dan Kreatif. Sedangkan di kompetisi penghargaan MYT, terdapat 2 kategori yang diperlombakan, yaitu Teknologi Digital dan Teknologi Non Digital. Dalam kompetisi Penghargaan WSM, ada 2 kategori yang dapat diikuti peserta, yakni Industri Kreatif & Pariwisata dan Pertanian dan Kelautan. (Gdn)


Source: liputan6.com
Menkeu: Bikin Rupiah Perkasa Tak Bisa Instan
Pemerintah menyatakan upaya penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak bisa dilakukan dengan cara instan. Pasalnya masalah utama Indonesia adalah defisit transaksi berjalan. 
Source: liputan6.com
Pengusaha Diminta Bantu Jaga Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo meminta kepada para pengusaha untuk turut aktif dalam menggunakan rupiah dalam setiap transaksi. Hal tersebut dilakukan agar nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa terjaga.

Menurut Agus, selama ini para pengusaha kerap kali melakukan transaksi non tunai valuta asing. Padahal, Selain bisa memperkuat nilai tukar, penggunaan rupiah dalam setiap transaksi juga demi menjaga martabat bangsa.

"Dalam Undang-Undang BI, perihal moneter, diberi kewenangan mengatur supaya transaksi di pasar valas di atur BI. Jadi kombinasi ini akan diterapkan. Di Indonesia  dunia usaha banyak melakukan transaksi non tunai valas. Jadi harus ubah paradigma jaga martabat rupiah di Indonesia menciptakan stabilitas sistem keuangan," kata dia Jakarta, Jumat (6/3/2015).

Menurut Agus, salah satu penyebab pelemahan rupiah selama ini karena maraknya pinjaman pengusaha dalam mata uang asing. Agus mengatakan, hal itu diperparah oleh tidak diterapkannya sistem lindung nilai atau hedging.

"
Kalo tidak dilakukan hedging, pemilik perusahaan harusnya marah sama manajemen, karena pengusaha harusnya kalau berusaha cari manfaat di bidang yang ditekuni. Jangan malah mencari risiko utang valas. Jangan hanya ambil manfaat karena bunga murah," ujarnya.

Agus pun kesal lantaran masih sedikit perusahaan yang menerapkan hal tersebut. Padahal, dengan tidak diterapkan hedging akan semakin besar memperkeruh posisi rupiah dan utang perusahaan semakin membengkak. Apalagi, ditambah dengan adanya ancaman normalisasi ekonomi AS.

"Sudah satu setengah tahun diingatkan, utang luar negeri yang tidak hedging banyak. Kalo AS mau quantitave easing, mau normalisasi, kalau pengusaha tidak sadar risiko jelas, kurs fluktiatif, berapa ruginya kalo pake valas. Jadi paham kehati-hatian," tutupnya.

Sepekan ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus berkutat di level 12.900 per dolar AS hingga 13.000 per dolar AS. Untuk hari ini, Data valuta asing Bloomberg menunjukkan nilai tukar rupiah sempat dibuka melemah 13.007 terhadap dolar AS pada pukul 08.00 WIB. Akan tetapi, rupiah terus menguat hingga menyentuh ke level 12.937 per dolar AS pada pukul 08.24 WIB.

Namun, gerak rupiah menjadi fluktuaktif. Pada pukul 08.49 WIB, rupiah kembali melemah ke level 12.992 per dolar AS. Lalu kembali menguat ke level 12.977 per dolar AS pada pukul 10.37 WIB. Dalam perdagangan hingga siang ini, rupiah bergerak di kisaran 12.968-13.009 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, rupiah menguat 39 poin ke  level 12.983 per dolar AS pada Jumat 6 Maret 2015 dari periode Kamis 5 Maret 2015 di level 13.022 per dolar AS. (Amd/Gdn)


Source: liputan6.com
JK: Pemerintah Belum akan Intervensi Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah belum menunjukkan tanda-tanda penguatan. Terakhir, nilai tukar rupiah anjlok hingga Rp 13 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, ekspor yang diharapkan sebagai efek pelemahan ruiah juga belum menunjukkan peforma.

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan efek penguatan ekspor tidak langsung seketika terjadi saat rupiah melemah.

"Tidak bisa hari ini rupiah melemah besok ekspor langsung naik, biasanya ada waktunya, sebulan atau dua bulan," ungkap JK, di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (6/3/2015).

Sampai saat ini, JK menegaskan pemerintah tidak akan melakukan intervensi untuk menguatkan nilai tukar rupiah. Itu karena kondisi saat ini, rupiah lebih banyak terpengaruh faktor eksternal.

"Diintervensi apapun kalau terjadi penguatan dari faktor eksternal tidak akan mempan, eksternal. Tapi ndak apa-apa," imbuhnya.

Menurut JK, langkah utama yang akan dilakukan pemerintah saat ini adalah memperbaiki neraca pembayaran. Ia juga mengingatkan adanya UU Mata Uang yang mengatur pemakaian rupiah untuk transaksi.

"UU-nya ada untuk pemakaian rupiah, sebagian besar kita pakai rupiah walaupun tarifnya Dollar, tapi kan kita bayar dengan rupiah sebenarnya. Katakanlah hotel, ada hotel yang tarif dollar, tapi orang bayar dengan rupiah, kecuali orang asing," tandas JK. (Nrm)


Source: liputan6.com