Prev Maret 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 05 Maret 2015
Rupiah Kembali Tembus 13.000 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Menguatnya pertumbuhan ekonomi di Amerika dan juga ekspektasi pertumbuhan ekonomi China.

Data Valuta Asing Bloomberg, Senin (5/3/2015), menunjukkan, pada pembukaan pukul 08.00 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level 12.999 per dolar AS. Namun rupiah terus tertekan hingga menyentuh level 13.050 per dolar pada pukul 08.15 WIB.

Sampai pukul 09.45 WIB, nilai tukar rupiah masih berkutat di level 13.028. Dalam perdagangan sampai siang ini, rupiah berada di kisaran 12.999 per dolar AS hingga 13.052 per dolar AS. 

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia belum dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (David Sumual menjelaskan, ada dua sentimen besar yang membuat nilai tukar rupiah tertekan dalam beberapa hari terakhir ini.  Sentimen pertama datang dari Amerika. Data-data ekonomi dari Amerika yang keluar menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara tersebut semakin membaik.

Contohnya, data indeks jasa Amerika meningkat moderat dari 57 ke 57,1 pada Februari 2015 kemarin. Data upah juga bertumbuh meskipun tipis menjadi 212.000. Saat ini pasar sedang menunggu data mengenai tenaga kerja yang akan keluar Jumat besok.  "Sentimen global tumbuh positif dan cenderung membuat rupiah melemah,"jelasnya.

Selain dari Amerika, sentimen lain yang menekan rupiah datang dari China. Setelah Bank Sentral China menurunkan suku bunganya, rupiah terus melemah. Tekanan tersebut terus berlanjut dengan adanya rilis target pertumbuhan ekonomi China yang berada di level 7 persen.

Level tersebut sesuai dengan perkiraan para analis dan juga ekonomi sehingga diperkirakan akan membuat perkiraan ekspor China meningkat sehingga mendorong membaikya transaksi berjalan. 

Sesuai prediksi David, rupiah cenderung bergerak melemah pekan ini. Dalam waktu dekat, David memperkirakan rupiah masih akan berkutat di kisaran 12.900-13.000 per dolar AS. (Sis/Gdn)


Source: liputan6.com
BI: Mengenai Rupiah, Kami Selalu Ada di Pasar

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ‎Serikat (AS) terus tertekan hingga menyentuh level Rp 13.050. Sentimen global memicu pelemahan kurs rupiah, terutama imbas dari koreksi pertumbuhan ekonomi China.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara mengungkapkan, pasar merespons pengumuman pertumbuhan ekonomi China terkoreksi ke bawah dari 7,5 persen menjadi 7 persen.

"Biasanya kalau pemerintah China ekspektasi 7 persen, pasar menaruhnya di bawah 7 persen. Karena pemerintah China sebelumnya selalu bicara diangka 7,5 persen dan sekarang diturunkan 7 persen, pasti negara-negara yang ketergantungan ekspor China akan terkena sentimen negatifnya," jelas dia usai acara Fitch Ratings di Hotel Mandarin, Jakarta, Kamis (5/3/2015).

Pelemahan mata uang, tambah Mirza, tidak hanya terjadi pada rupiah, tapi juga mata uang negara lain seperti Malaysia, Korea dan sebagainya. Saat ini, lanjutnya, ada tren penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang.

"Kemarin ada Ukraina yang menaikkan suku bunga dari 19,5 persen ke 30 persen, termasuk India yang memangkas suku bunga acuan. Tapi masalahnya di sana bukan moneter, melainkan politik internasional. Ini juga menekan sentimen kepada negara berkembang," ujarnya.

Ketika dikonfirmasi soal intervensi BI atau BI akan membiarkan rupiah bergerak sesuai fundamentalnya, Mirza menegaskan BI akan selalu ada di pasar. Dia pun meminta masyarakat tidak khawatir dengan depresiasi rupiah.

"BI selalu ada di pasar. Dan untuk mengurangi volatilitas supaya menjaga suplai valas selalu tersedia di pasar. Jadi jangan khawatir, karena pelemahannya sejalan dengan pelemahan regional" papar dia.

Berdasarkan data Valuta Asing Bloomberg, Senin (5/3/2015), menunjukkan, pada pembukaan pukul 08.00 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level 12.999 per dolar AS. Namun rupiah terus tertekan hingga menyentuh level 13.050 per dolar pada pukul 08.15 WIB.

Sampai pukul 09.45 WIB, nilai tukar rupiah masih berkutat di level 13.028. Dalam perdagangan sampai siang ini, rupiah berada di kisaran 12.999 per dolar AS hingga 13.052 per dolar AS. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Dampak Pelemahan Rupiah, Lebih Parah Dulu atau Sekarang?

Liputan6.com, Jakarta - Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus berlangsung. Kondisi tersebut saat ini tidak berpengaruh signifikan untuk fiskal Indonesia karena struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah berubah.

Demikian disampaikan Deputi Gubernur Senior, Mirza Adityaswara usai hadir di acara Fitch Ratings, Jakarta, Kamis (5/3/2015).  Dia mengatakan, anggaran negara dulu mayoritas tersedot ke belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM) atau energi.

"APBN pemerintah dulu ketergantungan pada dolar di sisi pembiayaan ‎karena ada komponen besar subsidi BBM yang perlu diimpor. Kalau dolar AS menguat atau rupiah melemah, impor BBM lebih mahal, sehingga anggaran subsidi BBM membengkak," ucap dia.

Sedangkan saat ini, lanjut Mirza, anggaran subsidi BBM telah dipangkas habis-habisan untuk dialihkan ke belanja infrastruktur dan subsidi pangan. Pemerintah menghapus subsidi BBM jenis Premium dan menetapkan subsidi tetap Rp 1.000 per liter untuk Solar.

"Sekarang Premium sudah tidak disubsidi lagi, jadi pelemahan rupiah tidak terlalu berdampak negatif ke APBN. Bahkan sebenarnya penerimaan minyak kita bisa meningkat. Jadi masyarakat perlu paham, struktur APBN pemerintah sudah berubah. Sejak 1 Januari lalu, pemerintah mengubah sistem subsidi," tegas Mirza.

Fiskal yang lebih sehat, menurut Mirza, membuat gejolak pasar saham dan obligasi lebih stabil. Volatilitas tidak terlalu signifikan yang dulu selalu mengkhawatirkan jika kurs rupiah melemah.

Indonesia, sambungnya, merupakan negara liberal yang sebelumnya memperbolehkan transaksi valas di dalam negeri. Hal ini berbeda dengan peraturan di luar negeri. Namun, tambah Mirza, Undang-undang Mata Uang Tahun 2011 kini melarang transaksi valas di dalam negeri. Penertiban ini akan sangat membantu penguatan rupiah.

Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Menguatnya pertumbuhan ekonomi di Amerika dan juga ekspektasi pertumbuhan ekonomi China.

Data Valuta Asing Bloomberg, Kamis pekan ini, menunjukkan, pada pembukaan pukul 08.00 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level 12.999 per dolar AS. Namun rupiah terus tertekan hingga menyentuh level 13.050 per dolar pada pukul 08.15 WIB.

Sampai pukul 09.45 WIB, nilai tukar rupiah masih berkutat di level 13.028. Dalam perdagangan sampai siang ini, rupiah berada di kisaran 12.999 per dolar AS hingga 13.052 per dolar AS. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Kembali Tembus Rp 13.000, BI: Jangan Khawatir

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menyentuh level 13.000 per dolar AS pada Kamis (5/3/2015). Bank Indonesia (BI) menilai kondisi rupiah tersebut masih dalam range yang wajar.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan pergerakan ru‎piah tersebut tidak terlepas dari sentimen global.
Source: liputan6.com
Menko Sofyan Yakin Rupiah Tak Akan Jebol Rp 13.500

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah membantah telah gagal mengendalikan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sehingga rupiah tertekan hebat hingga menembus level Rp 13.000 per dolar AS. Pihaknya optimistis pergerakan kurs rupiah tidak akan menyentuh angka Rp 13.500 per dolar AS.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil menegaskan, defisit transaksi berjalan Indonesia masih dalam batas wajar. Dari catatan Bank Indonesia (BI), US$ 26,2 miliar atau 2,95 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)sepanjang 2014.

"CAD kita masih wajar-wajar saja. Apa yang saya lihat prosentase yang terhadi sebelum dan sesudahnya nggak banyak berbeda. Tapi apa yang bisa kita perbaiki, kita perbaiki," ujar dia kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Kamis (5/3/2015).

Sofyan mencoba menenangkan pasar dengan meyakinkan bahwa kurs rupiah tidak akan bobol sampai ke level Rp 13.500 per dolar AS. Pasalnya, sambung dia, pelemahan kurs rupiah diikuti depresiasi mata uang lain terhadap dolar AS.

"Nggak, tenang saja (Rp 13.500). Terhadap semua mata uang lain sama, rupiah relatif lebih tinggi dari Ringgit Malaysia. Rupiah kita masih kompetitif, bahkan menguat yang tidak terlalu kita inginkan. Menguat terhadap maya uang lain kecuali dolar AS," jelasnya.  

Saat ini, kata Sofyan, pemerintah tidak bisa berbuat banyak untuk mengurangi faktor eksternal penyebab mata uang rupiah ambruk. Namun pemerintah mampu memperbaiki faktor internal.

"Ini seasonal saja terkait masalah suplai dan demand dolar AS di pasar, misalnya untuk membayar deviden dari perusahaan asing di Indonesia. Tapi di pasar modal, asing masih menanamkan modalnya jadi nett inflow investasi asing masih cukup positif," tukas Sofyan.

Sebelumnya ‎CORE Indonesia (Center of Reform on Economics) dalam kajiannya menyatakan, pelemahan rupiah kuat diakibatkan juga karena pengaruh dalam negeri Indonesia sendiri. Terutama meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan.‎

Dikutip dari kajian CORE Indonesia, neraca transaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit sejak tahun 2012. Berbagai jurus yang telah ditempuh oleh Pemerintah maupun BI masih belum dapat mengatasi masalah ini. (Fik/Ndw)


Source: liputan6.com
Dolar Perkasa, Investor Terancam Tunda Ekspansi di RI

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga menyentuh Rp 13.000 akan berdampak negatif bagi kegiatan investasi yang tengah berjalan. Artinya perusahaan asing maupun domestik yang ingin melakukan ekspansi akan mempertimbangkan kurs rupiah.

"Kalau investasi yang sedang berjalan, lalu melakukan perluasan, maka pelemahan rupiah bisa menjadi pertimbangan menunda," tegas Kepala BKPM, Franky Sibarani usai Rakor Tax Allowance di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (5/3/2015).

Lebih jauh dia menerangkan, investor sebelum menanamkan modal di Indonesia, telah memperhitungkan banyak hal termasuk kondisi nilai tukar rupiah. Lantaran segala aktivitas atau transaksi ekonomi di dalam negeri wajib menggunakan mata uang rupiah.

"Mereka sudah bisa memperhitungkan, karena sebagian besar industri kita masih menggunakan barang modal impor," ujar Franky.

Franky optimistis kegiatan penanaman modal di Indonesia tetap akan masuk ke Indonesia, apalagi jika industrinya berorientasi ekspor. Sebab depresiasi kurs rupiah sangat menguntungkan eksportir.

"Kalau investor menanamkan modal pada industri yang berorientasi ekspor, pasti dia akan tetap jalan meski bahan baku impor tapi dia jual melalui ekspor ke luar negeri," terang dia.

BKPM memasang target investasi sebesar Rp 519,5 triliun atau meningkat lebih dari 14 persen dibanding realisasi investasi senilai Rp 456,6 triliun di 2014. Pertumbuhan ini optimistis tercapai meski ada ketidakpastian ekonomi global yang akan berdampak terhadap negara berkembang, terutama Indonesia.

Target investasi sebesar Rp 519,5 triliun terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 175,8 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 343,7 triliun.

Sementara itu, berdasarkan data Valuta Asing Bloomberg,Kamis pekan ini, menunjukkan pada pembukaan pukul 08.00 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level 12.999 per dolar AS. Namun rupiah terus tertekan hingga menyentuh level 13.050 per dolar pada pukul 08.15 WIB.

Sementara itu, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah berada di kisaran 13.022 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis 5 Maret 2015 dari periode Rabu 4 Maret 2015 di kisaran 12.963. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com