Prev Maret 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 02 Maret 2015
Rupiah Akhirnya Tembus 13.000 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah akhirnya menembus level 13.000 per dolar AS awal pekan ini. Rupiah tercatat terus bergerak melemah menanti data inflasi yang akan diumumkan siang hari ini.

Data valuta asing Bloomberg, Senin (2/3/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah menembus level 13.000 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menyentuh level 13.001 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:53 waktu Jakarta.

Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu dengan dibuka melemah di level 12.976 per dolar AS. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 12.975 - 13.001 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.993 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Dian Ayu Yustina menjelaskan, rupiah sebenarnya sudah melemah cukup parah saat berada di kisaran 12.800 per dolar AS. Namun bukan tidak mungkin rupiah menembus level 13.000 per dolar AS.

"Seluruh data-data (ekonomi domestik) sudah keluar ya, bulan depan pasar menanti pengumuman tingkat inflasi yang diprediksi akan berkurang dan dapat memberikan sentimen positif," ujar Dian.

Dalam hal ini, Dian menekankan, yang terpenting adalah ada intervensi dari Bank Indonesia agar rupiah tidak terperosok terlalu dalam di level 13.000 per dolar AS. Pasalnya, level tersebut menunjukkan volatilitas rupiah telah cukup tinggi dan BI bertugas mengatasinya.

Sebelumnya, kemungkinan rupiah mencapai 13.000 per dolar AS juga disampaikan Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi. Dia melihat faktor psikologis yang banyak dipicu sentimen eksternal membuat pergerakan rupiah masih sangat rentan. (Sis/Ndw)


Source: liputan6.com
Rupiah Ambruk, Nyaris Sentuh Level Terendah Dalam 17 Tahun

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah tercatat anjlok dan bergerak mendekati level terendahnya dalam 17 tahun terakhir dengan menembus level 13.000 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Para analis menjelaskan, rupiah terkena hantaman dari gelombang aksi jual menyusul pernyataan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bahwa nilai inflasi akan melambat dan tampaknya rupiah masih akan melemah.

"Suka cita terpilihnya Presiden Joko Widodo pada 2015 tak akan bertahan selamanya. Dan kini tampaknya BI harus segera mendorong nilai tukar rupiah yang kian melemah, pasalnya aksi jual akan terus berlanjut," tutur senior strategi foreign exchange di ANZ Khoon Goh seperti dikutip dari laman CNBC, Senin (2/3/2015).

Head of Strategy, Fixed Income and Currencies di Macquarie, Nizam Idris menjelaskan, BI tampaknya nyaman dengan level rupiah di kisaran 13.000 per dolar AS. Namun menurutnya, aksi jual yang lebih besar dapat memicu aliran dana keluar lebih besar.

Sejumlah pernyataan tersebut memberikan tekanan lebih jauh bagi rupiah.

Mengutip data Bloomberg, rupiah melemah sekitar 0,5 persen ke level 13.001 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:53 waktu Jakarta. Sementara nilai tukar rupiah di pasar kontrak asing non-deliverable forwards (NDF) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,1 persen ke level 13.141 per dolar AS.

Hingga akhir 2015, Goh memprediksi nilai tukar rupiah dapat melemah ke kisaran 13.250 per dolar AS. Tak hanya para investor yang memiliki alasan untuk menjual rupiah, tapi momentum penguatan dolar juga membuat aksi jual semakin marak. (Sis/Ndw)


Source: liputan6.com
Ingin Angkat Rupiah, Ini yang Harus Benahi Jokowi

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah tercatat anjlok dan bergerak mendekati level terendahnya dalam 17 tahun terakhir dengan menembus level 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini.

Pengamat Ekonomi dari CORE Indonesia, Hendri Saparini mengungkapkan persoalan melemahnya rupiah ini masih dipicu oleh faktor eksternal dan internal Indonesia sendiri.

Untuk faktor eksternal pengaruh rencana Bank Sentral AS atau The Fed yang akan mengurangi stimulus moneternya masih menjadi faktor utama melemahnya beberapa mata uang negara berkembang, salah satunya Indonesia.

Sementara untuk faktor internal, defisit neraca transaksi berjalan masih menjadi faktor utama yang harus segera diselesaikan oleh Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

Dikutip dari kajian CORE Indonesia, neraca transaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit sejak tahun 2012. Berbagai jurus yang telah ditempuh oleh Pemerintah maupun BI masih belum dapat mengatasi masalah ini.

Surplus pada perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas dalam beberapa bulan terakhir pun belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja transaksi berjalan.

Meskipun defisit pada sektor jasa dan sektor migas juga menjadi pendorong defisit neraca transaksi berjalan, sebenarnya penyumbang defisit terbesar adalah neraca pendapatan primer.

Pada tahun 2014 lalu, neraca pendapatan primer mengalami defisit hingga mencapai US$ 27 miliar, melebihi defisit pada transaksi berjalan secara keseluruhan yang mencapai US$ 26 miliar. Sayangnya, belum banyak usaha  yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja neraca pendapatan primer.

‎Penyumbang terbesar defisit pendapatan primer adalah besarnya pembayaran investasi, baik investasi langsung, investasi portofolio, maupun investasi lainnya.

Hendri menilai, angka inflasi Februari 2015 yang dirilis Badan Pusat Statistik pada hari ini, diperkirakan tidak akan berpengaruh banyak terhadap penguatan rupiah.

"Iya (tidak terlalu pengaruh), karena inflasi rendah itu sudah siklusnya, dan rupiah itu tidak tergantung satu sentimen saja," kata Hendri saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (2/3/2015).

‎Seperti diketahui, Data valuta asing Bloomberg, Senin (2/3/2015), menunjukkan nilai tukar rupiahmenembus level 13.000 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menyentuh level 13.001 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:53 waktu Jakarta.

‎Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu dengan dibuka melemah di level 12.976 per dolar AS. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 12.975 - 13.001 per dolar AS.

‎Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.993 per dolar AS.‎ (Yas/Ndw)


Source: liputan6.com
Tak Sendiri, Rupiah Melemah Bersama Mata Uang Asia Lain

Liputan6.com, Singapura - Rupiah terus melemah parah hingga akhirnya menembus level 13.000 per dolar AS. Tak sendirian, sejumlah mata uang Asia juga tercatat melemah pada perdagangan hari ini.

Mengutip laman Reuters, Senin (2/3/2015), mata uang di negara-negara Asia melemah setelah Bank Sentral China memangkas suku bunganya dan membuat yuan melemah cukup signifikan.

Keputusan ini menjadi pertanda bahwa kemungkinan besar sejumlah negara lainnya akan melakukan langkah yang sama guna mengatasi pertumbuhan ekonomi yang lamban dan tekanan deflasi.

People`s Bank of China memangkas suku bunga simpanan dan pinjamannya sebesar 25 basis poin pada akhir pekan lalu. Keputusan itu diambil sebelum pertemuan tahunan parlemen guna mendorong pertumbuhan ekonominya.

Sebuah survei resmi yang fokus pada perusahaan-perusahaan besar menunjukkan, sektor manufaktur di China menguat pada Minggu, sehari setelah bank sentral menurunkan suku bunganya. Sementara itu yuan tercatat anjlok ke level terendahnya sejak Oktober 2012.

"Jangan saingi Bank Sentral China. Bergabunglah dengan mereka," ujar Head of Asia Strategy for SEB, Sean Yokota.

Selain yuan, dolar Singapura juga melemah 0,3 persen ke level 1,3657 per dolar AS dan merupakan level terendahnya sejak Agustus 2010. Itu terjadi di tengah ekspektasi pasar akan adanya pelonggaran kebijakan moneter pada April guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, ringgit Malaysia juga melemah setelah harga minyak turun dan dikhawatirkan dapat mengganggu surplus neraca transaksi berjalan dan memperlebar defisit fiskal Malaysia.

Sementara itu rupiah melemah 0,6 persen ke level 12.995 terhadap dolar AS dan merupakan level terendah sejak Agustus 1998.

Terakhir, won Korea juga merosot setelah data output industri Januari menunjukkan kinerja terburuknya dalam enam tahun terakhir. Nilai ekspor juga melemah dalam dua tahun terakhir. (Sis/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Tembus 13.000 per Dolar AS, BI Harus Intervensi

Liputan6.com, Jakarta - ‎Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini akhirnya tembus ke level 13.000, dan sebelumnya masih bergerak di level 12.800-12.900 per dolar AS.

Melihat pergerakan rupiah tersebut, pengamat ekonomi dari CORE Indonesia, Hendri Saparini mengungkapkan Bank Indonesia harus memberikan intervensi. Intervensi tersebut diberikan untuk menjaga pergerakan rupiah agar volatilitasnya tidak terlalu tinggi.

"BI memang harus intervensi, dan BI pasti akan selalu intervensi," kata Hendri saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (2/3/2015).

Dia memperkirakan intervensi yang dilakukan oleh BI tid‎ak akan jor-joran meski rupiah tembus di level 13.000 per dolar AS. Sebagai salah satu otoritas moneter intervensi harus dipertimbangkan pengaruh cadangan devisa yang dimiliki Indonesia.

Tidak hanya itu hal yang terpenting bagi BI adalah menjaga level rupiah untuk sesuai target pada 2015 yang secara rata-rata akan berada di kisaran 12.500-12.700 per dolar AS hingga ak‎hir tahun.

"Jadi memang tidak akan jauh-jauh dari angka itu, tetap akan ada intervensi, tapi tetep di sekitar level sekarang ini," tegasnya.

Seperti diketahui, Data valuta asing Bloomberg, hari ini, menunjukkan nilai tukar rupiah menembus level 13.000 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menyentuh level 13.001 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:53 waktu Jakarta.

Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu dengan dibuka melemah di level 12.976 per dolar AS. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 12.975 - 13.001 per dolar AS. (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
Suku Bunga Turun Bikin Rupiah Tertekan?

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan. Bahkan rupiah tembus level terendah sejak 16 Desember 2014.

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah tembus level 12.993 pada Senin (2/3/2015). Level ini terendah sejak Desember 2014. Nilai tukar rupiah sempat tembus 12.900 per dolar AS pada 16 Desember 2014. Bila dihitung sejak 31 Desember 2014 hingga kini rupiah turun sekitar 4,44 persen dari penutupan 31 Desember 2014 di level 12.440 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah bergerak di kisaran 12.975-13.001 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menyentuh level 13.001 per dolar AS pada perdagangan pukul 08.53 waktu Jakarta. Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu dengan dibuka melemah di level 12.976 per dolar AS.

Ekonom LPS, Dody Afrianto menuturkan, mata uang negara berkembang cenderung tertekan terhadap dolar AS. Hal itu seiring prediksi kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS/The Federal Reserve.

"Hal itu membuat dolar menguat terhadap mata uang emerging market termasuk rupiah. Jadi bukan rupiah melemah tetapi memang ada fenomena dolar menguat," kata Dody, saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, faktor lain yang mempengaruhi IHSG yaitu kebijakan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan menjadi 7,5 persen pada 17 Februari 2015. Kebijakan itu dinilai telah mendorong investor untuk menahan diri masuk ke Indonesia.

"Kebijakan suku bunga turun membuat investor cari yield dengan bunga tumbuh. Beberapa investor jadi menarik diri," kata Dody.

Lebih lanjut ia menilai, BI menurunkan suku bunga acuannya menunjukkan kalau siap untuk menghadapi rupiah melemah. Hal itu seiring Indonesia mengalami defisit neraca berjalan.

"Dengan defisit neraca berjalan membuat demand dan supply dolar tidak berimbang. Orang lebih banyak membutuhkan dolar ketimbang menjualnya. Investor juga cari yield menarik, dengan bunga turun jadi tidak masuk ke Indonesia," kata Dody.

Meski demikian, Dody menilai, level rupiah di kisaran 12.900-13.000 ini masih normal. Bila dibandingkan tahun 1997, rupiah masih bisa terkendali. Menurut Dody, bila rupiah terjun sekitar 30 persen maka itu harus diwaspadai.  

"Rupiah alami depresiasi 3-5 persen ini masih bisa ditolerir. Dalam 2-3 tahun ini memang rupiah bergerak dari level 9.000 ke 12.000 karena fundamental ekonomi global," ujar Doddy.

Dody pun memprediksi, rupiah akan cenderung bergerak di kisaran 12.900-13.100 sepanjang 2015.


Source: liputan6.com

Menkeu: Rupiah Anjlok karena China

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah anjlok dan bergerak mendekati level terendah dalam 17 tahun terakhir dengan menembus level 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, pelemahan rupiah disebabkan oleh sentimen negatif dari China sehingga mempengaruhi nilai mata uang negara-negara yang memiliki kaitan erat dengan negeri tirai bambu tersebut.

"Memang kondisi hari ini ada proyeksi yang negatif terhadap pertumbuhan China. Jadi mata uang negara-negara yang punya kaitan dengan China yang besar termasuk Indonesia ya melemah," ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (2/3/2015).

Menurut Bambang, melemahnya nilai tukar rupiah ini memang murni efek dari kondisi eksternal. Hal ini terbukti Indonesia kembali mencatatkan deflasi sebesar 0,36 persen pada Februari 2015.

"Makanya ini bukan masalah dalam negeri, ini masalah luar karena ada sentimen negatif terhadap China yang membuat orang spekulasi. Jadi ekonomi yang terkait China seperti Indonesia akan terganggu," lanjut dia.

Meski demikian, Bambang menyatakan bahwa pihaknya akan menyerahkan sepenuhnya kepada  Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi guna meredam hal ini. "Ini bukan masalah nggak apa-apa, cuma konsidi seperti itu, nanti BI yang intervensi di pasar kalau diperlukan," tandasnya.

Sebenarnya pelemahan rupiah ini juga dialami oleh beberapa mata uang Asia lainnya.  dolar Singapura juga melemah 0,3 persen ke level 1,3657 per dolar AS dan merupakan level terendahnya sejak Agustus 2010. Itu terjadi di tengah ekspektasi pasar akan adanya pelonggaran kebijakan moneter pada April guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, ringgit Malaysia juga melemah setelah harga minyak turun dan dikhawatirkan dapat mengganggu surplus neraca transaksi berjalan dan memperlebar defisit fiskal Malaysia.

Terakhir, won Korea juga merosot setelah data output industri Januari menunjukkan kinerja terburuknya dalam enam tahun terakhir. Nilai ekspor juga melemah dalam dua tahun terakhir. (Dny/Gdn)


Source: liputan6.com
Pemerintah & BI Harus Mampu Singkirkan Spekulan Dolar

Liputan6.com, Jakarta - Pertahanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhirnya jebol dan semakin terperosok dalam hingga menyentuh level Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi tersebut sangat memukul telak pengusaha yang mengandalkan barang impor jadi karena perlu membayar sesuai hitungan kurs dolar saat ini.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta‎ mengungkapkan, sangat sulit bagi suatu bangsa mengecap stabilitas nilai tukar yang melepas kursnya lewat mekanisme pasar, seperti Indonesia.

"Negara kita juga tidak punya uang untuk menstabilkan rupiah. Bagi eksportir, pelemahan rupiah berkah tapi bagi importir sangat bermasalah," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (2/3/2015).

‎Lebih jauh menurut Tutum, stabilitas kurs rupiah sangat penting bagi para pelaku usaha meskipun level rupiah terhadap dolar AS menyentuh Rp 13.000. Artinya nilai tersebut berlangsung konsisten dalam jangka panjang, sambil berharap terjadi penguatan mata uang rupiah.

"Takutnya ada spekulan yang bermain, karena ini menyangkut supply dan demand. Banyak orang menukar rupiah ke dolar AS untuk yang ingin berkunjung ke luar negeri, kebutuhan anak sekolah di luar negeri, jadi setiap hari tukar dolar AS," ucapnya.

Indonesia, kata dia, sangat membutuhkan ketersediaan dolar AS cukup besar karena masih mengandalkan barang atau produk impor. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI), sambung Tutum, harus mampu menyingkirkan para spekulan yang bermain mencari keuntungan dari pelemahan rupiah.

"Jangan takut sama para spekulan. Kalau BI dan pemerintahnya takut, bagaimana dengan nasib bangsa Indonesia. Spekulan bisa mengganggu kita, karena mereka mencari keuntungan. Paling penting yang harus ditanamkan pegang rupiah adalah yang terbaik," terang dia. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Terus Tertekan, Ini Komentar Bos Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Nila‎i tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menyentuh level 13.000 per dolar AS. Hal ini menjadi pelemahan terburuk dalam 17  tahun terakhir.

Melihat pergerakan itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengaku masih dalam rentang wajar.

"‎Secara umum kemarin pemerintah dan DPR menyepakati nilai tukar rupiah terhadap dolar AS 12.500, itu adalah rata-rata dalam satu tahun, jadi kondisi ini masih terjaga," kata Agus di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2015).

Secara umum faktor eksternal yang paling mempengaruhi masih berasal dari sentimen The Fed yang akan mengurangi stimulus moneternya. Hal itulah yang juga berdampak ke mata uang negara berkembang lainnya.

Dia berharap, faktor eksternal tersebut bisa diimbangi dengan adanya sentimen positif dari dalam negeri yang berasal dari penerapan anggaran dalam APBNP 2015 yang sudah disepakati dengan DPR RI.

"Kami lihat pengendalian inflasi berjalan baik. Kami harapkan APBN-P bisa direalisasi, itu akan membawa dampak baik," jelas Agus.

Namun begitu, Agus memastikan Bank Indonesia selalu ada di pasar untuk melakukan intervensi demi menjaga pergerakan nilai tukar rupiah agar tidak terlalu liar.

Data valuta asing Bloomberg, hari ini, menunjukkan nilai tukar rupiah menembus level 13.000 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menyentuh level 13.001 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:53 waktu Jakarta.

Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu dengan dibuka melemah di level 12.976 per dolar AS. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 12.975 - 13.001 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.993 per dolar AS.‎ (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
Sampai Kapan Rupiah Terjebak di Level 13.000 Per Dolar AS?
Pemerintah menyatakan depresiasi nilai tukar rupiah hingga menyentuh level Rp 13.000 per dolar AS murni karena penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS). Pelemahan kurs bukan saja terjadi pada rupiah, tapi juga mata uang negara lain. Lalu sampai kapan kurs rupiah Rp 13.000 bisa bertahan?.
Source: liputan6.com
Jusuf Kalla: Pelemahan Rupiah Tak Perlu Dikhawatirkan

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakangan ini tidak perlu dikhawatirkan. Menurutnya, pelemahan rupiah sangat baik untuk mendukung ekspor nasional.

"Kalau Rupiah melemah, berarti Ekspornya bagus, pendapatan rakyat lebih banyak ekspor, impornya akan lebih sulit," jelasnya di Jakarta, Senin (2/3/2015).

Ia pun menjelaskan, pelemahan rupiah saat ini tidak hanya dialami oleh Indonesia saja tetapi juga beberapa negara lain.

Ia pun menjelaskan, pelemahan rupiah di hari ini lebih banyak disebabkan oleh penurunan suku bunga acuan oleh Bank Central China. Penurunan suku bunga tersebut membuat nilai tukar yuan melemah sehingga menopang penguatan dolar AS sehingga menekan rupiah.

Selain itu, kondisi di Eropa juga membuat penguatan dolar AS sehingga menekan rupiah. "Ya itu kan hubungannya dengan ekonomi China, Eropa, macam-macam pengaruhnya. Eropa melemah karena Yunani, Spanyol, akibatnya dolar menguat," tuturnya.

Untuk diketahui, data valuta asing Bloomberg, Senin (2/3/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah menembus level 13.000 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menyentuh level 13.001 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:53 waktu Jakarta.

Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu dengan dibuka melemah di level 12.976 per dolar AS. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 12.975 - 13.001 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.993 per dolar AS. (Silvanus Alvin/Gdn)


Source: liputan6.com