Prev Juni 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
31 01 02 03 04 05 06
07 08 09 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 30 Juni 2015
Kisruh Utang Yunani Bikin Rupiah Tertahan di 13.300 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Yunani diperkirakan tidak bisa mengembalikan kewajiban utang kepada para kreditor internasional termasuk IMF yang akan jatuh tempo pada 30 Juni 2015. Kondisi yang dialami Yunani tersebut mempengaruhi nilai tukar rupiah. Krisis Yunani membuat dolar AS menguat terhadap beberapa mata uang dunia lain termasuk Indonesia.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Selasa (30/6/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah menguat tipis ke level 13.332 per dolar AS. Rupiah hanya menguat 24 poin dari level 13.356 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.

Begitu juga dengan data valuta asing Bloomberg yang menunjukkan rupiah menguat sangat tipis, 0,07 persen ke level 13.329 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Meski dibuka menguat, di awal sesi, rupiah sempat berfluktuasi melemah ke level 13.343 per dolar AS.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 13.325 per dolar AS hingga 13.343 per dolar AS. Tampak belum ada pergerakan signifikan dari penutupan pada perdagangan sebelumnya di level 13.338 per dolar AS.

Secara fundamental, Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan, pengaruh perekonomian Yunani terhadap Indonesia tercatat cukup minim. Namun, dampak jangka pendek dari penyesuaian portfolio global dipastikan akan menekan rupiah, IHSG maupun surat utang negara (SUN).

"Tingginya kepemilikan asing di pasar saham dan obligasi relatif terhadap cadangan devisa yang ada bisa mengancam stabilitas pasar keuangan terutama jika Yunani benar-benar keluar dari Zona Euro," tandasnya.

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan lebih khawatir akan dampak kenaikan suku bunga acuan The Fed ketimbang dampak dari krisis yang terjadi di Yunani terhadap ekonomi Indonesia.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjelaskan, hal lain yang lebih mengkhawatirkan ialah ekonomi China melambat. Karena selama ini China sebagai mitra dagang Indonesia.

"Iya. Kalau ditanya khawatir ya kenaikan suku bunga The Fed lebih dominan, dan juga perlambatan ekonomi China. Kami lihat China turunkan suku bunga beberapa kali," kata Mirza.

Dia menuturkan, dampak dari Yunani hanya bersifat temporer atau sementara saja. Mengingat, Yunani bukan sekali saja mengalami krisis. Jadi, investasi pun telah keluar dari Yunani sebelum krisis yang terakhir ini terjadi. (Sis/Gdn)

HSBC Prediksi Rupiah Sentuh 13.800 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan terus tertekan pada 2015 ini. Bahkan analis HSBC memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan menembus level 13.800 per dolar AS pada akhir tahun ini.

Managing Director Global Markets HSBC, Indonesia Ali Setiawan mengatakan, beberapa analis perbankan di Indonesia cukup pesimistis dalam memperkirakan nilai tukar rupiah. Menurutnya, ada beberapa analis yang memperkirakan rupiah bisa tembus ke level 14.000 per dolar AS.

Sedangkan Ali sendiri lebih optimistis dengan beberapa analis lain. Namun memang, ia memperkirakan nilai tukar rupiah tetap tertekan sampai akhir tahun ini. "Ini bukan kata saya, tapi dari prediksi semua bank akan bisa sampai 14.000 per dolar AS. Kalau kami dari HSBC, tetap pada 13.800 per dolar AS," ujarnya di Jakarta, Selasa (30/6/2015).

Ali menjelaskan, sejak 2013 lalu pihaknya memang telah memprediksi bahwa rupiah sulit untuk menguat. Pasalnya, selain mendapat tekanan dari sisi eksternal tetapi juga dari sisi internal. "Dari 2013 rupiah sudah sulit menguat. Karena tekanan bukan hanya dari luar tapi juga dari dalam karena permintaan dolar AS yang banyak," lanjutnya.

Dalam kondisi saat ini, lanjut dia, rupiah dinilai semakin sulit untuk bangkit. Terlebih lagi kondisi Eropa seperti yang dialami Yunani saat ini juga turut memberikan efek negatif terhadap rupiah. "Sekarang ada tambahan tekanan dari Eropa. Makanya tekanan dari dalam negeri saja sudah besar, apalagi kalau ada tekanan lagi dari luar," kata dia.

Meski demikian, Ali tetap yakin bahwa Bank Indonesia (BI) akan terus melakukan antisipasi terhadap pelemahan rupiah. Setidaknya, hingga akhir tahun rupiah tetap berada di bawah Rp 13.500. "BI akan intervensi agar rupiah di bawah Rp 13.500. Rupiah juga sejauh ini sudah melemah sampai 7 persen," tandasnya. (Dny/Gdn)