Prev Juni 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
31 01 02 03 04 05 06
07 08 09 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 18 Juni 2015
Ini Jurus Menkeu Redam Gejolak Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed (Fed Fund Rate) menimbulkan spekulasi yang memicu penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi ini pun mengakibatkan pelemahan nilai tukar semua mata uang di dunia terhadap dolar AS yang diprediksi masih akan berlangsung hingga ada kepastian kebijakan Bank Sentral AS.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, sentimen yang akan menguntungkan penguatan dolar AS akan berlangsung selama terjadi kenaikan tingkat bunga di AS.

Kebijakan ini akan menarik dolar AS masuk kembali ke sistem keuangan negara tersebut. Itu berarti arus modal keluar bagi negara lain.

"Sampai saat ini belum ada kenaikan tingkat bunga itu. Spekulasinya dilakukan pada pertengahan semester II ini atau ada yang menganggap baru akan dilakukan pada tahun depan," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Rabu (18/6/2015) malam.

Bambang memperkirakan, nilai tukar rupiah masih akan tertekan hingga dua tahun ke depan. Namun demikian, dia mengaku pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak hanya berpangku tangan menghadapi penyesuaian suku bunga acuan The Fed yang menyebabkan arus modal masuk ke AS dan menenggelamkan mata uang lain.

Pemerintah, dijelaskan dia, akan menjaga dan memperbaiki fundamental ekonomi Indonesia supaya depresiasi rupiah jauh lebih kecil dibanding mata uang negara lain.

Upaya pemerintah yang pertama, kata Bambang, menyusutkan defisit di neraca transaksi berjalan. Realisasi defisit transaksi berjalan di akhir tahun lalu mencapai 2,9 persen. Dan pemerintah menargetkan penyempitan defisit ke level 2,5 persen di tahun ini. "Ini akan sangat membantu penguatan rupiah," ujarnya.

Kedua, lanjut dia, menjaga inflasi dikisaran 4 persen sampai 5 persen pada akhir 2015. Inflasi yang rendah, kata Bambang, dapat memberikan sentimen positif dan memperkuat kurs rupiah. Dan langkah ketiga, mengendalikan defisit anggaran pada level aman sebesar 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Jika ketiga indikator ini dijaga, maka ada sentimen positif di dalam negeri yang bisa mengimbangi sentimen negatif apapun dari global terutama karena penguatan dolar AS terhadap semua mata uang," cetus Eks Wakil Menteri Keuangan itu.   

Sejauh ini, Bambang mengaku, pemerintah telah melakukan berbagai hal untuk mengendalikan jatuhnya kurs rupiah. Pertama, menambah porsi biodiesel dari 10 persen menjadi 15 persen sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar dan diesel. Termasuk membentuk Badan Layanan Umum (BLU) Pengelolaan Dana Sawit dengan tugas memberi dukungan terhadap peningkatan penggunaan biodiesel.

Kedua, sambung dia, menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) untuk mengurangi repatriasi dari laba milik perusahaan asing berupa pemberian insentif pajak. Bahkan Bambang menuturkan sudah ada beberapa pelaku usaha yang mengajukan permohonan insentif tersebut.

"Ketiga, memperkuat sektor pariwisata Indonesia dengan menambah jumlah kunjungan wisatawan asing. Mereka kan bawa dolar AS ke sistem keuangan Indonesia, makanya kita bebaskan visa dari 15 negara menjadi 45 negara supaya memberi peluang meningkatnya inflow ke Indonesia," tukas Bambang. (Fik/Nrm)


Source: liputan6.com
BI Rate Tetap di 7,5%

Liputan6.com, Jakarta Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan BI Rate di level 7,5 persen. Selain itu, BI juga memutuskan untuk menahan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

Direktur Eksekutif Departemen komunikasi BI, Tirta Segara menjelaskan, Dewan Gubernur memutuskan untuk menahan BI rate karena sejalan dengan upaya untuk mencapai sasaran inflasi di kisaran 4 persen pada 2015 dan 2016.

"Serta mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2,5 persen hingga 3 persen terhadap PDB dalam jangka menengah," ujar Tirta di Jakarta, Kamis (18/6/2015).‎

Tirta menambahkan, BI juga memperkuat langkah-langkah untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah. Bauran kebijakan tetap difokuskan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.

Dalam konteks ini, BI berkomitmen untuk memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, dan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan, serta mendorong percepatan reformasi struktural.

Dalam kaitan ini, BI mendukung langkah-langkah lanjutan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam melakukan reformasi struktural dalam rangka memperkuat neraca pembayaran.

"Kami akan memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah, bauran kebijakan untuk jaga stabilitas makro ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Serta memperkuat bauran dan meningkatkan koordinasi dengan pemerintah untuk menekan defisit necara berjalan," kata Tirta.

Selain itu, BI akan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan inflasi akan tetap rendah dan defisit transaksi berjalan terjaga pada tingkat yang lebih sehat. (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
BI: Sepanjang Mei, Rupiah Melemah 1,5%

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat pada bulan Mei tren pelemahan rupiah masih berlanjut. Di bulan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah hingga 1,5 persen atau ke level 13.141.

Pelemahan tersebut lebih tinggi jika dibandingk‎an dengan pelemahan yang terjadi pada April sebesar 0,95 persen atau hanya di level 12.944 per dolar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara mengungkapkan pelemahan rupiah tersebut lebih dibayang-bayangi karena perkembangan ekonomi domestik.

‎"Disebabkan ‎kekhawatiran terhadap melambatnya ekonomi domestik, meskipun tertahan oleh peningkatan outlook rating Indonesia oleh S&P‎," kata Tirta di Gadung Bank Indonesia, Kamis (18/6/2015).

Selain itu, Tirta menjelaskan sentimen juga datang dari faktor eksternal.‎ Di mana, penguatan dolar AS ditopang kebijakan ‎Quantitative Easing ECB dan dinamika negosiasi fiskal Yunani.

"Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," papar Tirta.

‎Nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran Rp 13.300 per dolar AS dalam empat hari berturut-turut di pekan ini. Setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed mengungkapkan bahwa mereka tidak akan menaikkan suku bunga di Juni 2015 ini, rupiah mampu menguat tipis.

Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Kamis (18/6/2015) mencatat nilai tukar rupiah menguat 26 poin ke level 13.341 per dolar AS. Rupiah memang sempat melemah tipis ke level 13.367 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.

‎Data valuta asing Bloomberg juga mencatat rupiah mampu menguat tipis 0,1 persen ke level 13.335 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:05 waktu Jakarta. Rupiah hanya menguat delapan poin saja dari level pembukaannya 13.343 per dolar AS.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 13.325 per dolar AS hingga 13.348 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, nilai tukar rupiah juga tercatat ditutup di level 13.348 per dolar AS.‎ (Yas/Nrm)


Source: liputan6.com