Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 17 Juni 2015 |
Layanan Prioritas Mandiri Mampu Jaring 40 Ribu Nasabah |
Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk mampu menjaring lebih dari 40 ribu nasabah untuk bergabung ke dalam layanan premium atau wealth management melalui Mandiri Prioritas. Dari nasabah tersebut, Bank Mandiri mampu mengelola dana hingga Rp 141,6 triliun sampai dengan Maret 2015.
Direktur Consumer Banking Bank Mandiri, Hery Gunardi menjelaskan, pertumbuhan dana kelolaan Mandiri Prioritas Bank Mandiri cukup menggembirakan sepanjang setahun terakhir. "Kami mampu bertumbuh 23 persen dari sebelumnya yang tercatat Rp 115 triliun," jelasnya dalam keterangan tertulis seperti dikutip pada Rabu (17/6/2015).
Hery melanjutkan banyak layanan prioritas yang diberikan oleh Mandiri seperti layanan executive lounge, airport handling, golf clinic, safe deposit box, free annual fee kartu kredit, SMS market updated, hingga berbagai undangan seminar tentang market update, keuangan serta event eksklusif yang dapat menunjang kemajuan bisnis nasabah.
Selain kemudahan transaksi, lewat layanan prioritas ini nasabah akan mendapatkan Personal Banker sebagai Financial Advisor. Para Personal Banker tersebut tentunya telah dibekali dengan training, sertifikasi kecakapan khusus di bidang financial advisory dengan berbagai sertifikasi, seperti Registered Financial Planner, Certified Financial Planner dan Associate Estate Planning Practitioner, serta update pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan investasi dan keuangan.
Untuk menambah penetrasi layanan tersebut, Bank Mandiri membuka kantor layanan Prioritas baru di wilayah Semarang. Hery menjelaskan, penambahan kantor layanan prioritas baru ini dimaksudkan untuk dapat menjaring nasabah premium baru di kawasan bisnis yang tengah berkembang seperti Kota Semarang.
Melalui pembukaan kantor di Kawasan Sisingamangara Semarang, layanan prioritas Bank Mandiri saat ini menjadi sebanyak 56 kantor layanan prioritas yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
"Kami berharap, melalui pengembangan jaringan prioritas secara berkesinambungan, bisnis Bank Mandiri di segmen ini akan dapat tumbuh signifikan di masa datang,” kata Hery.
Menurut Hery Gunardi, Bank Mandiri melihat potensi yang sangat besar di wilayah Semarang dan sekitarnya. Pasalnya, pertumbuhan dana kelolaan di wilayah ini cukup baik. Hingga Maret 2015 dana kelolaan nasabah prioritas di wilayah Semarang dan sekitarnya mencapai Rp 8,29 triliun, naik 28 persen dibanding periode yang sama tahun 2014. (Gdn/Nrm)
Source: liputan6.com
|
Jelang Pengumuman The Fed, Rupiah Tertekan |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak banyak bergerak pada perdagangan Rabu (17/6/2015). Para pelaku pasar lebih memilih menanti hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Bank Sentral AS (The Fed) yang berlangsung pada Selasa (16/6/2015) hingga Rabu (17/6/2015).
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level 13.367 per dolar AS. Selama dua hari sebelumnya, rupiah diperdagangkan stabil di level 13.333 per dolar AS.
Sementara itu, data valuta asing (valas) Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,11 persen ke level 13.363 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat menyentuh level 13.373 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:25 waktu Jakarta.
Hingga menjelang pertengahan hari, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 13.335 per dolar AS hingga 13.373 per dolar AS.
Para pelaku pasar memperkirakan bahwa The Fed akan melontarkan pernyataan baru terkait hasil kajian kebijakan kenaikan suku bunga. Pernyataan tersebut memiliki dua sisi, jika The Fed memberikan sinyal positif kenaikan suku bunga akan berdampak kepada penguatan dolar AS yang akan mendorong jatuh mata uang lainnya.
Kebalikannya, jika The Fed tidak memberikan sinyal yang cukup jelas mengenai rencana kenaikan suku bunga maka dolar AS diperkirakan akan melemah sehingga mendorong nilai tukar negara lain akan menguat.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta menjelaskan, melihat sinyal-sinyal yang telah keluar dari data-data ekonomi, kemungkinan besar The Fed akan memberikan sinyal yang jelas mengenai kenaikan suku bunga acuan. Data penjualan rumah AS tercatat naik membuat dolar akhirnya menguat tipis dan akhirnya sedikit menekan nilai tukar rupiah pada pekan ini. Sebelumnya, data tenaga kerja AS juga menunjukkan terjadinya penurunan angka pengangguran.
Dengan sinyal-sinyal tersebut seharusnya dolar AS menguat. Namun karena banyak pelaku pasar lebih memilih untuk menunggu pengumuman maka dolar AS tak begitu menguat. "Jadi rupiah masih bergerak di kisaran sempit dengan sedikit tekanan pelemahan," katanya.
Selain hasil pertemuan The Fed, inflasi zona euro diumumkan sore ini juga akan diperkirakan semakin tinggi. Hasil pembahasan utang Yunani dengan para menteri keuangan zona euro juga kini tengah dinanti. (Sis/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Dolar Perkasa Diprediksi Sampai Akhir Tahun |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dibayang-bayangi rencana kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve yang penuh ketidakpastian. Akibatnya, kurs rupiah diprediksi akan terus tertekan hingga akhir tahun ini.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) sekaligus Eks Menteri Keuangan (Menkeu), Chatib Basri mengungkapkan, pelemahan rupiah dan mata uang negara lain kerap terjadi menjelang FOMC Meeting. Depresiasi hebat menimpa mata uang negara-negara penghasil sumber daya alam, termasuk Indonesia.
"Kekhawatiran normalisasi kebijakan moneter di AS sudah terjadi sejak lama, dan setiap kali jelang FOMC Meeting, tekanan ke mata uang selalu terjadi. Tekanan itu ada di semua mata uang terutama negara penghasil sumber daya alam, seperti Indonesia, Brazil, Afrika Selatan dan lainnya," kata dia ditemui di Indonesia Infrastructure Finance Conference di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Menurut Chatib, tren pelemahan terhadap kurs rupiah masih akan terus berlangsung selama belum ada kepastian mengenai kebijakan tersebut. Sayangnya, dia mengaku, hanya The Fed yang mengetahui kapan pastinya suku bunga acuan akan dinaikkan.
"Tapi menurut saya belum akan naik Juli atau tengah tahun ini. Tapi mungkin akhir tahun ini atau tahun depan. Jadi harusnya The Fed naikkan saja suku bunganya, supaya orang enggak punya ekspektasi lagi mengenai itu dan akhirnya price in," tegas dia.
Komisaris Independen PT Indonesia Infrastructur Finance (IIF) ini menyatakan, hal ini pernah terjadi saat Gubernur Bank Sentral AS Bernanke akan mengakhiri kebijakan Quantitative Easing pada 2013. "Ketika Bernanke mengakhiri QE, market langsung price in dan exchange rate kembali stabil," terangnya.
Namun ketika ditanya mengenai kisaran tekanan rupiah sampai akhir tahun, Chatib enggan memproyeksikannya. "Saya tidak mau komen, kalau saya tahu, saya sudah kerja di trading valas," pungkas dia. (Fik/Ndw)
Source: liputan6.com
|
Jurus Pemerintah Kuatkan Rupiah |
Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mempunyai beberapa cara menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Salah satunya adalah dengan meningkatkan kepercayaan investor dengan memberikan beberapa sentimen positif di pasar keuangan.
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah selalu mengeluarkan pernyataan yang bisa memberikan sentimen positif ke pasar. Salah satu pernyataan yang dilontarkan adalah bahwa pemeirntah akan terus berusaha menjaga pertumbuhan ekonomi berada di level yang ditargetkan.
"Dari pemerintah kami berupaya menciptakan dan juga menumbuhkan sentimen positif untuk memperbaiki keyakinan pelaku ekonomi sehingga bisa membantu penguatan nilai rupiah," kata Bambang, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Bengkalis, Riau, Rabu (17/6/2015).
Bambang mengungkapkan, selain cara tersebut, pemerintah juga terus mencoba memperbaiki fundamental ekonomi dengan mengendalikan inflasi dan neraca perdagangan. "Jadi kami upayakan inflasi dikendalikan dan neraca perdagangan tidak memberatkan, kemudian dari sisi APBN jadi lebih baik pada bulan-bulan ke depan," tuturnya.
Ia menambahkan, menjaga kekuatan rupiah sebenarnya merupakan tugas Bank Indonesia. Ia berharap Bank Indonesia terus menjaga stabilitas rupiah. "Urusan jaga mata uang rupiah utama Bank Indonesia, kami harapkan Bank Indonesia terus hadir di pasar menjaga stabilitas rupiah," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan, kondisi nilai tukar rupiah seperti ini sangat berdampak besar kepada dunia usaha.
"Sudah pasti ada dampak bagi dunia usaha terlebih yang memiliki ketergantungan bahan baku dari luar. Mau tidak mau sangat terpengaruh. Contohnya industri kecil dan menengah seperti pengrajin tahu tempe. Selain itu, industri kelas menengah seperti garmen pun juga akan menjerit," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com.
Menurutnya, pemerintah harus segera mengambil langkah taktis untuk mengatasi hal ini. Pasalnya, tren rupiah saat ini berbeda dengan mata uang negara lain.
"Memang pelemahan mata uang bukan hanya dialami oleh Indonesia saja, termasuk Malaysia, Jepang, dan beberapa negara Eropa. Tetapi mereka trennya menurun, tetapi kalau kita stabil tinggi dan kecenderungannya naik," katanya.
Hingga saat ini, lanjut Sarman, dirinya belum melihat langkah konkrit dari pemerintah untuk mengatasi hal ini. Padahal dampak dari pelemahan rupiah ini begitu nyata, yaitu melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015.
"Kami belum lihat langkah strategis yang dilakukan pemerintah terhadap fenomena ini. Ini jadi penyebab pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal I hanya tumbuh 4,7 persen. Ini ada hubungan dengan rupiah," tandasnya. (Pew/Gdn)
Source: liputan6.com
|
BI Perkuat Koordinasi dengan Pemerintah Jaga Rupiah dan Inflasi |
Liputan6.com, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Erwin Riyanto menyatakan akan memperkuat koordinasi antar kelembagaan untuk menjaga stabilitas rupiah.
"Konkretnya kita dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ada forum pimpinan makro mikro, level teknis. Level pimpinan sebulan sekali, lebih pimpinan lagi 3 bulan sekali. Kita selalu diskusikan hal itu. Bukan hanya OJK saja, tapi juga kalau perlu forum yang lebih tinggi, otoritas lain, Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS)," ujar dia di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Begitu juga untuk menjaga inflasi khususnya saat Ramadan. Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk menjaga rantai pasokan sehingga inflasi tidak tinggi. Kemudian memperkuat kerjasama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
"Kami koordinasi dengan pemerintah, paling penting distribusinya, dengan informasi TPID, dengan kantor regional kita koordinasi. Dengan pemerintah kaitannya distribusi akan kerjasama kami harapkan bisa terkendali," kata Erwin.
Namun begitu, pihaknya bilang enggan membeberkan perkiraan untuk laju inflasi. "Kami tidak berani, nanti diresmikan," ujar Erwin.
Erwin Riyanto resmi menjabat sebagai Deputi Gubernur BI setelah dilantik di Mahkamah Agung pada Rabu pekan ini. Erwin menggantikan Halim Alamsyah yang berakhir masa jabatannya pada Juni 2015.
Erwin Riyanto diputuskan menjabat sebagai Deputi Gubernur BI setelah lolos dalam uji kelayakan dan kepatutan yang diselenggarakan oleh Komisi XI DPR RI dan kemudian disahkan dalam Sidang Paripurna. (Amd/Ahm)
Source: liputan6.com
|
Mantan Menkeu Chatib Basri Prediksi BI Rate Tetap 7,5% |
Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) sekaligus Mantan Menteri Keuangan (Menkeu), Chatib Basri memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mengambil kebijakan mempertahankan suku bunga acuan/BI Rate di level 7,5 persen.
"Jika kondisinya rupiah masih melemah, berarti fokus BI tidak akan menurunkan (BI Rate) jadi akan tetap," kata dia saat berbincang dengan wartawan usai acara Indonesia Infrastructure Finance di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Alasannya, Chatib menjelaskan, BI tidak mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Sebab bunga yang rendah hanya akan membuat rupiah semakin tertekan.
"Bunga yang rendah membuat rupiah melemah, pasti itu. Artinya return investasi di sini juga lebih kecil. Jika seperti itu, berarti uang (investor) akan pulang," terang dia.
Di pasar saham, Chatib menilai, pelemahan rupiah memicu penurunan imbal hasil investor. Apabila imbal hasil kecil, maka investor tidak ingin memegang sahamnya karena nilainya sangat kecil.
Sementara itu, dalam riset HSBC Global memperkirakan BI tidak akan menaikkan suku bunga acuannya atau BI Rate pada kuartal II 2015. Malah menurunkan sebesar 25 basis poin sampai akhir kuartal II 2015. Hal itu sejalan dengan tingkat utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih rendah bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya.
Berdasarkan data Reuters, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah melemah sekitar 6,06 persen sejak awal tahun. Rupiah berada di kisaran 12.543 per dolar AS pada 2 Januari 2015 menjadi 13.353 pada 16 Juni 2015.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar pada 19 Mei 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 7,50 persen. Dalam rapat yang sama, Dewan Gubernur juga memutuskan untuk menahan suku bunga Deposit Facility di level 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8 persen. (Fik/Ahm)
Source: liputan6.com
|
Buka Kantor Cabang Rp 1 Miliar, Kini Bank Andalkan E-Banking |
Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk mengeluhkan mahalnya biaya investasi membuka kantor cabang dibanding membangun sistem untuk layanan internet banking atau elektronik banking (e-banking).
Sementara tren kunjungan ke kantor cabang bank mulai ditinggalkan nasabah karena tergantikan dengan layanan e-banking. Senior Vice President Transaction Banking Retail Group PT Bank Mandiri Tbk, Rahmat Broto Triaji menuturkan, nasabah yang datang ke kantor cabang perbankan menurun 6,1 persen di seluruh dunia, sedangkan penggunaan e-banking melesat 6,4 persen.
Lanjutnya, kondisi ini menunjukkan tren kunjungan nasabah ke kantor cabang perbankan merosot. Hal itu buat bank semakin kurang bergairah menanamkan modalnya membangun kantor cabang.
"Masyarakat sudah malas datang ke kantor cabang, ini bikin bank malas ekspansi bangun kantor cabang. Karena bangun kantor saja butuh investasi Rp 1 miliar, beli mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Rp 70 juta. Tapi dengan e-banking, kita cuma bangun sistem saja," jelas Rahmat.
Di Bank Mandiri, kata Rahmat, transaksi via internet banking mencapai 90 persen, sedangkan 10 persennya di kantor cabang. Namun sejak 2009, layanan di kantor cabang Bank Mandiri menurun.
"Penggunaan mobile banking naik terus dengan rata-rata pertumbuhan 80 persen sampai 100 persen. Layanan internet banking 15-16 persen dan penggunaan layanan ATM sekira 20 persen," paparnya.
Ke depan, Rahmat memprediksi layanan e-banking tiga sampai lima tahun mendatang semakin melonjak. Bank Mandiri siap menambah user interface maupun fitur-fitur menarik tanpa melupakan peningkatan keamanan dan kenyamanan.
Saat ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu mempunyai 15.444 ATM, CDM sebanyak 400 unit, alat gesek atau EDC 280 ribu unit. Sementara nasabah mobile banking menunjukkan basis hampir 6 juta orang dan internet banking 2,5 juta nasabah dari total nasabah Bank Mandiri 12,5 juta orang. (Fik/Ahm)
Source: liputan6.com
|
Bos Pelindo II: Butuh Waktu Terapkan Rupiah di Pelabuhan |
Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus mendorong penggunaan rupiah untuk berbagai transaksi keuangan untuk mendorong penguatan nilai tukar. Salah satu yang disasar oleh pemerintah adalah kegiatan transaksi perdagangan di pelabuhan.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo II), RJ Lino mengaku, penerapan penggunaan rupiah dalam transaksi di pelabuhan tidak bisa dilakukan seketika, melainkan harus bertahap. Itu lebih disebabkan transaksi di pelabuhan tidak hanya dengan pengusaha dalam negeri melainkan juga luar negeri.
"Penggunaan rupiah itu ide yang bagus, tapi jangan semua langsung diaplikasikan. Kalau orang asing datang ke sini dia pasti pakai dolar, itu tidak apa-apa," kata Lino di Pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (17/6/2015).
Kebijakan mengenai kepastian kemudahan transaksi tersebut dinilai Lino juga menjadi poin daya tarik investor untuk menggunakan jasa dan membangun infrastruktur pelabuhan di Indonesia. Dijelaskannya akan menjadi persoalan yang kompleks jika para investor harus melakukan konversi ke rupiah terlebih dahulu sebelum melakukan transaksi.
Lino menambahkan daripada pemerintah terus mengkritik banyaknya penggunaan valuta asing di pelabuhan, lebih baik melakukan penataan transaksi pembayaran apartemen dan hotel-hotel di Indonesia.
"Pelaksanaan itu harus, tapi bertahap, sektor-sektor pelabuhan belakangan saja, biar ini tumbuh dulu, tapi yang apartemen dan hotel, itu saja dulu, karena itu juga banyak," tutup Lino.
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Bank Indonesia Nomor 17/11/DKSP mengenai Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Aturan tersebut mulai berlaku pada 1 Juni 2015 lalu.
Pelaksana Tugas Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Eko Yulianto mengatakan, Surat Edaran ini menjadi penegasan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Kewajiban ini juga telah dilakukan oleh negara lain sehingga dinilai sangat wajar untuk diterapkan juga di Indonesia.
"Jadi jelas ada instruksi menterinya dan ada undang-undang khusus. Rasanya juga tidak berlebihan. Kalau kita ke Malaysia, kita harus bertransaksi pakai ringgit, ke Australia pakai dolar Australia," ujarnya.
SE mengenai rupiah yang dikeluarkan oleh BI tersebut mengatur tiga hal penting. Pertama, soal kewajiban penggunaan rupiah di wilayah NKRI menganut asas teritorial.
Jadi, setiap transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI, baik dilakukan oleh penduduk maupun bukan penduduk, transaksi tunai maupun non tunai, sepanjang dilakukan di wilayah NKRI wajib menggunakan rupiah.
"Di area KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) untuk perdagangan bebas itu pun harus menggunakan rupiah. Dalam transaksi pembayaran, kita wajib menerima pembayaran menggunakan rupiah," ujar Eko.
Kedua, dalam rangka mendukung pelaksanaan kewajiban penggunaan rupiah, pelaku usaha baik perseorangan maupun korporasi wajib mencantumkan harga barang dan atau jasa hanya dalam rupiah, dan dilarang mencantumkan harga barang dan atau jasa dalam rupiah dan mata uang asing secara bersamaan (dual quotation).
"Jadi dilarang menggunakan dual quotation. Baik untuk sewa menyewa, tarif harus menggunakan rupiah," lanjutnya.
Ketiga, untuk proyek infrastruktur tertentu yang strategis, BI mempersilahkan adanya penyesuaian. Proyek-proyek tersebut akan dilakukan penilaian oleh BI secara langsung. (Yas/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Gara-gara E-Banking, 2.000 Kantor Cabang Bank Tutup |
Liputan6.com, Jakarta - Electronic banking (e-banking) dan mobile banking sudah menjadi gaya hidup masyarakat di era modernisasi seperti sekarang ini. Kantor-kantor cabang perbankan mulai sepi ditinggalkan nasabah karena lebih memilih menggunakan layanan e-banking dengan segala kemudahannya.
Senior Vice President Transaction Banking Retail Group PT Bank Mandiri Tbk, Rahmat Broto Triaji mengatakan, nasabah yang datang ke kantor cabang perbankan mengalami penurunan 6,1 persen di seluruh dunia, sementara penggunaan e-banking melesat 6,4 persen.
"Bahkan pada tahun lalu saja, terjadi penutupan kantor cabang di seluruh dunia sebanyak 2,599 unit kantor dibanding pembukaan 1,137 kantor. Ini disebabkan karena peningkatan penggunaan layanan e-banking," terang dia saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Kondisi ini menunjukkan bahwa tren kunjungan nasabah ke kantor cabang perbankan merosot. Sehingga bank-bank semakin kurang bergairah menanamkan modalnya membangun kantor cabang.
"Masyarakat sudah malas datang ke kantor cabang, ini bikin bank malas ekspansi bangun kantor cabang. Karena bangun kantor saja butuh investasi Rp 1 miliar, beli mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Rp 70 juta. Tapi dengan e-banking, kita cuma bangun sistem saja," jelasnya.
Rahmat menambahkan, penggunaan e-banking telah menggeser layanan internet banking karena kemudahan yang ditawarkannya. Internet banking, lanjutnya, nasabah harus mengakses lewat PC maupun laptop dengan fasilitas token. Sementara e-banking hanya dibekali telepon seluler nasabah dan tiada berbatas waktu layanan kapanpun dan dimanapun.
Di Bank Mandiri, kata Rahmat, transaksi via internet banking mencapai 90 persen, sedangkan 10 persennya di kantor cabang. Namun sejak 2009, layanan di kantor cabang Bank Mandiri mengalami penurunan.
"Penggunaan mobile banking naik terus dengan rata-rata pertumbuhan 80 persen sampai 100 persen. Layanan internet banking 15 persen hingga 16 persen dan penggunaan layanan ATM sekira 20 persen," paparnya.
Ke depan, Rahmat memprediksi layanan e-banking tiga sampai lima tahun mendatang semakin melonjak. Bank Mandiri siap menambah user interface maupun fitur-fitur menarik.
Saat ini perbankan pelat merah itu mempunyai 15.444 ATM, CDM sebanyak 400 unit, alat gesek atau EDC 280 ribu unit. Sementara nasabah mobile banking menunjukkan basis hampir 6 juta orang dan internet banking 2,5 juta nasabah dari total nasabah Bank Mandiri 12,5 juta orang. (Fik/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Penggabungan ATM Bank BUMN Mulai Juli 2015 |
Liputan6.com, Jakarta - Bank-bank yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) siap mengkonsolidasikan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pada pertengahan Juli 2015. PT Bank Mandiri Tbk bakal melakukan uji coba dengan penggabungan 50 unit ATM sebagai pilot project tersebut.
Senior Executive Vice President Transaction Banking Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans menjelaskan, pilot project konsolidasi ATM empat bank pelat merah yakni PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk dan PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk akan dilakukan Juni ini.
"Tapi mungkin pertengahan Juli baru bisa dikonsolidasi. Kami siapkan 50 unit ATM untuk pilot project ini di beberapa lokasi, saya lupa di mana saja. Sekarang sedang sinkronisasi atau integrasi konsolidasi ATM," tegas dia saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Lebih jauh dijelaskan Rico, tujuan penyatuan ATM bank-bank BUMN ini untuk mengefisiensi biaya maupun jumlah investasi mesin otomatis itu. Gabungan ATM tersebut akan diberi branding ATM Link yang menyediakan layanan empat bank pelat merah.
"BRI, BNI, Mandiri dan BTN setiap tahun selalu investasi menambah jumlah mesin ATM. BTN biasanya menambah 2.000 unit hingga 4.000 unit, Bank Mandiri 3.500 unit, BRI sebanyak 2.000 unit hingga 4.000 unit dan BNI 2.000 sampai 3.000 unit," tutur dia.
Menurutnya, jika empat perbankan ini berinvestasi masing-masing, penambahan ATM menjadi lebih lambat. Tahun ini saja, kata dia, Bank Mandiri menambah basis 3.500 unit ATM dari jumlah saat ini 15.444 unit.
Sementara jumlah transaksi ideal setiap ATM per bulan sebanyak 10 ribu transaksi. "Kalau misalnya gabung dengan Himbara, dengan branding ATM Link, masing-masing akan cepat pertumbuhannya," terangnya. (Fik/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Penyatuan ATM Untungkan Bank Mandiri |
Liputan6.com, Jakarta - Penggabungan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) oleh empat bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Juli 2015 akan menghemat investasi dan ongkos operasional perbankan. Salah satunya PT Bank Mandiri Tbk yang mengaku bisa menghemat hingga 75 persen dari total biaya operasional perseroan dengan kebijakan tersebut.
Senior Executive Vice President Transaction Banking Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans menyatakan, perseroan harus menggelontorkan investasi cukup besar untuk membeli satu mesin ATM termasuk biaya operasional setiap bulan.
"Untuk biaya operasional per ATM per bulan termasuk biaya depresiasi, ongkos mengisi ulang uang dan biaya komunikasi mencapai Rp 16 juta. Paling mahal ongkos mengisi ulang uang," ujar dia saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Sedangkan harga beli satu mesin ATM, kata Rico, sekira US$ 7.000-US$ 8.000. "Jadi kalau digabung, biaya-biaya ini dibagi empat bank, jadi kita bisa lebih efisien 75 persennya," kata dia.
Rico mengatakan, tujuan penyatuan ATM bank-bank BUMN ini untuk mengefisiensi biaya maupun jumlah investasi mesin otomatis itu. Gabungan ATM tersebut akan diberi branding ATM Link yang menyediakan layanan empat bank pelat merah.
"BRI, BNI, Mandiri dan BTN setiap tahun selalu investasi menambah jumlah mesin ATM. BTN biasanya menambah 2.000-4.000 unit, Bank Mandiri 3.500 unit, BRI sebanyak 2.000-4.000 unit dan BNI 2.000 sampai 3.000 unit," tutur dia.
Rico menuturkan, jika empat perbankan ini berinvestasi masing-masing, penambahan ATM menjadi lebih lambat. Tahun ini saja, kata dia, Bank Mandiri menambah basis 3.500 unit ATM dari jumlah saat ini 15.444 unit.
Sementara jumlah transaksi ideal setiap ATM per bulan sebanyak 10 ribu transaksi. "Kalau misalnya gabung dengan Himbara, dengan branding ATM Link, masing-masing akan cepat pertumbuhannya," terang Rico. (Fik/Ahm)
Source: liputan6.com
|
Gardu Tol Siap Layani E-Money Empat Bank BUMN |
Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk menyatakan layanan uang elektronik (e-money) dari empat perbankan pelat merah sebentar lagi dapat dimanfaatkan oleh nasabah untuk membayar tol di seluruh Indonesia. Langkah ini merupakan kesepakatan bersama untuk menjalin konsolidasi seperti yang diamanatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) termasuk penggabungan ATM.
Senior Executive Vice President Transaction Banking, Rico Usthavia Frans mengatakan, empat bank BUMN tersebut yakni Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk dan PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk.
"Kami sudah sepakat konsolidasi, nanti ditandai dengan peresmian penggunaan e-money empat BUMN pada gardu tol di Bali pada 19 Juni 2015," tutur dia saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Rico mengatakan, perseroan telah membuka sistem jaringan e-toll yang telah dikembangkannya selama ini. Tentunya, lanjur dia, biaya investasi maupun pengembangan layanan e-money akan ditanggung bersama empat bank BUMN itu.
"Kerja sama ini berlaku di 21 gardu tol di Bali dan akan dikembangkan untuk ruas tol lain. Sedangkan biaya investasinya dibagi empat bank ini," jelas dia.
Bank Mandiri, sambung Rico, mengembangkan uang elektronik untuk sektor jasa transportasi dan layanan dompet nasabah. Saat ini bank pelat merah ini memiliki basis nasabah 5 juta sampai 6 juta pengguna e-money dan menguasai pangsa pasar 45 persen dari total transaksi.
Apa yang dilakukan oleh bank pelat merah ini sejalan dengan program Bank Indonesia (BI) yang memprioritaskan gerakan Nasional Non Tunai pada tahun ini. Kepala Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Eny V Panggabean menjelaskan, beberapa tahun sebelumnya, BI telah mendorong industri keuangan untuk terus meningkatkan layanan transaksi non tunai. Di tahun ini, BI ingin memperluas jaringan dengan meminta pemerintah daerah untuk ikut mendorong berkembangnya transaksi non tunai.
Eny menjelaskan, apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan mengembangkan sistem pembayaran alat transportasi dan juga parkir menggunakan transaksi non tunai atau uang elektronik patut untuk dicontoh oleh beberapa daerah lainnya. "Penggunaan uang elektronik akan membuat aktivitas ekonomi lebih efisien dan aman," jelasnya.
Eny pun bercerita, Berdasarkan mapping yang dilakukan oleh BI, pengguna e-money makin meluas ke lapisan masyarakat menengah ke bawah dengan pertumbuhan transaksi meningkat sebesar 29 persen pada 2014 lalu. Demikian pula halnya dari sisi volume maupun nominal transaksi juga mengalami peningkatan.
Tahun 2015, Bank Indonesia akan berupaya mendorong penggunaan transaksi uang elektronik meningkat menjadi 2,4 persen dibandingkan Gross Domestic Product. "Di tahun lalu, penggunaan transaksi uang elektronik baru sebesar 1,8 persen dibanding Gross Domestic Product," ujarnya. (Fik/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Nasabah Diimbau Waspada Pakai Internet Banking |
Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk meminta kepada para nasabah untuk waspada terhadap transaksi melalui internet banking. Lantaran jika uang di rekening nasabah seketika raib, perbankan yang kerap mendapat pahitnya.
Senior Vice President IT Strategy & Architecture Group Bank Mandiri, Mohammad Guntur mengungkapkan, tingginya penggunaan mobile banking sangat berbanding terbalik dengan keamanan dan kenyamanan nasabah. Masyarakat Indonesia, Ia menuturkan, termasuk yang mudah percaya kepada siapapun sehingga sering menjadi sasaran empuk kejahatan.
"Kalau ada kejadian serangan fraud terhadap sistem dan layanan perbankan, jangan selalu menyalahkan bank. Kita juga tidak mau menyalahkan nasabah tapi ada kewajiban bank dan nasabah dalam hal ini," tegas dia di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Dalam kesempatan yang sama Vice President Customer Care Bank Mandiri, Gempur Soesetyo Hadi menyoroti masalah permintaan sinkronisasi token saat melakukan transaksi melalui internet banking.
"Tidak pernah ada permintaan sinkronisasi token. Itu terjadi karena virus di komputer atau laptop nasabah. Mereka sering buka website yang tidak aman," tutur Gempur.
Para hacker ini, dia mengatakan, menyebar virus dan memantau pergerakan pengguna internet yang sudah terinfeksi virus malware. Segala aktivitas di dunia maya pun terutama saat melakukan transaksi internet banking terpantau oleh hacker.
"Nanti muncul notifikasi ke hacker ketika masyarakat ada yang membuka website bank. Lalu hacker mengambil kesempatan meminta sinkronisasi token setelah sebelumnya masuk ke dalam sistem nasabah melalui virus. Masyarakat yang percaya, mereka mengikuti perintah hacker, dan akhirnya uang nasabah digasak," terang Gempur. (Fik/Ahm)
Source: liputan6.com
|