Prev Juni 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
31 01 02 03 04 05 06
07 08 09 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 16 Juni 2015
Rupiah Masih Tertekan Hingga Lebaran

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih belum perkasa. Level rupiah masih di kisaran 13.000 per dolar AS, dan diperkirakan masih tertekan hingga Lebaran lantaran kebutuhan dolar AS meningkat.

Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, rupiah masih berpotensi terus melemah saat Ramadhan dan Idul Fitri.

"Yang dikhawatirkan permintaan dolar jelang libur Lebaran juga meningkat. Kalau permintaan tinggi rupiah akan semakin melemah," ujar Sarman di Jakarta, Selasa (16/6/2015).

Dia menjelaskan, permintaan akan dolar ini dipicu oleh momen libur Lebaran yang biasanya banyak dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur ke luar negeri. "Pemerintah harus antisipasi, mungkin banyak orang yang liburan ke luar negeri," lanjutnya.

Selain itu, pemerintah juga harus mengantisipasi daya beli masyarakat menurun akibat kondisi ekonomi. Apalagi masih ada bahan pokok masyarakat untuk kebutuhan Lebaran yang dipasok dari impor.

"Harus diantisipasi juga daya beli masyarakat sekarang sedang menurun dengan kondisi ekonomi seperti ini. Bagaimana dampaknya terhadap kebutuhan jelang Lebaran kalau tidak dijaga stabilitasnya, barang impor misalnya akan ganggu daya beli," kata dia.

Sarman menilai, jika tren rupiah melemah maka dikhawatirkan akan berdampak pada harga bahan kebutuhan pokok, terutama komoditas impor.

"Misalnya terbuka kemungkinan kita impor daging, bawang dan lain-lain untuk antisipasi kebutuhan. Kalau nilai tukar rupiah seperti ini berarti harganya semakin tinggi, ini berdampak pada daya beli masyarakat," ujar Sarman. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Bergerak Stabil di 13.333 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2015 mengalami surplus US$ 950 juta, namun sentimen tersebut ternyata tak mampu mendorong penguatan nilai tukar rupiah. Mata uang Garuda masih menetap di level 13.333 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia Selasa (16/6/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah bergerak stagnan. Nilai tukar rupiah tercatat masih bertengger di level 13.333 per dolar AS.

Sementara itu, data valuta asing Bloomberg, menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,14 persen ke level 13.344 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:33 waktu Jakarta. Nilai tukar rupiah bahkan sempat menyentuh level 13.343 tak lama setelah sesi pembukaan.

Rupiah juga dibuka melemah tipis dari penutupan sebelumnya di level 13.329 per dolar AS. Di awal sesi perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi di kisaran 13.325 per dolar AS hingga 13.344 per dolar AS.

Neraca perdagangan pada Mei 2015 mengalami surplus dipicu sektor non migas yang tercatat surplus US$ 1,66 miliar, walaupun sektor migas defisit US$ 710 juta. Kondisi ini seharusnya menjadi sentimen positif bagi nilai tukar rupiah.

"Surplus neraca perdagangan Mei yang melebar menaikkan optimisme terhadap kondisi likuiditas dolar AS di dalam negeri. Namun surplus yang lebih disebabkan anjloknya impor dibandingkan perbaikan ekspor membangkitkan sentimen negatif terhadap perlambatan ekonomi," terang Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menambahkan, sentimen negatif perlambatan ekonomi tersebut semakin menekan rupiah karena banyak pelaku pasar melihat bahwa nilai tukar rupiah tidak akan terlalu kompetitif. Oleh sebab itu, banyak pelaku pasar menyimpan dana dalam bentuk mata uang yang lebih stabil.

Selain itu, pelemahan rupiah saat ini juga disebabkan karena pelaku pasar melihat kebijakan pemerintah belum bisa mendorong atau menjadi acuan bagi pebisnis. Banyak pelaku usaha yang lebih memilih untuk menyimpan dananya tidak di Indonesia. "Kalau seperti itu maka sulit Indonesia mengharapkan devisa hasil ekspor masuk," tuturnya.

Rangga melanjutkan, ke depannya aksi antisipasi para investor menghadapi pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan mengkaji kebijakan kenaikan suku bunga juga dapat menahan penguatan nilai tukar rupiah. "Rupiah berpeluang tetap stabil pada perdagangan hari ini," tandasnya. (Sis/Gdn)


Source: liputan6.com