Prev Juni 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
31 01 02 03 04 05 06
07 08 09 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 03 Juni 2015
Data Ekonomi China Positif, Rupiah Menguat Tipis

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat tipis dipicu kombinasi pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan membaiknya data ekonomi China. Pada perdagangan sebelumnya, saat pasar keuangan Indonesia tutup karena memperingati Hari Raya Waisak, dolar AS menguat karena data manufaktur AS tercatat naik.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Rabu (3/6/2015), mencatat nilai tukar rupiah menguat tipis ke level 13.196 per dolar AS. Di awal pekan, rupiah memang sempat melemah agak jauh ke level 13.230 per dolar AS.

Sementara itu, kurs valuta asing Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah menguat sangat tipis 0,02 persen ke level 13.208 per dolar AS. Rupiah sempat menguat lebih lanjut ke level 13.205 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:23 waktu Jakarta.

Sementara itu, rupiah tak menunjukkan fluktuasi signifikan sejak dibuka di level 13.200 per dolar AS. Pada perdagangan hari ini rupiah cenderung menguat di kisaran 13.200 per dolar AS hingga 13.208 per dolar AS.

Pergerakan nilai tukar rupiah akan bergantung pada sejumlah sentimen dari luar. Saat ini perhatian investor asing tengah fokus pada hasil rapat Bank Sentral Eropa malam ini. Para rapat sebelumnya, Bank Sentral Eropa mengeluarkan kebijakan pelonggaran moneter yang belum pernah dikeluarkan sebelumnya yaitu dengan membeli surat utang dengan nilai yang cukup besar.

Dengan pembelian surat utang ini diharapkan bisa memberikan likuiditas di pasar sehingga sehingga menggerakkan sektor riil. Sebenarnya kebijakan pelonggaran moneter ini sudah dilakukan oleh Amerika dan Jepang. Namun nilai yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa jauh lebih tinggi.

Selain itu, ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta mengatakan, neraca perdagangan AS yang juga akan dirilis malam ini menjadi salah satu angka yang dinanti para pelaku pasar. Data neraca perdagangan tersebut akan berdampak kepada nilai tukar dolar AS sehingga juga berpengaruh kepada nilai tukar rupiah.

"Menjelang pengumuman neraca perdagangan malam ini, dolar diperkirakan melemah di pasar Asia dan mencegah pelemahan rupiah lebih lanjut," tuturnya. (Sis/Gdn)


Source: liputan6.com
Ingin Tiru Dolar AS, Yuan Belum Siap Jadi Mata Uang Global

Liputan6.com, Washington - Mantan pimpinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Ben Bernanke mengatakan, mata uang yuan China belum siap untuk masuk ke panggung dunia. Sekalipun saat ini, Bernanke mengatakan China berusaha keras mendorong yuan menjadi mata uang internasional.

"Melakukan hal tersebut (mendorong yuan menjadi mata uang internasional) membutuhkan lebih dari sekadar ekonomi yang kuat. Untuk ke arah sana, China harus terus melanjutkan aksinya meliberalisasi modal, rezim perdagangan dan memperkokoh pasar obligasi serta aset lainnya," papar Bernanke seperti dilansir dari laman CNN Money, Rabu (3/6/2015).

China telah lama mengetatkan kendali atas yuan guna memastikan nilai tukar mata uangnya menguntungkan sektor manufaktur dan ekspor. Tapi pemerintah AS dan negara lain mengkritik China karena mempertahankan nilai tukar yuan di level rendah.

Pemerintah China terus mengatur nilai tukar harian yuan, memungkinkan mata uang tersebut berfluktuasi di kisaran yang ditetapkan negara. Meski dengan begitu, pemerintah mulai kehilangan prioritasnya.

Tahun lalu, Bank Sentral China menggandakan kisaran perdagangan yuan. Yuan akhirnya menguat sekitar 0,5 persen terhadap dolar AS tahun lalu.

Penguatan itu cukup signifikan mengingat pekan lalu, International Monetary Fund (IMF) mengumumkan yuan tak lagi bernilai rendah. Tapi IMF tetap mendorong China untuk melakukan reformasi lebih jauh dan mengubah pengaturan nilai tukarnya.

Pemerintah China telah dengan jelas menekankan bahwa pihaknya ingin yuan menjadi mata uang berstandar global. Tapi Bernanke mengingatkan, menjadikan yuan sebagai mata uang internasional seharusnya tak menjadi tujuan utama China.

"Tujuan utama sebuah negara haruslah agar memiliki ekonomi yang lebih kuat dan produktif. China harus lebih fokus pada reformasi yang lebih luas yang menuju pertumbuhan berkelanjutan," tandasnya. (Sis/Ndw)


Source: liputan6.com