Prev Juli 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
28 29 30 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 30 Juli 2015
Rupiah Kembali Tertekan ke Level 13.468 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada perdagangan Kamis (30/7/2015). Pendorong pelemahan nilai tukar rupiah karena dolar Amerika Serikat (AS) kembali perkasa.

Mengutip Data valuta asing Bloomberg, pada pukul 09.51 WIB, nilai tukar rupiah melemah ke level 13.469 per dolar AS. Rupiah dibuka melemah ke level 13.459 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di level Rp 13.456 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.455 per dolar AS hingga 13.482 per dolar AS.

Sedangkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah melemah ke level 13.468 per dolar AS jika dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya yang tercatat di level 13.444 per dolar AS.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta menjelaskan, pada perdagangan kemarin nilai tukar rupiah sempat menguat tipis. "Rupiah mampu menguat hingga kemarin sore setelah dollar AS melemah di Asia menyusul buruknya data AS di malam sebelumnya," tuturnya.

Namun pada perdagangan hari ini tekanan pelemahan rupiah berpeluang kembali terjadi akibat dollar index yang berhasil berbalik menguat dini hari tadi. "Paling tidak hingga September, dengan harapan kenaikan suku bunga the Fed yang meninggi, tekanan pelemahan rupiah diperkirakan masih akan terjaga," tuturnya.

Selain itu, mengutip Bloomberg, berdasarkan riset dari Nomura Holdings Inc , investor juga melepas rupiah karena adanya ekspentasi penurunan pertumbuhan ekonomi. Dalam risetnya, Nomura menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2015 akan berada di 4,5 persen. Proyeksi tersebut turun jika dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yang ada di level 4,8 persen.

"Rupiah kembali tertekan seperti pada Mei 2015 lalu. Kami harapkan pertumbuhan bisa di level 5 persen namun kemungkinan hal tersebut tidak bisa terjadi," jelas Ekonom DBS Group Holding Ltd, SIngapura, Gundy Cahyadi.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan nilai tukar rupiah melemah terjadi karena faktor eksternal dan hampir semua mata uang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Rupiah itu pengaruhnya eksternal daripada internal karena semua mata uang hampir melemah terhadap dolar AS," kata JK.

Kondisi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, lanjut JK, tidak terlalu parah bila dibandingkan dengan kondisi Yen Jepang, Yuan Tiongkok, dan Ringgit Malaysia.  "Kita tidak melemah melawan Yen, tidak melemah melawan Yuan, tidak melemah dengan Ringgit hanya melemah terhadap Dolar AS karena dia lebih kuat," imbuh JK.

Dalam kondisi seperti ini, pemerintah berusaha menjaga kualitas dalam negeri dan meningkatkan ekspor‎. Meski demikian, dirinya, paham pemerintah tidak bisa menguasai bila harga komoditas turun. (Gdn/Ndw)


Source: liputan6.com
Laba Bank Mandiri Bertambah Jadi Rp 9,9 Triliun

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan laba bersih Rp 9,9 triliun pada kuartal II-2015. Angka ini meningkat 3,5 persen jika dibandingkan laba bersih periode sama tahun lalu sebesar Rp 9,6 triliun.

Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kenaikan laba yang terhitung tipis ini lantaran perseroan lebih memilih untuk meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).

"Tahun lalu profit kita juga tidak banyak hanya 4 persen karena kita banyak masuk ke cadangan," ujarnya dalam konferensi pers di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/7/2015).

Dia menjelaskan, perseroan lebih memilih menahan profit untuk CKPN sebagai langkah antisipasi jika kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) meningkat. Terlebih, saat ini kondisi perekonomian dalam negeri tengah melambat.

"Kita menjaga level atau jadi buffer kalau ada peningkatan NPL. Dan Mandiri masih bisa menjaga, kalau profit kita masih positif, mengingat perlambatan juga masih akan terjadi," kata dia.

Total aset [Bank Mandiri ](pada kuartal II 2015 "")juga naik. Total aset Bank Mandiri pada kuartal II 2015 mencapai Rp 914,5 triliun. Jumlah tersebut meningkat 19,5 persen dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 764,9 triliun.

Sementara untuk penyaluran kredit bertambah 13,8 persen, dari Rp 485,8 triliun menjadi Rp 552,8 triliun. Kemudian dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri naik 17,8 persen dari Rp 555,9 triliun menjadi Rp 654,9 triliun.(Dny/Nrm)


Source: liputan6.com
Rasio Kredit Bermasalah Diprediksi Naik pada Semester II

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan(NPL) gross menjadi 2,43 persen pada semester I 2015. Sedangkan secara nett, NPL bank plat merah ini juga mengalami kenaikan dari 0,81 persen menjadi 1,01 persen.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin mengatakan kenaikan NPL ini mayoritas disumbang dari sektor komersial. "Paling banyak kenaikan dari sisi commercial banking," ujar Budi di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/7/2015).

Namun Budi menegaskan, pihaknya telah melakukan upaya-upaya untuk menekan kenaikan NPL ini, salah satunya yaitu dengan melakukan restrukturisasi kredit bagi nasabah kreditur besar. Hal ini dilakukan berdasarkan pengalaman saat terjadi krisis pada 2008.

"Kita lakukan prepemtive restrukturisasi. Pengalaman 2008 kalau mulai susah kita tidak restructure loan-nya nunggu dia telah bayar, itu berat. Sekarang begitu ada perlambatan ekonomi, kita panggil nasabah-nasabah besar. Coba di-rekalkulasi dengan harga komoditas sekarang, cost sekarang dan cash flow-nya seperti apa. Kalau cash flow ketat, walaupun masih lancar nyicilnya, kita restrukturisasi dulu," jelas dia.

Sementara semester II 2015, Budi masih pesimistis NPL akan menurun. Dia bahkan memperkirakan rasio kredit bermasalah ini akan cenderung naik hingga akhir tahun.

"NPL masih bisa naik di sementer II. Itu karena kondisi ekonomi belum 100 persen kembali ke sebelumnya. Jadi sekarang kita konsentrasinya memperbaikinya kualitas kredit. Kalau nasabah cash flow terlampau berat kita adjust (sesuaikan) bunganya. Tapi memastikan cash flow bisa memenuhi kewajibannya dia," tandasnya. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
Kredit Bank Mandiri Tumbuh 13,8% pada Kuartal II

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 13,8 persen pada kuartal II 2015 menjadi Rp 552,8 triliun dari Rp 485,8 triliun pada periode sama tahun 2014.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin mengatakan hal ini menunjukan meski berada di tengah tekanan perekonomian global yang sangat ketat, Bank Mandiri tetap dapat menunjukkan kinerja baik hingga kuartal II 2015.

"Orientasi kami selalu kami tujukan untuk nasabah sehingga Bank Mandiri menjadi bank utama dalam melakukan berbagai transaksi keuangan," ujar Budi di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/7/2015).

Dia menjelaskan, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp 106,5 triliun ke sektor industri pengolahan hingga kuartal II 2015. Jumlah itu naik 15,8 persen dibanding periode sama pada 2014 yang tercatat Rp 91,9 triliun.

Sedangkan kredit untuk infrastruktur, khususnya untuk sektor konstruksi mencapai Rp 20,8 triliun pada akhir Juni 2015, tumbuh 18 persen dibandingkan Juni 2014.

Sementara itu, kredit yang disalurkan ke sektor perdagangan, restoran dan hotel mencapai Rp 92,3 triliun, tumbuh 10,3 persen dibandingkan Juni 2014 yang sebesar Rp 83,6 triliun.

Penyaluran kredit ke sektor-sektor tersebut, lanjut Budi, merupakan upaya Bank Mandiri untuk menggerakan laju pertumbuhan ekonomi agar bergerak ke arah jauh lebih baik.

"Untuk lebih memberikan dampak terhadap perekonomian nasional, Bank Mandiri juga memberikan perhatian yang tinggi terhadap sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)," kata dia.

Penyaluran kredit Bank Mandiri ke sektor UMKM pada kuartal II 2015 meningkat menjadi Rp 74,4 triliun dari Rp 65,9 triliun pada kuartal II 2014. Peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan kredit usaha mikro yang mencapai 25,8 persen dan usaha menengah yang tumbuh 19,7 persen. Peningkatan kredit ke sektor UMKM juga selaras dengan peningkatan jumlah rekening kredit UMKM, dari 692,6 ribu rekening pada kuartal II 2014 menjadi 795,4 ribu rekening pada periode yang sama tahun ini. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com