Liputan6.com, Jakarta - Sentimen domestik mendominasi pergerakan nilai tukar rupiah menjelang akhir pekan ini. Harapan pelaku pasar terhadap rilis data ekonomi yang kemungkinan tak sesuai harapan diperkirakan menekan nilai tukar rupiah.
Data valuta asing Bloomberg, Jumat (24/7/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah melemah ke level 13.473 per dolar AS pada pukul 12.19 WIB. Rupiah juga dibuka melemah ke level Rp 13.440 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di kisaran Rp 13.420.
Hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.433-13.480 per dolar AS. Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia tercatat melemah 54 poin dari Rp 13.394 per dolar AS menjadi Rp 13.448 per dolar AS.
Analis pasar uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menuturkan, sentimen domestik mendominasi gerak nilai tukar rupiah. Pelaku pasar menunggu data ekonomi mulai dari inflasi, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2015, realisasi belanja pemerintah yang diprediksikan kurang dari 50 persen.
Selain itu, daya beli masyarakat menurun, Rully menilai, hal itu terlihat dari penjualan motor dan ritel melemah. Data perekonomian pun tidak mendukung penguatan rupiah. "Ekspektasi data-data domestik tidak dukung pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2015 yang diharapkan lima persen tidak tercapai," kata Rully, saat dihubungi Liputan6.com.
Ia mengatakan, saat ini volume perdagangan dalam valuta asing juga masih tipis usai libur Lebaran sehingga likuiditas tidak terlalu bagus.
Rully menambahkan, sentimen positif dari eksternal pun belum ada yang mempengaruhi rupiah. Saat ini Yunani masih negoisasi utang. Ditambah, pelaku pasar juga menunggu rilis data tenaga kerja pada Jumat waktu setempat. Pelaku pasar menantikan rilis data ekonomi AS terkait kenaikan suku bunga AS mengingat sebelumnya data klaim pengangguran cukup baik.
Melihat kondisi ini, Rully menilai, tekanan rupiah masih wajar. Akan tetapi, ia memprediksikan, nilai tukar rupiah cenderung tertekan hingga akhir tahun 2015 seiring penguatan dolar AS. Hal itu mengingat ada kemungkinan suku bunga AS naik tahun ini. Kepastian kenaikan suku bunga AS memang akan mengurangi risiko tetapi saat ini belum diketahui besarannya."Rupiah akan bergerak di kisaran 13.300-13.400 hingga akhir tahun," kata Rully.
Sementara itu, Ekonom BCA David Sumual pernah mengatakan sentimen eksternal dan internal akan mempengaruhi laju rupiah usai libur Lebaran. Pelaku pasar menanti realisasi belanja pemerintah sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II. Sedangkan dari luar negeri, kenaikan suku bunga AS juga masih jadi fokus pelaku pasar.
Sebelumnya Pemerintah menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap nilai tukar rupiah yang masih betah bertengger di level 13.000-an per dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini seiring pernyataan Bank Indonesia (BI) yang menyebut rupiah sudah di bawah harga riil (Riil Effective Exchange Rate/REER) alias undervalue.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, pergerakan kurs rupiah di tengah gejolak ekonomi dunia saat ini masih dalam batas wajar sehingga tak perlu heboh dengan kondisi tersebut.
"Walaupun orang mengatakan nilai rupiah undervalue, tapi naik turunnya rupiah masih wajar. Saya pikir tidak menjadi masalah besar, meski soal rupiah selalu menjadi pembicaraan yang menarik," jelas dia. (Ahm/Igw)
Source: liputan6.com